Sabtu, 27 Februari 2016

Agen Taruhan Online - Mas Bram Tidak Sabar



Agen Taruhan Online - Aku lama tak bermain teman atau bahasa kerennya sohibku, dulu kita kalau kemana mana selalu bersama malah dikira orang kayak perangko, besoknya aku mau menuju kerumah temanku penasaran dengan hidupnya dia apakah masih biasa biasa saja atau ada perubahan signifikan, malamnya aku bersiap siap dan keesok paginya aku berangkat kesana.
Namaku Doni, aku tinggal di kota K. Setahun yang lalu aku pergi ke Surabaya untuk liburan, sambil refreshinglah. Setelah berputar-putar sebentar, sorenya aku menuju rumah temanku yang sudah sangat akrab di kawasan DK.
Keluarganya sudah sangat akrab dengan keluargaku, sudah seperti satu keluarga sejak aku lahir. Di rumah ini ada Mas Bram yang umurnya 22 tahun, adiknya (cewek, masih SMU), sepupunya (cewek sudah sekitar 23 tahun), dan tentu saja kedua orang tua mereka. Hari itu biasa saja, tidak ada something spesial yang terjadi.
Keesokan harinya, Mas Bram mengajakku pergi makan dan jalan-jalan di mall. Eh.., ternyata dia mengajak ceweknya. Ternyata ceweknya ini kost cuma sekitar 300 meter dari rumah Mas Bram. Namanya Yeni tapi panggilannya Yeyen.
Anaknya cakep juga, masih kuliah, umurnya 21 tahun. Kulitnya putih kekuningan meskipun keturunan Jawa tulen, tingginya sekitar 164 cm, beratnya 46 kg, tapi pinggulnya cukup besar, bodinya asyik juga, dan payudaranya lebih besar dari rata-rata cewek Indonesia.
So, dengan mobil Panther itu Mas Bram dan Yeyen duduk berdua di depan sedangkan aku yang duduk di bagian tengah dicuekin oleh mereka. Kami berputar-putar di Tunjungan Plaza, makan di sebuah restoran sea food sampai kenyang lalu kembali lagi ke tempat kos Yeyen.
Lalu setelah mobil diparkir, kami bertiga masuk ke tempat kosnya dan langsung masuk kamarnya. Hmm.., sempat terpikir olehku, sebenarnya itu tempat kos cewek atau cowok, soalnya ada beberapa ciban (banci) yang nongkrong di situ.
Di dalam kamar Yeyen, aku disetelin sebuah VCD porno, sambil diberi coklat Silver Queen, sementara Mas Bram dan Yeyen bermesraan berdua, berciuman dan bercumbu. Ah.., aku juga sempat berkenalan dengan adik Yeyen yang bernama Tina, yang mondar-mandir keluar masuk kamar.
Tina bertubuh lebih pendek dari Yeyen, lebih coklat kulitnya, dan bodinya lebih langsing, cuma sayangnya payudara dan pantatnya juga lebih “tidak menantang” dibandingkan Yeyen. Cuma yang lebih disayangkan lagi Tina seorang perokok berat dan hari itu dia sedang sakit tenggorokan.
Setelah selesai menyetel VCD-nya sampai 45 menit non-stop, Aku matikan TV dan playernya. Eh, tiba-tiba Mas Bram nyeletuk, “Don.., kasih waktu 5 menit, dong..?”
Aku sudah mulai merasakan gelagat kurang baik dari pasangan itu. Tapi ya terpaksa, aku melenggang keluar kamar, tapi baru sampai di pintu, aku lihat di ruang tamu banyak ciban yang lagi ngobrol dengan Tina sambil merokok. kemudian akupun kembali ke kamar Yeyen.
Lalu aku berkata, “Ah tidak usah dech, aku di sini saja, lagi tidak mood ngobrol sama orang-orang itu. Lakuin saja deh, aku tidak ngeliat”.
Terus terang saja Mas Bram kaget, “Heh! Kon ‘jik cilik ngono kok..” (kamu itu masih kecil gitu kok).
Kesel juga aku dibilang masih kecil. Lalu aku berusaha meyakinkan mereka, “Jangan kuatir lah.., aku sudah biasa kok ngeliatin ginian..”
Akhirnya setelah beberapa perdebatan ringan dan berkat kelihaianku berdiplomasi mereka mengijinkan juga aku untuk di dalam kamar saja, tapi dengan syarat aku tidak boleh macam-macam apalagi melaporkan ke orang tuanya. Setelah pintu kukunci, aku cuma bersandar saja di pintu dengan perasaan gembira.
Mas Bram lalu tidur telentang di ranjang, lalu Yeyen mulai jongkok di atasnya dan menciumi wajah Mas Bram, sedangkan Mas Bram cuma diam saja, matanya merem, tangannya mengusap-usap punggung Yeyen.
Sesekali Yeyen melihat ke arahku, mungkin memeriksa apakah aku mulai terangsang, dan memang benar aku terangsang. Dan juga melihat gerakan Yeyen yang kelihatannya sudah “professional” dan ciuman-ciumannya yang ganas seperti di film BF, sepertinya Yeyen ini bukan pertama kalinya making love.
Yeyen mulai menciumi Mas Bram langsung ke mulutnya, dan beberapa kali mereka bersilat lidah dan terlihat jelas karena jarakku dan jarak mereka berdua cuma sekitar 3 meter.
“Hmmhh.., hmmhh..”, mereka berciuman sambil mendesah-desah, membuatku yang sejak tadi sudah tegang memikirkan hal yang tidak-tidak jadi semakin tegang saja. Setelah puas melumat bibir dan lidah Mas Bram, Yeyen mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya.
Mas Bram ketika itu mengenakan T-Shirt yang di bagian kerahnya cuma ada dua kancing, so karena Mas Bram terlalu besar badannya (gemuk) maka Yeyen cuma menyingkapkannya dari bawah lalu menciumi dadanya yang montok dan putih. Mas Bram ini memang WNI Keturunan Cina.
“Hmmhh.., aduh Yen nikmat Yen..”, begitu rintihan Mas Bram. Yeyen menciuminya kadang cepat, lalu lambat, cepat lagi, memang sepertinya begitu style anak yang satu ini. Sedangkan aku semakin tidak tahan saja, kepingin juga dadaku diciumin oleh cewek, uhh.., tapi aku masih menahan diri dan terus menempel pada pintu.
“Ihh.., hmmh.., hh.., ihh..”, Mas Bram terus mendesah sementara Yeyen mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali Mas Bram berteriak kecil kegelian. Karena aku sangat terangsang, aku mulai meraba-raba diriku sendiri. “Sialan!” pikirku, “Ngapain juga gitu ahh..
Akhirnya Yeyen mulai membuka risleting Mas Bram, pertamanya pelan sekali, namun tiba-tiba “wrett” ditarik dengan cepat sekali sehingga Mas Bram kaget, matanya terbuka sebentar, lalu tersenyum dan merem kembali, sedangkan kedua tangannya mengelus-elus rambut Yeyen.
Yeyen langsung memegang-megang kemaluan Mas Bram dan digosok-gosok dengan tangannya dari luar,
“Ahh.., hh.., Hmmhmh.., Ohh Yenn..”, Mas Bram cuma bisa mendesah. Lalu setelah puas menggosoknya dari luar, dia mulai menyingkap celana dalam Mas Bram dan tersembullah kemaluan Mas Bram yang sudah tegang keluar dari sarangnya.
“Nylupp!”, Kemaluan Mas Bram langsung dikulum oleh Yeyen. Stylenya masih seperti tadi, kadang pelan, lalu cepat, kadang pelan, lalu cepat, bikin kaget saja ini anak main seksnya. Sementara Mas Bram sibuk meremas-remas rambut Yeyen saking enaknya,
Aku yang tidak kuasa menahan nafsu sibuk meremas-remas kemaluanku sendiri sambil tetap bersadar di pintu. Ahh.., aku benar-benar merasa serba salah waktu itu, dan mereka tidak mengacuhkanku sama sekali.
Dasar.., Yang membuataku nyaris tertawa karena kemaluan Mas Bram yang sepertinya keseretan gara-gara Yeyen tidak melepaskan celana dalam Mas Bram terlalu ke bawah, jadi seperti tercekik dech.
“Ehmm.., Ehmm..” Mungkin sekitar 5 menit Yeyen mengulum kemaluan Mas Bram, ternyata selama itu juga dia belum keluar sama sekali, Yeyen bilang,
“Zan.., sekarang giliran kamu yach?” Mas Bram cuma tersenyum, lalu dia bangkit sambil melepaskan celana panjang dan celana dalamnya,
Sedangkan Yeyen sekarang yang ganti tiduran, lalu memejamkan mata. Sedangkan aku benar-benar kebingungan dan tidak tahu mau berbuat apa, aku benar-benar pingin buka baju dan join dengan mereka tapi ahh.., kacau sekali pikiranku ketika itu.
Mas Bram mulai melakukan persis apa yang dia lakukan ke Yeyen sebelumnya. Nyaris persis sama, aku sampai heran apa memang sudah janjian ya mereka. Mas Bram mulai mencium bibir Yeyen, cuma Mas Bram menciumnya dengan stabil, pelan terus, berbeda dengan Yeyen yang style seksnya aku akui lumayan unik.
“Hmmh.., mymmynm..”, Sayang Mas Bram sepertinya tidak profesional, cara menciumnya walau pelan, terlalu tergesa menuju ke bawah. Yeyen mencoba melepaskan t-shirt Mas Bram, lalu Mas Bram langsung melepasnya dan meletakkan di sebelahnya.
Mas Brampun mulai menciumi leher Yeyen. Sementara tangannya meraba-raba payudara Yeyen yang aduhai,
“Hmhmhhm.., Hmhmhmh..” Mereka berdua terus mendesah keenakan. Aduh, pemandangan yang cukup menggelikan sekaligus menggairahkan itu benar-benar membuatku kewalahan pada diriku sendiri, diam-diam aku mulai melepaskan t-shirt yang kupakai dan menggerayangi tubuhku sendiri.
Mas Bram mulai tidak sabar dan langsung mencopoti kancing demi kancing yang ada di kemeja yang dikenakan Yeyen.
Tersembullah payudara Yeyen yang begitu aduhai, putih mulus sekali seperti payudara Chinese, Yeyen segera mengangkat punggungnya, lalu Mas Bram mencopot kancing BH-nya yang berwarna krem.
Wah.., payudara Yeyen benar-benar besar dan menggairahkan dengan puting susunya yang tebal dan berwarna coklat tua. “Ahh.., Hmm.., Hmm..”, Mereka berdua saling melenguh setiap kali Mas Bram memainkan lidahnya di atas payudara dan puting susu Yeyen.
“Hmmh.., Hmhh..”, Setelah puas melumat puting susu Yeyen bergantian, Mas Bram akhirnya menjilati perut Yeyen dan ingin melepaskan roknya. Yeyen mengangkat pantatnya, lalu Mas Bram membuka risleting roknya dan pelan-pelan melepaskan rok yang dipakai Yeyen.
Setelah sampai di lutut, Mas Bram berhenti dan langsung menciumi kemaluan Yeyen yang masih tertutup celana dalam itu dengan cepat dan ganas.
“Ahh.., Ahh..”, Yeyen mengerang dan mendesah keras keenakan. Aku yang sejak tadi terangsang menjadi semakin terangsang mendengar desahan Yeyen yang sangat menggairahkan, membuatku tidak tahan dan mulai memegangi kemaluanku sendiri, menggesek-gesekkannya dengan tanganku.
Akhirnya Mas Bram melepaskan celana dalam Yeyen dan langsung menciumi kemaluannya dengan ganas sekali. Rambut di kemaluan Yeyen cukup tipis, sehingga memudahkan Mas Bram menjilatinya sepuasnya.
Sesekali kudengar “Slurrp.., slurrp..”, sepertinya Mas Bram suka sekali menyedot kemaluan Yeyen. “Ahh.., Zan.., Ahh.., Zan.., Enak Zan..”, desahan Yeyen semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tidak peduli kalau terdengar orang di luar.
Tidak berapa lama kemudian, Mas Bram berhenti lalu bertanya, “Yen, boleh sekarang?” Sambil tetap merem, Yeyen cuma tersenyum dan mengangguk.
“Pelan-pelan yach..”, bisik Yeyen mesra. Kemudian Mas Bram memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Yeyen, “Uh.., uhh.., Ahh..”, Sedikit kesulitan yang mereka hadapi, sekarang Mas Bram sudah mulai asyik menggesek-gesekkan penisnya dalam vagina Yeyen.
“Ahh.., ahh.., aduh.., ahh..”, Mereka berdua saling mendesah sambil terus melanjutkan permainannya. Yeyen masih tetap dengan stylenya, kadang menarikan pinggulnya pelan-pelan, lalu cepat, pelan lagi.
“Ahh.., Ahh.., Ahh..”, Mas Bram memaju-mundurkan badannya pelan-pelan sedangkan Yeyen asyik menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan tempo yang tidak beraturan.
Aku jadi semakin tidak tahan melihat apa yang mereka lakukan, aku segera berjalan menuju kamar mandi, langsung kulepas celana panjang dan celana dalamku dan kugesek-gesek kemaluanku sendiri cepat-cepat.
“Ahh.., Hmmh.., Ahh..”, Aku mendesah-desah kecil dengan apa yang kulakukan terhadap diriku sendiri. Lalu.., “aahh..”, Aku orgasme, spermaku semuanya terjatuh di lantai kamar mandi.
Tubuhku rasanya nikmat sekali beberapa saat, lalu terasa lemas dan sepertinya aku merasa bersalah telah melakukannya. Aku segera menyiram ceceran sperma di lantai kamar mandi, melepas seluruh bajuku dan mandi.
Setelah segar, aku hampir tidak percaya waktu keluar ternyata mereka masih saja bermesraan bersetubuh. Aku langsung berjalan keluar kamar, sedangkan mereka tidak menghiraukanku sama sekali, benar-benar gila..!
Di luar, aku duduk-duduk saja di ruang tamu sambil ngobrol dengan Tina dan teman-temannya yang kebetulan ciban semua. Mereka menawariku rokok tapi aku tolak. Setelah beberapa menit melakukan percakapan yang membosankan dan bikin mual, aku cuek saja dan asyik melihat TV, sambil menunggu Mas Bram dan Yeyen selesai melakukan aktivitasnya. Menit demi menit berlalu, gila.., lama sekali.
Sekitar satu jam kemudian, muncullah mereka berdua dari pintu kamar Yeyen.
“Gilaa..”, pikirku, lama sekali mereka begituan. Mas Bram dan Yeyen tersenyum geli pertama kali melihatku, mungkin mereka menganggap tingkahku di dalam kamar tadi lucu, lalu Mas Bram bertanya.
“Don, kamu mau ikut renang?”.
“Mau sich.., tapi aku tidak bawa celana renang tuch..”, jawabku agak kecewa.
“Tidak pa-pa kok, ntar kita bisa pinjam celana renang di sana..”.
Ya sudah, akhirnya jadi dech.., Setelah berpamitan, Mas Bram dan aku pulang. Di rumah kami langsung mempersiapkan segala kebutuhan renangnya.
Jam menunjukkan sekitar pukul 16.30, kami bersiap pergi. Tepat waktu Mas Bram hendak menyalakan mobil, ada suara teriakan.
Ternyata sepupu Mas Bram, “Mobilnya mau dibawa papanya lho..”, katanya.
“Sial!” gerutu Mas Bram. Terus akhirnya Mas Bram telepon taksi, beberapa menit kemudian datang, lalu kami ke tempat kos Yeyen dulu untuk menjemput Yeyen. Eh, ternyata tidak hanya Yeyen yang ikut, tapi adiknya, Tina, diajak serta.
Aku tanya pada Tina, “Lho, kok kamu ikut, katanya sakit tenggorokan. Nanti ikut renang?”.
“Iya dong.., tidak Papa, nemenin Yeyen nich..” jawabnya enteng. Wah, nekat juga ini anak, pikirku.
Taksi kami langsung meluncur ke Graha Residen, di sana ada kolam renangnya yang cukup besar dan ramai, termasuk para turis. Yeyen, Tina, dan aku yang belum bisa berenang cuma berputar-putar saja di pinggiran, sedangkan Mas Bram berkelana ke sana ke mari dengan bebasnya.
Waktu ada kesempatan, aku tanya pada Mas Bram soal Yeyen. Ternyata dia baru kenal Yeyen dua minggu, dan pertemuan pertamanya di kolam renang. Seminggu kemudian mereka langsung pacaran, lalu besoknya mereka melakukan hubungan badan.
Mas Bram baru pertama kali itu bersenggama, sedangkan Yeyen sepertinya sudah berkali-kali, soalnya kata Mas Bram, Yeyen sudah tidak perawan lagi.
Mas Bram juga bilang, “Kata Yeyen tuh si Tina masih perawan, dianya agak menyesal juga pacaran sama Yeyen, bukan sama Tina yang masih perawan”.
Aku sempat ngobrol juga sama Tina, yang sepertinya cuma bersandar saja di pinggiran. Sekitar jam 19.00 kami selesai renang dalam keadaan menggigil kedinginan, lalu setelah itu memanggil taksi Zebra, karena entah kenapa,
Graha Residen hanya menyediakan taksi Zebra. Tidak kuduga, ternyata taksinya lama sekali datangnya, kami ngobrol-ngobrol lama juga. Mas Bram asyik ngobrol dengan Yeyen, sedangkan Tina yang kelihatannya dicuekin mulai kuajak ngobrol.
Ternyata Tina ini masih SMU kelas 2. Selain suka rokok, katanya dia juga suka minuman keras. Hmm, aku jadi mikir apakah dia juga suka obat-obatan dan.., free seks. Tapi aku tidak berani menanyakannya, terlalu dini ah. cuma yang aku perhatikan,
Tina agak tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, dan dia tidak berani menatapku secara langsung, malah sepertinya menunduk terus. Good sign, pikirku.
Mungkin sekitar setengah jam kemudian baru taksinya datang. Lama banget sich..
Akhirnya sampai juga, setelah mengantarkan Yeyen dan Tina, saya dan Mas Bram pulang. Aku asyik memikirkan pengalamanku barusan, memperhatikan orang melakukan hubungan seks.
Sekitar jam 20.30, Mas Bram mengajakku pergi, mau mengembalikan VCD. Ya sudah, aku ikut saja, siapa tahu diajak makan juga, berhubung perutku mulai lapar nich. Walau naik sepeda motor, kami tidak pakai helm, katanya tempat persewaan VCD-nya dekat.
Eh, ternyata memang dekat sekali dan tidak melewati jalan raya. Setelah itu Mas Bram bertanya, “Don, aku mau mampir ke tempat Yeyen nich.. Kamu ikut tidak?”.
Walau perutku agak keroncongan, berhubung aku “kangen” juga sama Tina, pingin ngerjain gitu, akhirnya aku setuju.
Sesampainya di sana, ternyata banyak orang nongkrong di ruang tamu rumah kos itu. Uniknya, yang cewek cuma dua, Yeyen dan Tina, lainnya ciban semua, ada 4 orang.
Aneh sekali, pikirku. Begitu sampai, Mas Bram langsung berciuman dengan Yeyen lalu mereka langsung masuk kamar dan.., klik, Aduh.., mau ngapain lagi mereka, gila bener..
Terpaksa, karena aku sudah telanjur di sana, aku ngobrol dengan orang-orang di situ. Aku sebetulnya lebih suka mengobrol dengan Tina, tapi sayang teman-temannya selalu menggangguku.
“Ih kamu ganteng dech, kita main seks yuk..”.
Agak senang juga aku dipuji tapi main seks dengan mereka, mimpi saja tidak.
Lalu akhirnya aku punya ide, aku tanya Tina, “Kamu satu kamar sama Yeyen, yach?”
“Tidak tuch, aku sewa kamar sendiri”, jawabnya.
Kebetulan, pikirku, “Hmm.., di mana tuch, aku lihat dong..”
Sesuai perkiraanku, akhirnya dia mau menunjukkan kamarnya. Kamarnya persis di depan kamar Yeyen, dan lebih tidak rapi dibanding kamar Yeyen. Sambil pura-pura mengamati kamarnya, aku lalu menutup pintu agar dia tidak curiga, aku langsung bertanya padanya,
“Kamu suka tinggal di sini?”. Lalu akhirnya kami ngobrol dan bercanda di atas ranjangnya, bersandar di tembok. Seperti yang kuduga, dia masih terus menunduk tersipu-sipu menjawab pertanyaanku, tidak seperti waktu dia ngobrol dengan teman-temannya, menguatkan istingku kalau sebetulnya dia suka padaku.
Di tengah-tengah obrolan, aku tanya, “Tina, kamu kan suka ngerokok, apa tidak dimarahi cowokmu tuh?”.
Dia tertawa kecil, lalu menjawab, “Suka-suka aku dong, Don, aku belum punya cowo tuch..”.
Ahh.., kebetulan sekali, pikirku, lalu aku menggodanya, “Ah masa..? Aku tidak percaya ah.., Kamu kan cantik.., pasti banyak cowok yang ngelirik kamu..”
Rupanya dia agak GR juga dengan pujianku, lalu sambil ketawa lirih dia cuma bilang, “Ah kamu..”.
“Iya bener lhoh..”
Dia diam sebentar, lalu dia menoleh ke arahku, dan mulai memandangku. Aku menatapnya, lalu aku tersenyum. Kami berpandangan beberapa saat. Hmm, betapa cantiknya dia, pikirku.
Merasa ada kesempatan, segera kuarahkan tangan kananku pelan-pelan ke tangan kirinya, lalu kugenggam dan kuremas pelan-pelan. Dia agak kaget dan menghela napas panjang, seolah tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Pelan-pelan pula, badanku kuhadapkan ke arahnya dan kutaruh tangan kiriku di pinggangnya, lalu wajahku mulai mendekati wajahnya. Aku mulai bisa merasakan nafasnya yang semakin cepat dan tidak beraturan.
Akhirnya dia memejamkan mata, lalu kucium lembut keningnya, lalu pipi kanannya, lalu pipi kirinya. Aku terdiam sebentar. Matanya masih tetap terpejam. lalu perlahan-lahan kucium bibirnya yang lembut itu. Dia membalas dengan menggerak-gerakkan mulutnya.
Aku memeluknya, lalu kami saling mengulum bibir, lalu memainkan lidah.., Hmm nikmat sekali.
Beberapa saat kemudian, aku hentikan permainan bibir itu lalu aku terdiam. Matanya terbuka, tatap matanya serasa seperti bertanya-tanya. Lalu aku menciumi bibirnya lagi sambil pelan-pelan merebahkannya di atas ranjang.
Dia menurut saja, membuatku semakin bernafsu. Lalu aku cium dia pelan-pelan sedangkan tanganku meraba-raba dan meremas-remas payudaranya yang cukup besar, “Emhh.., Emh..” dia cuma melenguh saja membuat gairahku menjadi semakin naik saja.
Segera kusingkapkan T-Shirt yang dipakainya ke atas, lalu kuciumi dan kujilati dadanya yang aduhai itu,
“Ahh.., Emhh..”, badannya bergoyang-goyang kecil, membuat nafsuku semakin naik. Waktu mau kubuka kancing BH-nya, dia mengangkat badannya sehingga memudahkanku, lalu kujilati putingnya dan kuhisap-hisap selama beberapa menit, “Emhh.., Ahh.., Ahh..”
Aku sudah tidak tahan lagi, langsung kubuka celana panjangnya lalu kupelorotkan, kujilati kemaluannya dari luar sebentar, lalu segera kupelorotkan juga. Hmm.., ternyata rambut kemaluannya masih lebat, jauh lebih lebat daripada kakaknya,
Sedangkan lubang kemaluannya masih sangat rapat. Ahh.., baru percaya aku kalau dia masih perawan. Kujilati clitoris vaginanya yang sangat menggairahkan itu, dia terengah-engah,
“Ahh.., Ahh..”, dan sesekali tubuhnya menggelinjang. Kuhisap-hisap dan kujilati bagian dalam lubangnya. Hmm.., nikmat sekali, cairan yang keluar langsung saja kutelan.
Aku sudah tidak sabar lagi, tidak sampai 5 menit aku menjilati vaginanya, segera kupelorotkan celana panjang dan celana dalamku lalu pelan-pelan kumasukkan penisku ke dalam lubang senggama Tina.
Uhh.., agak sulit juga tapi berhubung cairannya sudah cukup banyak, akhirnya masuk juga, kurasakan ada sesuatu yang menghalangi laju penisku, sepertinya selaput daranya namun kuteruskan saja pelan-pelan.
“Aduh!”, pekiknya.
“Tina, sakit ya? Tahan ya..”, Aku terdiam sebentar, menunggu agar sakitnya hilang, lalu mulai kumasukkan lebih dalam lagi pelan-pelan.
“Tina, masih sakit..?”.
“Iya.., tapi sudah agak.., ahh..”, Pelan-pelan sekali kumaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya. Hmm, benar-benar nikmat.., benar-benar rapat sekali vaginanya, menjepit penisku yang merasa keenakan.
“Ahh.., ahh.., hmmhh..” akhirnya dia mulai merasa nikmat, aku jadi berani mempercepat gerakanku.
“Ahh.., Ahh.., Ahh..” Mungkin cuma sekitar 3 menit, dia sudah mulai terangsang sekali.
”Ah.., Don.., Ah Don.., Aku sepertinya mau.., ahh..”, Sepertinya dia mau orgasme, akhirnya kupercepat gerakanku dan,
“Ahh.., Ahh nikmat Don.., aduh nikmat sekali Don..”. Aku belum orgasme, lalu kutarik penisku dan kugesek-gesek sendiri dengan cepat dengan tanganku.
“Ahh..”, akhirnya aku orgasme juga, spermaku bertebaran di perutnya.
Setelah kami membersihkan spermaku, kami mandi bersama-sama, setelah itu kami ngobrol-ngobrol juga di atas ranjang, sambil bermesraan layaknya orang pacaran.
Tapi sungguHPun begitu, aku tidak mencintai dia sama sekali dan tidak menganggapnya sebagai pacar, walaupun sebetulnya aku sendiri juga belum punya pacar, jahat juga yah aku.
Beberapa puluh menit kemudian pintu diketuk oleh Mas Bram dan akhirnya kamipun pulang, sampai di rumah sudah sekitar jam 11 malam. Begitu melelahkan.., namun begitu nikmat. Aku baru bisa tidur sekitar jam 2 pagi, entahlah, membayangkan macam-macam.
Semenjak itu aku sudah tidak pernah lagi bertemu dengannya, pernah aku mencoba meneleponnya tapi karena ada gangguan Telkom (suara tidak jelas, crosstalk) maka terpaksa tidak dilanjutkan, dan aku tidak pernah meneleponnya lagi. Tanggal 26 Mei kemarin aku pulang ke kota K. Mungkin nanti awal Juni aku mau ke Surabaya lagi, bertemu dengan dia. “Ahh..”, akan kunantikan saat itu.



Agen Taruhan Online Hokbet88.net

Agen Togel Isin4D - Seminggu tinggal Bersamaku



Agen Togel Isin4D - Karena ibuku seorang dosen maka tak heran jika beliau mempunyai kenalan banyak mahasiswi, tak jarang mahasiswi tersebut sering datang kerumahku untuk sekedar maen atau ada urusan di perkuliahannya, dan kejadian ini aku akan ceritakan dengan kisah nyataku saat ibuku sedang tidak dirumah.
Namaku adalah Joe. Saat itu aku sedang dalam masa pengangguran karenanya aku hanya tinggal di rumah sehingga membuatku sangat bosan karena kegiatanku sepanjang hari hanya menonton VCD dan bermain komputer saja.
Tetapi kebosananku berakhir ketika salah seorang mahasiswi Ibuku datang kerumah. Indri namanya, dia kuliah di Universitas (edited). Karena Ibuku kebetulan sedang ada urusan, maka Indri menunggunya datang dikarenakan ada urusan yang sangat penting dengan Ibuku.
Karena aku tidak ada pekerjaan dan aku sangat bosan dengan kegiatanku, maka aku menemaninya menunggu Ibuku. Tetapi, aku sengaja tidak memberitahukan kepadanya bahwa Ibuku sedang pergi ke luar kota bersama Bapakku selama beberapa hari.
Jika kuperhatikan dengan seksama, Indri sama sekali tidak jelek. Bagiku dia bahkan menarik sekali, dengan proporsi badan yang bagus dan seksi dan dikombinasikan dengan rambutnya yang panjang tergerai dan hitam.
Sekilas wajahnya mirip dengan Maudy Kusnaedi dan karenanya aku tidak bosan-bosannya menatap Indri sambil terus mengajaknya bercakap-cakap sambil menawarkannya minum segelas air jeruk.
Sampai suatu ketika, dia minta ijin untuk pergi ke WC dan aku menunjukkannya lokasi WC yang berada di belakang kamar orang tuaku. Di saat dia pergi kesana, aku memasukkan pil perangsang yang kubeli sewaktu aku masih berkuliah di luar negeri dulu.
Pil perangsang itu larut dengan air jeruk tetapi tidak memberikan perubahan pada warna maupun rasa air jeruk itu sendiri. Setelah itu, aku hanya tersenyum-senyum memikirkan rencanaku selanjutnya sambil menunggu Indri keluar dari WC.
Setelah Indri kembali dari WC, ia kembali duduk dan mengajakku ngobrol mengenai bisnis orang tuaku sambil meminum air jeruk yang kusuguhkan kepadanya.
Beberapa menit setelah ia meminumnya, ia memperlihatkan reaksi dari obat tersebut, dia berkali-kali meminta maaf kepadaku karena ia merasa kegerahan dan setelah itu ia mulai membuka pakaiannya.
Di saat ia membuka pakaiannya, aku dapat melihat sosok Indri yang hanya mengenakan BH dan celana dalamnya. Hal ini membuat penisku mendadak berdiri dan siap dimasukkan ke “lubang kenikmatan”. Aku mengajak Indri ke kamarku sambil kuberikan alasan agar aku dapat menyalakan Air Conditioner sehingga dia tidak lagi kegerahan. Ia percaya saja dan mengikutiku ke kamar.
Di dalam kamarku, ia duduk di ranjang sambil sesekali mengusap dadanya. Aku menjadi tidak tahan melihat adegan ini sehingga aku mulai mencium bibirnya. Ketika aku menciumnya, tidak ada perlawanan sama sekali. Kami bermain lidah hingga 10 menit.
Dikala kami bermain lidah, aku mulai membuka BH dan celana dalamnya. Setelah dia bugil, kemudian aku membuka pakaianku sendiri. Disaat aku sedang membuka pakaianku, Indri mengusap-usap tubuhnya dan memainkan jari-jarinya di sekitar vaginanya sehingga membuatnya basah. Aku tidak tahan lagi maka kudekati vaginanya dan memainkan lidahku di dalam vaginanya.
Aku sempat terkejut karena ternyata Indri masih perawan sehingaa aku berpikir bahwa ini adalah hari keberuntunganku. Aku terus menjilati vagina Indri berulang-ulang dan diiringi dengan desahan Indri yang sangat sensual,
“Hmm…, shhh…, aahh…”. Aku tidak peduli dan terus menjilatinya hingga beberapa saat kemudian Indri menjepit kepalaku dengan kedua kakinya sehingga membuatku menjadi sulit bernafas selama beberapa saat dan tubuhnya mendadak menjadi gemetar dan ia berteriak tertahan sambil melengkungkan punggungnya yang membentuk siluet yang indah sekali.
Aku mengerti kalau dia sedang klimaks, aku senang sekali tetapi juga sekaligus belum puas, why? Karena aku sendiri belum memperoleh kepuasan darinya. Setelah ia terbaring lemas karena klimaks tersebut, aku segera saja memasukkan penisku yang panjang karena sudah tegang ke dalam vagina Indri.
Ketika penisku merobek keperawanannya, ia berteriak kesakitan dan aku merasakan penisku telah dibasahi oleh darah segar keperawanannya, tapi aku tidak ambil peduli. Sambil kucium bibirnya yang seksi, tanganku bermain di puting susunya, juga kutusukkan penisku ke dalam liang vaginanya.
Teriakan yang tadi kudengar lama kelamaan berubah menjadi desahan-desahan dan tangannya mulai aktif memegang dan menekan-nekan selangkanganku seakan- akan menginginkan agar aku memasukkan penisku lebih dalam lagi.
Tusukanku di dalam liangnya membuatnya mendesah-desah sensual dan memintaku mempercepat gerakan. Aku terus mempercepat gerakanku hingga dapat kurasakan vaginanya semakin basah. Ia memintaku mengubah posisi.
Ia sekarang berada di atas. Dengan hati-hati ia menindihku dan memasukkan penisku yang masih tegang ke dalam liang vaginanya. Dengan posisi berbaring, kupeluk punggung Indri sambil menaik-turunkan tubuhnya sehingga aku merasa semakin nikmat karena pijitan vaginanya.
Aku semakin mempercepat gerakan sehingga membuat adegan yang kami lakukan semakin panas karena Indri terus menggenjot tubuhku sambil tangannya memainkan puting susunya sambil sesekali menekan-nekan payudaranya yang cukup besar itu.
Setengah jam terus berlalu dan aku mulai merasakan seolah-olah akan ada ledakan dalam diriku dan dirinya. Aku mengetahui bahwa dia akan klimaks lagi karena dia semakin kuat mendesah dan juga semakin cepat menggenjot tubuhku.
Aku semakin tidak tahan dan kusemprotkan cairan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya dan di saat yang bersamaan pula, Indri berteriak dengan disertai getaran hebat sambil semakin cepat menggenjotku.
Penisku terasa seperti sedang di”pipis”in olehnya karena ada cairan yang mulai membasahi penisku. Setelah beberapa menit kami bersama-sama melepaskan nafsu, aku mencium bibir Indri dan memeluknya.
Aku bermain cinta dengannya hingga sore hari dan kemudian kuberitahu padanya bahwa orang tuaku baru akan kembali seminggu kemudian. Tetapi di luar dugaanku, karena justru hal ini malah membuatnya senang karena itu berarti dia bisa tinggal untuk bercinta bersamaku selama seminggu. Setelah itu, aku dan Indri terus menerus bercinta di rumahku sampai dengan Ibuku kembali dari luar kota.



Agen Togel Isin4D Hokbet88.net

Agen Casino - Lesbian 2 Perawan



Agen CasinoCerita ini memang membuat kau ketagihan diman aku melihat dua wanita yang sedang berhubungan layaknya suami istri, kelihatannya masih muda cantik cantik pula karena sebagai cowok yang normal aku tergoda dengan tingkah 2 cewek tersebut.
Cerita ini berawal ketika Siska, wanita cakep temenku di datengi adik kostnya.
– mbak, mau kubantu ? – suara Halwa terdengar saat masuk ke kamar kostku.
– Walah ya jangan repot2, ini kan cuma ngebongkar titipan orang – sahutku
Sambil mengeluarkan macam2 kripik dari dalam kardus2 besar yang baru datang.
– kubantuin makan, maksudku – sambung Halwa cekikikan.
Sambil tersenyum aku mengeluarkan juga pakaian yang terlipat rapi dari kardus2 itu juga. Halwa tidak bisa diam melihatku mengeluarkan isi paket dari kerdus. Kubiarkan sesaat Halwa ikut mengatur memisahkan makanan kering, keripik, pakaian dan buku2. Aku teringat sesuatu, tapi terlambat…
– Eih ?!? – Halwa memperhatikan 3 dvd di tangannya.
Movie porno koleksiku ketahuan!!
Halwa berdiri menghindar saat kucoba merebut dari tangannya. Halwa malah naik ke tempat tidurku, bersandar dan membolak balik gambar di covernya. Biarlah, kupikir Halwa juga sudah dewasa. Baru 2 semester berjalan sekolah menengahnya, Halwa sudah termasuk dewasa menurutku. Jika ternyata belum melihat hal2 seperti itu .. ya berarti masih lugu dan poloslah dia.
– mbak Siska punya film begini ? pinjem ya mbak – katanya bangkit dari tempat tidurku langsung berjalan cepat ke pintu.
– hati2 menyimpannya. – seruku sambil melanjutkan unpacking isi kardusku.
Lama juga memilah isi kardus dan menatanya ke lemari, meja dan kulkas kecilku. Setelah semuanya rapi, kuambil kaos longgar dan celana pendek, handuk serta perlengkapan mandiku.
Setelah mandi aku keluar kamar mandi, berjalan terus keluar kamarku sambil mengeringkan rambutku dengan handuk. Beberapa langkah setelah di depan kamar Halwa, kuketuk pintunya.
Dengan lilitan handuk membungkus pinggang hingga pahanya, Halwa membukakan pintu dan langsung menarik tanganku masuk ke dalam kamarnya. Dikuncinya pintu dan kembali memegang tanganku, menarikku ke depan tvnya. Seperti perkiraanku, Halwa masih melihat dvdku tadi.
Masih tertayang seorang pria kulit gelap telanjang dan dua gadis asia setengah telanjang sedang beraksi di ruang kantor. Pria itu berlutut di depan gadis si rambut panjang yang duduk di kursi dengan paha terbuka lebar, kaki yang satu di atas meja.
Dengan cepat pria itu menggoyang pantatnya maju mundur sementara si rambut panjang mencengkeram tangannya ke atas, memegang sandaran kursi di belakang kepalanya sambil berteriak seperti kesakitan. Branya telah terbuka menggantung di tangan kirinya. Buah di dadanya bergoyang seirama dengan kayuhan pantat si pria.
Yang rambut pendek berusia belasan tahun terbaring di meja, dengan rok seragam sekolahnya telah tersingkap ke atas. Pahanya terbuka lebar, kakinya diatas meja, sementara kepala pria itu mencium dan menjilat pangkal paha gadis itu. Tangannya pun ikut bermain di sana.
Halwa diam saja saat kuberjalan ke kulkasnya, membuka dan mengambil setangkai anggur. Kututup kulkas dan memutar tubuhku menghadap tempat tidur, memperhatikan Halwa. Ia tak berkedip melihat tv, duduk di tepi tempat tidur, kaki kirinya di atas kaki kanannya, terlihat sedikit bergoyang. Terlihat pantatnya juga sedikit bergoyang memutar.
Halwa hanyut dengan tontonannya. Sambil tersenyum aku duduk di selahnya sekarang. Kuperhatikan dadanya naik turun agak cepat. Kubiarkan Halwa menonton movie itu sampai si pria berdiri dan menghadap meja, ke arah gadis sekolah rambut pendek itu. Pria itu mulai menggoyang pantanya lagi maju mundur di tengah pangkal paha yang terbuka lebar di atas meja.
Sekarang kuganti cemilanku dengan minuman ringan dari kulkasnya. Belum habis minumanku, pria itu telah berteriak, memegang batang kemaluannya yang mengeluarkan cairan putih memenuhi wajah gadis itu.
Kuperhatikan Halwa, duduk tegak, tangannya menopang tubuhnya di tempat tidur. Kakinya sedikit terbuka pahanya.
Sekarang!! Dengan cepat kuraih handuk yang melilit bawah tubuhnya, kutarik lepas menyingkap bawah tubuhnya yang sekarang terlihat jelas. Halwa tidak mengenakan apa2. Ia terkejut.
– Eih!! mbak Siska!!
Tangannya bergerak menutup pangkal pahanya. Saat akan berdiri, kutahan tangannya, sambil terseyum aku berkata
– jangan ributlah, toh punya kita sama. – suaraku menenangkannya.
Halwa mulai tersenym dan kembali duduk tenang.
– tapi punyaku bulunya jarang mbak, masih halus. – tangannya membelah menyisir rambut bawahnya perlahan.
– kalau punyaku sudah banyak keluar, tapi sering kucukur. enak kalau mulai tumbuh lagi, geli2 gimana gitu.
Aku berdiri sekarang menghadap Halwa. Dengan santai kuturunkan sedikit calana pendekku, terlihat jelas Halwa memperhatikan milikku. Lalu ia membandingkannya sebentar dengan miliknya.
– ah mbak Siska sudah dewasa, dada mbak sudah bagus bentuknya.
– kalau dadaku cuma segini – Halwa kemudian mengangkat baju atasnya, terlihat bra cup nya yang agak kedodoran.
Kutarik ke atas kaosku, kulepaskan sekarang lewat kepala. Setelah meletakkan kaosku di atas tempat tidur, kupegang bagian bawah kedua buah dadaku, sedikit kuremas dan sedikit kuangkat ke atas, sedang kucoba kutontonkan pada Halwa.
– punya mbak Siska bagus. mungkin paling bagus diantara anak2 kist sini. – katanya pelan.
– besar, maksudmu ? – jawabku tertawa geli
lalu kuputar bagian belakangku menghadap cermin, menurunkan lebih ke bawah celana pendekku.
– semoga pantatku juga indah ya – komentarku
– padat mbak, apa yang itu disebut bahenol ? – tanya Halwa
– hihihi – tak tahan ku tertawa geli dengan komntarnya. senang juga mendengarnya.
Aku menungging sekarang, memperlihatkan dengan jelas kedua lubangnya di cermin.
Halwa duduk bergeser, ikut memperhatikan apa yang tampak di cermin.
Kutarik celanaku ke atas sekarang, lalu kududuk lagi disebelahnya.
– punyamu sudah basah ? – tanyaku
– apanya mbak ?
– ya yang di bawah pusarmu, terasa basah gak ?
– enggak tau – jawab Halwa.
Ia kini bergerak mundur sedikit di tempat tidur. Lututnya diangkat ke atas, kedua kakinya di atas dipan sekarang, pahanya dibuka lebar-lebar, mempertontonkan pangkal pahanya. Kedua tangannya membantu membukanya hingga kini terkuak. Kulit dalamnya yang merah muda sekarang terlihat jelas, agak berlendir.
– sudah pingin pipis ? – tanyaku lagi.
– tadi pingin sih, tapi bukan pingin pipis rasanya. enggak tau gimana gitu – jelas Halwa.
– tapi sudah basah kan ?
Kuambil handuk dan mengusap pangkal pahanya. Halwa diam saja. Kupijit perlahan sekarang.
– sudah mencoba memasukan ke lubangnya ? – tanyaku lagi perlahan
– apaan ? apa maksud mbak Siska ?- tanyanya
– mungkin jarimu kau masukan ?
– tadi memang pingin memegangnya, terasa enak terus keterusan memegangnya. – jelasnya
– makanya kulepaskan celanaku biar enak mengusapnya – jelasnya lagi.
Terlihat pantat Halwa mulai sedikit bergoyang goyang. Aku tidak menghentikan usapan dan pijitanku.
– enak diusap ? – tanyaku lagi.
– tadinya sih – jelas Halwa.
– kalau sekarang ?
Halwa diam, mencoba menikmati usapanku di bawah perutnya.
Kugeser dudukku sekarang, mendekat. kubelai rambutnya, kusisir perlahan. sesekali kuusap juga telinganya. Halwa diam, menatapku.
Sekarang tanganku tanpa handuk membelai pangkal paha Halwa, bagian sensitif wanitanya, perlahan naik turun, sesekali membuka lipatannya menyentuh tonjolan kecil di dalamnya.
Halwa memjamkan mata. nafasnya mulai terdengar jelas berirama agak cepat.
Kakinya kubuka lebar2, dengan tangan kiriku kupercepat usapan di pangkal paha Halwa.
– hsss … mbaaak – Halwa mendesis, merebahkan tubuhnya di tempat tidur sekarang.
Kugerakkan tangan kananku ke arah dadanya sekarang. Perlahan kuangkat cup penutup buah di dadanya. kuusap-usap ujung kecil di buah dadanya.
– hmmm … hssss – Halwa bersuara tak jelas
Tangannya memegang tanganku yang di dadanya. Hanya memegang. Aku sekarang meremas buah di dada Halwa yang masih ranum itu. Tangan kiriku kupercepat mengusap pangkal pahanya.
Halwa mulai melepaskan nafasnya pendek berirama cepat sambil bersuara
– haah!! haah!! haah!!
Kupercepat tangan kiriku mengusap daging kecil di celah2 pengkal paha Halwa.
Perlahan jari tengahku mengusap sekeliling lubang kecil di bawahnya. Sesekali mencoba masuk
– mbaak!! Haah!! Haah!! mbak Siskayy!! haah!!
Dengan ibu jari tangan kiriku aku kini mengusap daging kecilnya, sementara jari tengahku mencoba masuk ke lubang bawahnya. semakin cepat gerakanku, Halwa kini bergoyang pantatnya. Terus bergoyang mengikuti iramaku.
Telah masuk setengah jari tengahku di dalam pangkal paha Halwa. Mulai basah jariku itu, tapi tetap tertahan tak bisa masuk lebih jauh.
Dengan jangkauan sedikit masuk ke dalam itulah aku menggerakkannya keluar masuk
Semakin cepat, cepat, lebih cepat, kutambah kecepatannya …
– mbaaaak Siskayyyy !! – Halwa menyebut namaku dengan menjerit kecil
Tubuhnya bergetar. Bukan bergoyang seperti tadi, tapi bergetar, mengejang, otot pangkal pahanya menegang, tangan keduanya menangkap tanganku yang bergerak cepat di bagian bawah tubuhnya.
Kemudian diam tak bergerak, kecuali nafasnya naik turun seperti berlari kecil.
Tanganku sudah diam sekarang.
– basah ya ? aku ngompol ya ? tadi seperti pipis rasanya …
Kuambil handukku tadi, kuusap lagi ke bagian penting Halwa itu.
– enak Halwa?!?
– hmmm … gimana ya rasanya … – jawabnya masih telentang.
– punyaku juga sedikit basah lho
Halwa bangkit, duduk sekarang. menatapku lalu memperhatikan bawah pusarku.
– terus aku musti gimana ? – tanyanya
– coba kau ganti dan putar film dvdku. yang India ya ?
Aku beranjak dari tempat tidur ke meja rias Halwa. Halwa dengan cepat mengganti dvd dengan film yang kumaksud. Kuraih sisir sikat Halwa yang dari karet lunak, kududuk lagi di dipan.
kuraih remote dvd, dan kupilih scene yang paling tengah.
Langsung tampil seorang pemuda keturunan India yang telah telanjang bulat, mengikat wanita berdarah India juga yang kini telanjang bagian bawah tubuhnya. Wanita berambut pendek seperti lelaki itu menangis di tepi tempat tidur, kedua tangannya terikat di satu sudut atas tempat tidur.
Kugesekkan pangkal sisir sikat Halwa pada pangkal pahaku berulang ulang.
Halwa yang memperhatikan kegiatanku juga mulai duduk sambil sesekali melihat film itu.
Aku ikut merasakan nikmatku saat pemuda itu memasukan tongkat kehidupan di bawah pusarnya dengan paksa ke gadis yang terikat itu. Bersaamaan itu juga masuklah pangkal pegangan sisir sikat Halwa ke dalam lubang bawahku. Terasa sesak lubangku dipenuhi pangkal sisir itu yang semakin masuk, semakin lebar pangkal sisir itu.
– AArhhhhh!! – aku merasakan nikmat saat kutarik dan kumasukan lagi berulang-ulang
Halwa di sebelahku mulai mengusap bawah perutnya juga, mengikuti iramaku. Halwa duduk terbuka lebar lagi sambil memperhatikanku dan tv bergantian.
Nikmat yang kurasakan menambah sensasi kami berdua saat wanita di tv mulai berteriak2 menangis menjerit-jerit. Sisir itu telah cepat keluar masuk membantuku mencapai nikmat yang kucari.
Halwa mulai mengerakkan jemarinya ikut2 memasuki lubangnya sendiri.
Tambah cepat nafasku saat melihat Halwa mulai bergoyang menikmati usahanya.
Wanita di tv terlihat megejang, sementara pemuda itu menghentikan kegiatannya tuk berganti posisi, menduduki paha wanita itu dan mencoba memasuki lubangnya dengan pusaka miliknya.
– haaah!! mbaaak!! – Halwa merintih, saat tanganku ikut meremas dadanya.
Aku bergerak cepat, menggeser dudukku mendekati Halwa.
– haah!! bantuin Halwa!! haah – seruku
Kudekati tangan Halwa yang menyangga tubuhnya, kuraih dan kuarahkan ke sisirnya sendiri yang keluar masuk di lubang kenikmatanku.
Halwa yang sekarang ikut memegang sisir itu, melai mengikuti irama tanganku.
– haah!! haah!! yang cepat!!
Sekarang kubiarkan Halwa sendiri yang melakukannya. Kubuka pangkal pahaku lebar2 menghadapnya, kuangkat sedikit lubangku, kini Halwa mulai mempercepat tusukannya.
– HAAAAHHH!! – suaraku keluar saat tanganku bergerak,
mengusap dan menekan daging kecil di dalam lipatan bawah tubuhku. Halwa tetap menusukku dengan irama yang kurasa bertambah lama bertambah cepat. Nikmat dan sensasi yang luar biasa, terbawa suara di tv yang nyaring. Benar2 terasa penuh lubangku saat Halwa membenamkannya, dan terasa nikmat sensasinya saat Halwa menarik dan membenamkannya lagi dengan cepat.
Tak kuasa aku menahan getaran dan kejangnya otot di seluruh tubuhku saat puncak nikmat yang kucoba raih itu datang …
– AAAAAAAAAAAARRRRGGGHHHH !!!!
Betul2 serasa mengeluarkan kepuasan yang tiada tara melalui bawah tubuhku …
Kubiarkan Halwa menusuk lubangku beberapa kali, lalu kutahan dengan kedua tangannku mencoba menghentikannya.
Tangan Halwa yang satu masih menusukkan jemarinya ke lubang miliknya dengan cepat sekali. Ia terlihat ingin juga menikmati puncak permainannya. Tak beberapa lama sebelum sempat kubantu …
– hah!! hah!! HAHH!! HHAAAA!! HAAARRGHHH!!! MBAAAAAAAAKKKK!!!
tubuhnya menegang, bergetar sesaat, perutnya naik turun cepat, kemudian merangkulku. Kami berbaring sekaarang, aku tertindih tubuhnya yang penuh keringat. Masih merangkulku dan menyandarkan kepalanya, terdiam tak bergerak.
Bebearpa saat kemudian Halwa sesenggukan menangis …
– huhuuu – berbisik ia dalam tangisnya
– aku sudah tidak perawan lagi ya? Huuu huuu … –
Kuangkat tanganya yang dipakainya sendiri, kuperhatikan ada lendir membasahinya dan sedikit merah …
– entahlah Halwa, aku tidak yakin itu darahmu, tetapi tenang sajalah, kau sudah memdapat apa yang kau cari tadi – bisiku perlahan …
Setelah beberapa lama kami berpelukan, aku mulai meninggalkannya di tempat tidur, merapikan celanaku dan mengenakan kaosku. Kuambil handukku, dan bergerak keluar kamarnya, masuk lagi ke kamarku tuk mandi lagi.
– Begitu deh mas ceritanya – berbisik Siska perlahan
– Lu gila ya Siska, cerita detail begitu ke gue ? – tanyaku perlahan sambil tersenyum.
– Lah, kan mas sendiri yang ingin dengar ceritanya.
– Iya, tapi aku sekarang kan bingung mau ke mana. Pelabuhanku sekarang sedang ke Manado, yang lain di Singapore dengan bossnya. Yang lain sedang terbang dengan flight maskapainya. Kemana kapal selamku musti berlabuh? Ah dasar kau sukanya bikin pusing – kutatap matanya.
Kusandarkan badanku ke kursi, kutarik kedua tanganku menopang kepalaku.
Siska menggeser kursinya, dari hadapanku tadi, sekarang kursi yang beroda itu telah berada di sebelahku. Sambil mendekatkan wajahnya ia tersenyum sambil berbicara perlahan :
– asyik kan ceritanya ?
– Untung gak ada yang dengar ceritamu tadi. – kataku sambil memperhatikan kiri kanan.
– Hari Sabtu begini, kantor ini biasanya sepi mas. Jarang ada yang lembur sampai sore begini.
– Kalau bukan karena menemani mas membackup data akuntasi perusahaan ini tiap hari Sabtu, aku juga gak bakal ke sini mas.
– Lah, bukannya tiap minggu kamu ke sini ngeberesin pembukuan ?
– hiyo hiyo. terserah deh mas. tapi sekarang pokoknya sepi. tenang aja. office boy kan sekarang doyan maen facebook mas.
– mas aja yang freelance di sini tidak memperhatikan. mas cuma hari2 tertentu sih datang ke kantor kami.
Kulirik Siska sekarang. Ia masih memajukan tubuhnya ke arahku. Terlihat bibir merah mudanya yang basah, kemeja atasnya yang ketat sekarang memperlihatkan belahan dadanya yang indah.
Matanya menatapku tak berkedip. Siska memperhatikan mataku melirik dadanya, turun ke paha seakan menelanjangi tubuhnya.
Kuturunkan tanganku sekarang, dengan jarak dekat begini kuraih rambut di atas telinganya.
Kusisir pelahan kebelakng. Siska bergerak mendekat, meletakakan tangannya dipahaku.
Segera kutarik kepala Siska, kucium bibirnya, kuhisap dalam2, lidahku juga mencoba melumat rongga mulutnya.
Kuhentikan ciumanku, terlihat mata Siska terpejam dan sedikit terbuka mulutnya.
– Di mana ruang meetingmu ? – kubertanya sambil mengajak Siska berdiri, menarik tangannya.
Siska berjalan cepat ke arah ujung ruangan yang luas ini. Kulewati lorong kerja disekitar meja kerja karyawan kantor ini. Di salah satu meja yang komputernya menyala terlihat pemuda yang sedang mengetik di keyboard, berinteraksi dengan monitornya yang menampilkan facebook. Office boy sedang sibuk sendirian sekarang.
Pintu paling ujung telah terbuka, dan Siska menahannya menungguku masuk.
Setelah melewatinya, terdengar pintu tertutup perlahan dan kudengar suara kunci diputar.
Sekarang ku berdiri menghadap meja besar di ruangan kecil ini. Terlihat Siska bergerak cepat menutup gorden jendela di dua sisi ruangan ini. Meskipun siang, terasa remang cahaya yang masuk sekarang.
Siska berjalan ke arahku, memutari meja sekarang. Tangannya bergerak melepaskan kancing baju atasnya. Sesampai di depanku Siska hanya mengenakan bra, memperlihatkan buah di dadanya yang besar dan indah tertopang bra gelapnya. Ia kini duduk di atas meja menghadapku.
tangannya kebelakang sesaat, kemudian terlihat rok bawahnya mulai longgar pinggangnya.
Sambil mendekat, kubuka resleting celanaku jeansku.
Kuraih kedua tangannya dan kutarik menyuruhnya turun meja. Rok bawahnya sekarang terlepas saat Siska berdiri menghadapku.
Kuraih kursi dan kuajak dia berlutu sementara aku duduk di kursi itu. Kuhadapkan kursi ke arahnya, kuperlebar ruang resletingku dengan menarik sampai ujung bawah, lalu kuturunkan celana dalamku. Kuraih pusakaku yang setengah berdenyut itu. Batang pusakaku kini telah menjulang keluar diantara delah resleting.
– hmmm – Suara Siska terdengar, saat meraihnya.
Geli dan nikmat langsung mengalir dalam aliran darahku saat Siska mulai memasukan dalam mulutnya. Kepalanya mulai maju mundur, dan tangannya mulai melepaskan kaitan ikat pinggangku. Dibukanya kancing atasnya dan kini dengan sedikit membungkuk Siska sekarang telah menaik turunkan kepalanya, menelan ujung pusakaku sampai terasa sangat geli sekarang.
Kusandarkan tubuhku, dan kuraih kepala Siska.
– oowwhh – tambah geli aku sekarang, saat mulutnya menjepit pusakaku sambil naik turun.
Kubiarkan ia memijit pangkalnya sekarang. Perlahan ia mulai mengurutnya ke atas dan menekannya ke bawah. Lalu bertambah cepat. Dan sekarang lebih cepat lagi.
Sungguh nikmat yang terkira di gedung ini kurasakan.
– iihh – aku terkejut
Rasa sensasi nikmatku bertambah saat Siska menhisapnya.
Terasa beberapa detik cepat berlalu, berlomba dengan gerakan Siska. Segera kulepas kekangan yang kutahan semenjak mendengar cerita Siska dari tadi.
Ujung nikmatku telah sampai. Kubenamkan kepala Siska ke pangkuanku, tak kulepas saat kusemburkan energi di bawah pusarku. Siska memejamkan mata saat menghisap semua energiku, menelannya dan menyapu sisanya dengan lidahnya.
Bukan main … ada kenangan baru aku di hari Sabtu ini.
– enak mas ? – Tanya Siska sambil mengusap mulutnya
– sebentar ya. – Siska berdiri, ke arah lemari kecil.
Dituangnya air di gelas dan meminumnya satu dua teguk. Kemudian disodorkan ke arahku.
Kusambut. Kuraih pergelangan tangannya yang memegang gelas. Aku berdiri dan memutar tubuhku sambil menarik Siska untuk duduk di kursiku tadi.
Siska meletakkan gelasnya di meja, dan langsung memegang kepalaku yang sudah menyeruduk masuk ke pangkal pahanya. Celana dalam hitamnya telah kutekan dengan wajahku menusukan hidungku ketengah tengahnya. Tercium wangi kainnya. Kugosok gosokkan mukaku ke situ. Berputar putar, naik turun, kiri kanan.
– huaaahh … massss
Perlahan tanganku ke pinggulnya, menarik ke bawah kain celaan dalamnya. kuturnkan sampai matakaki. Siska menggerakan sendiri kakinya hingga terlepas kain itu.
Saat kuangkat kepalaku menatapnya, terlihat buah di dada Siska mulai menarik keinginanku meremasnya. Kubuka bra hitamnya. Kuremas2 keduanya. Siska mendesah.
Kuputar kursinya, Siska sekarang kurangkul dari belakang di tempat duduknya. Kuremas sekali lagi dadanya. Kupijat dan kuremas hingga keujungnya. Siska mengangkat kepalanya ke atas.
– haaahhhhsssss maassss
Kutarik kuajak berdiri dia sekarang. Kuangkat satu kakinya dan kunaikkan ke kursi. Kuremas pahanya. Kuremas atasnya sedikit. Perlahan remasanku naik, hingga ke paha bagian dalam di pangkalnya. Siska menggigil
Perlahan remasan dan pijitanku sudah sampai ke pangkal pahanya. sudah sampai ke belahan bawah pusarnya. Kupermainkan daging kecil itu. Ia melenguh mengeluarkan udara lewat mulutnya.
Siska menarik tanganku. Ia beringsut sedikit ke meja, lalu duduk di meja menghadapku. Agak bergeser sedikit, ia sekarang mengangkat kedua kakinya di meja lebar itu. Siska melebarkan pahanya ke arahku. Terlihat rapi sisiran bulu bawahnya menutupi lipatan bagian vitalnya.
Siska merebhakan dirinya ke meja sambil bergerak menanti gerakanku selanjutnya.
Segera saja kutarik kursi duduk, menghadap meja, memeluk kedua pahanya dan membenamkan mukaku kebelahan tengah tubuh bawah Siska …
– shayyhhaaanggg !!! hooooohhhhh!!! – serunya berulang ulang beberpa lama
Siska bergetar, saat kumulai menjiat bagian2 penting di area lubang itu.
– huuooh!! hah!! ssshhhh hhaah !!!
Siska terus mengeluarkan suara saat kujilat dengan lidahku yang bergerak cepat di situ.
Kuturnkan tanganku dan mulai mengurut pusakaku yang mulai setengah tegang lagi itu.
– haah!! mass!! saa … yaaang!!
Siska berceloteh tak jelas …
Lidahku lebih cepat bergerak sekarang.
– yes mas !! huuuuh !!!
Kuhentikan jilatanku, aku berdiri sekarang.
– hhmmmm … mmmm … – Siska mengerang,
badannya bergoyang, menyodorkan lubang miliknya ke arahku. matanya terpejam, kedua tangannya meremas sendiri kedua buah dadanya.
Kutempelkan ujung pusakaku langsung di pintu masuk lubang Siska.
– hooh yes mas … sekarang sayang …
Kumasukkan kepala pusakaku ke lubang berlendir itu. kutarik lepas dan segera kumasukkan lagi kepalanya. berulang ulang dengan irama yang semakin cepat.
– hah!! hah!! haahhh!! – nafas Siska memburu gerakanku
beberapa saat kemudian, kumasukkan semua pusakaku, kubenamkan semua ke dalam lubang Siska.
– aaauuwwooooooooohh – mulut Siska makin bersuara memikat
Akhirnya kusaat kubenamkan dalam2 itulah aku segera melakukan getaran sedikit menarik dan dengan penuh memasukkannya. Kjulakukan sangat cepat iramanya, secepat gerakan drill bor yang sangat cepat itu.
– HAUW HAUW HAUW HAUW …. – suara Siska terdengar ikut bergetar cepar
Kutambah getaranku dan kupercepat
Segera saja Siska bergetar, menggelijang, menegang otot perut dan pahanya, mulutnya terbuka tak bersuara … kemudian tangannya mengangkat pahanya, ikut2 bergetar sesaat lagi …
Kuhentikan kegiatanku, kubiarkan Siska meresapi nikmatnya di atas meja meetingnya. Kulepaskan pusakaku, dan kuremas2 tuk menjaga tetap tegang.
Kemuian kutarik kakinya turn meja, kuraih tangannya mengajak berdiri. kuputar badannya dan kuarahkan menungging, tangannya memegang pinggir meja. Kuarahkan pusakaku dan mulai kudororong memasuki lubang Siska sekali lagi. Siska mendesah sekali lagi. sampai ia berjinjit berdirinya, menopang tubuhnya dengan jari kakinya.
Kuteruskan kegiatanku menghujam lubang milik Siska dengan pusakaku, dengan sebentar sebentar berganti posisi. Dari menungging di pinggir meja, berpindah ke kursi, kemudian menungging di karpet. Hingga akhirnya Siska teelentang di karpet dengan kaki berlipat di atas tubuhnya, menahan tubuhku di atasnya yang naik turun secara cepat menindih Siska. Di posisi demikian aku merasakan kenikmatan memenuhi lubnag Siska dengan pusakaku, mengoyaknya, memutar dan bergetar cepat menekan pangkal pahanya.
Hingga akhirnya kucapai lagi ujung kenikmatan yang memuaskanku sekali lagi.
Lelah aku telentang di karpet ruang meeting itu tuk beberapa saat. Sampai kuingatkan Siska tuk memperhatikan cahaya luar gedung yang telah mulai gelap, senja mulai tiba. Waktunya tuk meninggalkan gedung ini.
– makan malam di kostku aja ya mas …. – tangannya masih memeluk erat salah satu tanganku.
– lah emang kau masak apa ? seharian kita di kantormu begini – candaku di dalam lift.
– kita di Tebet mampir ke McD lalu kita makan di kakamarku.
– Ok, aku ke pos satpam dulu nitip motorku tuk parkir lama ya.
Sesampai di kamar Siska di kostnya, bukannya makan pesanan makanan yang kami bawa,
Siska sudah berinisiatif melucuti pakaianku, berusaha membangkitkan garirahku dan kita bergumul di ranjangnya. Setelah aku dan Siska terlentang menikmati puncak kepuasan yang tercapai, rasa lapar kami datang lagi. Sambil makan, Siska menawariku menginap.
– ini kunci cadangan kamarku. – Siska menyodorkan anak kunci.
– besok malam mas masuk sini aja duluan kalau aku belum nyampai.
Lah, ini pemaksaan secara halus, pikirku. Kuterima kuncinya, dan menyalakan tv menyaksikan film lepas yang tayang malem itu. Setelah film selesai, Siska menggantinya dengan salah satu dvd nya. Dari covernya aku sudah bisa menebak, film apa yang bakal kulihat sekarang.
Ditengah film panas Siska itu terlihat Siska melepaskan lagi dasternya kemudian menciumi perutku dan bawah pusarku. Melepaskan celanaku dan mengulum lagi pusakaku. Akhirnya dibantu film dan usaha Siska itulah aku bisa mulai menyambut ajakan Siska lagi.
Terasa Siska seperti ketagihan dengan apa yang diperolehnya malam Minggu ini. Ia selalu menginginkanku memuaskannya, meskipun aku kelelahan. Kubantu Siska mencapai ujung pencapaiannya hingga terasa sampai energiku habis kuekspose malam itu.
Ditengah lelapnya tidurku, jam alarm Siska membangunkam kami di siang hari, segera aku bergerak hendak mandi. Belum sampai aku berdiri dari tempat tidur, Siska sudah merangkulku dari belakang dan tangannya turun ke arah bawah pusarku.
Fenomena pagi kaum laki2 inilah yang ternyata di tunggu Siska. Pusakaku memang sedang tegang dan kencang sekali saat bangun pagi ini. Ini juga yang selanjutnya membuat Siska merintih dan mengerang dalam usahanya mencapai kepuasannya.
Siska duduk di bawah pusarku sambil menggesekan pangkal pahanya maju mundur, mememuhi lubangnya dengan pusakaku. Dan Siska berulang-ulang memulainya lagi meskipun ia telah mencapainya berulang ulang.
Di pagi ini juga aku bisa memberitahu Siska melalui kemampuanku, jika aku bisa membantunya mencapai kenikmatan dan puncaknya berkali-kali sebanyak yang dia mau. Aliran darahku sedang lancar, konsentrasiku masih segar, nafasku dapat kuatur menjaga jantungku memompa tekakan darahku menstabilkannya. Selalu kupercepat gerakanku tuk menggetarkan lubang di bawah tubuh Siska, yang membuatnya senang menggelinjang mencapai kenikmatannya.
Hingga akhirnya Siska menyudahi ketagihannya, mencapai klimaks terakhinya saat di kamar mandi. Di depan tubuh Siska yang duduk di toilet itulah aku mengakhirinya. Kuhujamkan dengan cepat getaran pusakaku di pangkal pahanya yang terbuka lebar itu. Semprotan air hangat di shower yang kuarahkan ke bawah pusarnya membuatnya berteriak menggigil, bergoyang tubuhnya menggelepar, bergetar otot pahanya, tangannya dengan keras meremas pantatku. Kuakhiri juga nikmatku, mencapai kepuasanku dengan menyemburkan cairan energiku dalam lubang istimewa milik Siska yang terengah-engah.
Sudah berapa bulan aku melewatkan kesempatan seperti ini sejak betemu dan berkenalan dengannya? Kalau saja aku lebih sadar melihat peluang dan kesempatan.
Entahlah, tapi aku punya semangat hidup yang lebih tinggi lagi sekarang …