Sabtu, 31 Oktober 2015

Judi Poker Terbaik - Tiga Menjanda Tapi Masih Perawan



Judi Poker Terbaik - Seorang janda yang sudah tiga kali bercerai memeriksakan diri pada seorang dokter kandungan. Saat dokter hendak memeriksa terjadi percakapan.

Janda: Hati-hati periksanya ya dok, saya masih perawan lho!
Dokter: Lho? Katanya ibu sudah kawin-cerai tiga kali, mana bisa masih perawan?

Janda: Gini lho dok, eks suami saya yang pertama ternyata impoten, nggak bisa penetrasi
Dokter: Oh gitu, tapi suami ibu yang kedua gak impoten kan?

Janda: Betul dok, cuma dia gay, jadi saya gak diapa-apain sama dia.
Dokter: Lalu suami ibu yang ketiga gak impoten dan bukan gay kan?

Janda: Betul dok, tapi ternyata dia itu seorang 'Politisi'
Dokter: Lha, apa hubungannya dengan keperawanan ibu?

Janda: Dia cuma janji-janji melulu dok, gak pernah ada realisasinya!
Dokter:?!?!?




Judi Poker Terbaik Pokercino.com

Agen Poker Online - Rahasia Suami Istri Tetap Romantis Sampe Tua



Agen Poker Online - Cerita ini merupakan sebuah rahasia bagaimana sepasang suami-istri bisa tetap sayang dan mesra sampai hari tua. Bahkan sampai kakek-nenek.

Ko Seng: "Sayang... Ini teman papa. Namanya Afong !!"

Istri Ko Seng: "Silahkan duduk Ko Afong. Aku buatin minuman dulu ya, Pa..."

Ko Seng: "Sekalian sama kue²nya, Darling ....."

Istri Ko Seng: "Iya Say..."

5 menit kemudian, istri Ko Seng menyuguhkan minuman dan kue...

Ko Seng: "Makasih, Honey" (sambil cium mesra pipi istrinya).

Istri Ko Seng: "Aku ke belakang lagi yaa, Pa..."

Ko Seng: "Silahkan, Cantik. Thanks ya, My Love..."

Afong sangat kagum dengan kemesraan Ko Seng dan istrinya.

Afong: "Kalian sudah menikah berapa lama..?"

Ko Seng: "30 tahun... Emangnya kenapa ?"

Afong: "Saya kagum..., kalian menikah sudah begitu lama, tapi koq masih mesra sekali seperti pengantin baru aja..."

Ko Seng: "maksud kamu ?"

Afong: "Saya perhatikan dari tadi kamu manggil istrimu dengan sebutan yang sangat mesra..... 'sayang', 'darling', 'honey', 'my love', 'cantik'.... Apa rahasianya sih...?"

Ko Seng: "Serius nih ?! Tapi janji yaa... Ini cuma antara kita berdua saja, jangan kasih tahu siapa² yaa..."

Afong: "OK"

Ko Seng: "Gini lho Fong, sebenarnya ... AKU SUDAH LUPA SIAPA NAMA ISTRIKU...?




Agen Poker Online Pokerbatman.com

Agen Poker Terbesar - Bercinta Dengan Guru Sma



Agen Poker Terbesar - Rina adalah seorang guru sejarah disalah satu sekolah SMA. Umurnya 30 tahun, cerai tanpa anak.Ibu guru Rina sangat cantik, kata orang dia mirip Demi Moore di film Striptease. Tingginya 170 dan beratnya sekitar 50 kg serta ukuran payudaranya 36B. Semua murid-muridnya, terutama yang laki-laki pengin banget melihat tubuh polosnya telanjang. Jadi cerita seks dewasa ku ini adalah ngentot dengan ibu guru Rina yang cantik.

Ibu Guru SMA Cantik
Cerita Seks Hot | Ibu Guru SMA Cantik
Suatu hari Rina terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Anto harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Anto juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.
– Cerita porno ngentot dengan ibu guru cantik –
Bagi Rina, kedatangan Anto ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu siang ini.”Sudah selesai Anto?”, Rina masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Anto selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.”Hampir bu””Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..””Iya..””Bu Rina, Saya sudah selesai”, Anto masuk ke ruang tengah sambil membawapekerjaannya.”Ibu dimana?””Ada di kamar.., Anto sebentar ya”, Rina berusaha membetulkan t-shirtnya. Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.
Begitu ia keluar, mata Anto nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Rina membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.”Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..”Muka Anto merah karena malu, karena Rina tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.”Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?””Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..””oo…, begitu to?””Anto kamu mau menolong saya?”, Rina merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.”Apa Ibu?”, tubuh Anto bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Rina yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.”Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.”Tapi tapi…, Saya”.”Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.Muka Anto langsung saja merah mendengar perkataan Rina”Iya””Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Rina kemudian duduk di pangkuan Anto. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Rina yang agresif karena haus akan kehangatan dan Anto yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Rina yang mengeras. Lidah Rina menjelajahi mulut Anto, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.
Setelah puas, Rina kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.”Lepaskan pakaiannmu Anto”, Rina berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.”Ahh cepat Anto”, Rina mendesah tidak sabar.
Anto kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.”Anto…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,Dengan gemetar Anto meletakkan tangannya di dada Rina yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Rina yang montok itu.”Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan semangat Anto melakukan apa yang gurunya katakan.”Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.Rina tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk, “Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.
Tubuh Rina menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.”Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Rina mendekap erat kepala Anto ke payudaranya.
Anto semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Anto makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.”mm…, nakal kamu”, Rina tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.”Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.Anto menurut saja. Duduk diantara kaki Rina yang membuka lebar. Rina kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.”Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Anto memasuki vaginanya.”Hangat Bu..”Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?””Iya..””Itu yang dinamakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok”Pelan-pelan jari Anto mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.”Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Rina mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Anto.”Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Anto tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.”Oohh…, Antoo…, mm”, tubuh Rini telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
Tangan Anto semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.”Ooaahh…, Anntoo”, Tangan Rina mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.”Hmm…, kamu lihai Anto…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.Anto menurut saja. Penisnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.”Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Rina segera mengusap-usap penis yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Rina. Ia segera menjilati penis muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala penis muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Anto merintih keenakan.”Ahh…, enakk…,enakk”, Anto tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan penisnya makin ke dalam kuluman Rina. Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Rina.”oohh Ibu…, Ibbuu”Muncratlah cairan mani Anto di dalam mulut Rina, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.”Hmm…, manis rasanya Anto”, Rina masih tetap menjilati penis muridnya yang masih tegak.”Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Rina sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.”Anto…, biar Ibu minum dulu”.”Tidak…, nikmati saja ini”, Anto yang masih tegang berat mendorong Rina ke kulkas.Gelas yang dipegang rina jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Rina kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.”Ibu…, sekarang!””Ahhkk”, Rina berteriak, saat Anto menyodokkan penisnya dengan keras ke liang vaginanya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.”Antoo…, enakk…, ohh…, ohh”. Tubuh Rina bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan Anto satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan penisnya yang keras melumat liang vaginanya.”Ibu menikmati ini khan”, bisik Anto di telinganya”Ahh…, hh”, Rina hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.”Jawab…, Ibu”, dengan keras Anto mengulangi sodokannya.”Ahh…,iyaa””Anto…, Anto jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Rina telah merasakan cairan hangat di liang vaginanya menyemprot keras. Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.”Uuhgghh”, penis Anto yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Rina.”Ahh”.





Agen Poker Terbesar Pokercino.com

Taruhan Poker Terpercaya - Mertuaku Yang Sangat Menggairahkan



Taruhan Poker Terpercaya - Kenalkan, aku Panji Anugerah (nama samaran). Seorang pria berusia 37 tahun, menikah, dengan seorang wanita yang sangat cantik dan molek. Aku dikaruniai Tuhan 2 orang anak yang lucu-lucu. Rumah tanggaku bahagia dan makmur, walapun kami tidak hidup berlimpah materi.

Boleh dibilang sejak SMA aku adalah pria idaman wanita. Bukan karena fisikku yang atletis ini saja, tapi juga karena kemampuanku yang hebat (tanpa bermaksud sombong) dalam bidang olahraga (basket dan voli, serta bulu tangkis), seni (aku mahir piano dan seruling) dan juga pelajaran (aku menduduki peringkat ketiga sebagai pelajar terbaik di SMAku). Bedanya waktu di SMA dahulu, aku tidak terlalu tertarik dengan hal-hal seperti seks dan wanita, karena saat itu konsenterasiku lebih terfokus pada masalah akademisku.

Bakat playboyku mulai muncul setelah aku menjadi seorang kepala rumah tangga. Aku mulai menyadari daya tarikku sebagai seorang pria normal dan seorang pejantan tangguh. Sejak diangkat sebagai kabag bagian pemasaran inilah, pikiran-pikiran kotor mulai singgah di otakku. Apalagi aku juga hobi menonton film-film biru.

Wanita lain yang sempat hadir dihatiku adalah Maya. Dia adalah rekan kerjaku, sesama pegawai tapi dari jurusan berbeda, Accounting. Dia berasal dari Surakarta, tinggal di Bandung sudah lama. Kami sempat menjalin hubungan gelap setahun setelah aku menikah dengan Lilis, istriku. Hubungan kami tidak sampai melakukan hal-hal yang menjurus kepada aktivitas seksual. Hubungan kami hanya berlangsung selama 6 bulan, karena dia pindah ke lain kota dan dinikahkan dengan orang tuanya dengan pria pilihan mereka. Dasar nasib!!! Niatku berpoligami hancur sudah. Padahal aku sudah berniat menjadikannya istri keduaku, walau istri pertamaku suka atau tidak. Karena frustasi, untuk beberapa bulan hidupku terasa hampa. Untungnya sikapku ini tidak bertahan lama, karena di tahun yang sama aku berkenalan dengan seorang teman yang mengajariku gaya hidup sehat, bodybuilding.

Saat itu, sekitar tahun 1998, yang namanya olahraga fitness, bukanlah suatu trend seperti sekarang. Peminatnya masih sedikit. Gym-gympun masih jarang. Sejujurnya aku malas berbodybuilding seperti yang dilakukan temanku itu. Apalagi saat itu sedang panas-panasnya isu politik dan kerusuhan sosial. Belum lagi adanya krismon yang benar-benar merusak perekonomian Indonesia. Untungnya perusahaan tempatku bekerja cukup kuat bertahan badai akibat krismon, hingga aku tidak turut diPHK. Namun temanku yang sangat baik itu terus memotivasiku, hingga tak sampai 3 bulan, aku yang tadinya hanya seorang pria berpostur biasa-biasa saja-walaupun aku bertubuh atletis, menjadi seorang atlet bodybuilding baru yang cukup berprestasi di kejuaraan-kejuaraan daerah maupun nasional. Hebatnya lagi kantorku dan seluruh keluargaku ikut mendukung semua aktivitasku itu. Kata mereka ”kantor kita punya Ade Rai baru, hingga kita tidak perlu satpam atau bodyguard baru” suatu anekdot yang sudah menjadi santapanku berhari-hari.

Semakin berlalunya waktu, aktivitas bodybuilderku kukurangi. Apalagi aku sudah diangkat menjadi kabag pemasaran sekarang, di mana keuntungan mulai berpihak pada perusahaan tempatku bekerja. Aku mulai bertambah sibuk sekarang. Namun untuk menjaga fisikku agar tetap bugar dan prima, aku tetap rutin basket, voli, dan bersepeda. Hanya 2 kali seminggu aku pergi ke tempat fitness. Hasilnya tubuhku tetap kelihatan atletis dan berotot, namun tidak sebagus ketika aku menjadi atlet bodybuilding dadakan.

Sewaktu aku menjadi atlet bodybuilding, banyak wanita melirikku. Beberapa di antaranya mengajakku berkencan. Tapi karena saat itu aku sedang asyik menekuni olahraga ini, tanggapan dan godaan mereka tidak kutanggapi. Salah satu yang suka menggodaku adalah Mia. Dia adalah puteri tetangga mertuaku. Baru saja lulus SMA, dan dia akan melanjutkannya ke sebuah PTn terkenal di kota Bandung. Gadis itu suka menggoda di setiap mimpiku dan bayangannya selalu menghiasi pikiranku saat aku menyetubuhi istriku. Kisahku dengan Mia akan kuceritakan lain waktu.

Seperti biasanya, aku bangun pagi. Pagi itu aku bangun pukul 04.30 pagi. Setelah cuci muka, aku mulai berganti pakaian. Aku akan melakukan olahraga pagi. Udara pagi yang sehat memang selalu memotivasiku untuk jogging keliling kompleks perumahanku. Dengan cuek aku memakai baju olahraga yang cukup ketat dan pas sekali ukurannya di tubuh machoku ini. Kemudian aku mengenakan celana boxer yang juga ikut mencetak pantatku yang seperti dipahat ini. Aku sengaja bersikap demikian demi mewujudkan impianku, menggoda Mia dengan keindahan tubuhku. Menurut kabar, dia juga suka jogging. Niatku bersenang-senang dengan Mia memang sudah lama kupendam. Namun selama ini gadis itu selalu membuatku gemas dan penasaran. Dia seperti layangan yang diterbangkan angin, didekati menjauh, dijauhi mendekat.

Tak berapa lama jogging, tubuhku pun sudah mulai keringatan. Peluh yang membasahi kaus olahragaku, membuat tubuh kokoh ini tercetak dengan jelas. Aku membayangkan Mia akan terangsang melihatku. Tetapi sialnya, pagi itu tidak ada tanda-tanda Mia sedang berjogging. Tidak kelihatan pula tetanggaku lainnya yang biasa berjogging bersama. Padahal aku sudah berjogging sekitar 30 menit. Saat itu aku baru sadar, aku bangun terlalu pagi. Padahal biasanya aku jogging jam 06.00 ke atas. Dengan perasaan kecewa aku balik ke rumah mertuaku. Dari depan rumah itu tampak sepi. Aku maklum, penghuninya masih tertidur lelap. Tadi pun saat aku bangun, tidak terdengar komentar istriku karena dia sedang terlelap tidur setelah semalaman dia menemani anakku bermain playstation. Saat aku berjalan ke arah dapur untuk minum, aku melihat ibu mertuaku yang seksi itu sedang mandi. Tampaknya dia sudah bangun ketika aku berjogging tadi.

Kamar mandi di rumah mertuaku memang bersebelah-sebelahan dengan dapurnya. Setiap kali anda ingin minum, anda harus melewati kamar mandi itu. Seperti disengaja, pintu kamar mandi itu dibiarkan sedikit terbuka, hingga aku bisa melihat bagian belakang tubuh molek mertuaku yang menggairahkan itu dengan jelas. Mertuaku walaupun usianya sudah kepala 4, tapi masih kelihatan seksi dan molek, karena dia sangat rajin merawat tubuhnya. Dia rajin senam, aerobik, body language, minum jamu, ikut diet sehat, sehingga tak heran tubuhnya tidak kalah dengan tubuh wanita muda usia 30-an.

Melihat pemandangan syur itu, kontan batangku mengeras. Batang besar, panjang, dan keras itu ingin merasakan lubang hangat yang nikmat, basah, dan lembab. Batang itu juga ingin diremas-remas, dikulum, dan memuncratkan pelurunya di lubang yang lebih sempit lagi. Sambil meremas-remas batangku yang sudah mulai tegak sempurna ini, kuperhatikan terus aktivitas mandi mertuaku itu. Akhirnya timbul niatku untuk menggaulinya. Setelah menimbang-nimbang untung atau ruginya, aku pun memutuskan nekat untuk ikut bergabung bersama ibu mertuaku, mandi bersama. Kupeluk dia dari belakang, sembari tanganku menggerayang liar di tubuh mulusnya. Meraba mulai dari leher sampai kemaluannya. Awalnya ibu mertuaku kaget, tetapi setelah tahu aku yang masuk, wajah cantiknya langsung tersenyum nakal.

”Panji, nakal kamu” katanya sambil balas memelukku. Dia berbalik, langsung mencium mulutku. Tak lama kami sudah berpagut, saling cium, raba, dan remas tubuh masing-masing. Dengan tergesa kubuka bajuku dibantu mertuaku hingga aku sudah bertelanjang bulat. Batangku pun mengacung tegang, besar, dan gagah.

Kami pun melakukan pemanasan sekitar 10 menit dengan permainan oral yang nikmat di batangku, sebelum kemaluannya kutusuk dengan batangku. Permainan birahi itu berlangsung seru. Aku menyetubuhinya dalam posisi doggy style. Aku merabai payudaranya yang kencang itu, meremas-remasnya, mempermainkan putingnya yang sudah mengeras. 30 menit berlalu, ibu mertuaku sudah sampai pada puncaknya sebanyak 2 kali. 1 kali dalam posisi doggy, 1 kali lagi dalam posisi berhadap-hadapan di dinding kamar mandi. Namun sayangnya, batangku masih saja mengeras. Aku panik karenanya. Aku khawatir jika batangku ini masih saja bangun sementara hari sudah mulai pagi. Aku khawatir kami akan dipergoki istriku. Rupanya mertuaku mengerti kepanikanku itu. Dia kembali mengoral batangku yang masih bugar dan perkasa ini, lalu dia berbisik mesra,

”Jangan khawatir panji sayang, waktunya masih lama” katanya nakal.
Aku bingung mendengar ucapannya, tapi kubiarkan aktivitasnya itu sambil terus mendesah-desah nikmat. Tiba-tiba ibu mertuaku menghentikan perbuatannya itu. Dia langsung berdiri. Melihat itu, aku pun protes,
”Lho, bu, aku khan belum keluar?” suaraku parau, penuh birahi.
”Sabar sayang, kita lanjut di kamarku saja yuk” katanya mesra.
Aku pun tambah bingung. ”Tapi khan ada bapak?” suaraku masih saja parau, karena birahi.

”Tenang saja, bapakmu itu sudah pergi tak lama setelah kamu jogging tadi, dia ada tugas ke Jawa” sahut ibu mertuaku sambil mengemasi pakaian olahragaku yang tercecer di kamar mandi dan kemudian menggandengku ke arah kamarnya. Begitu sampai di kamarnya, aku disuruhnya telentang di ranjang, sementara dia mengelap sisa-sisa air, keringat, dan sabun di tubuhnya dengan handuk kering yang sudah ada di kamarnya. Lalu dia melakukan hal yang sama padaku. Setelah itu dia langsung saja mengambil posisi 69, mulai mengoral batangku kembali. Tak lama nafsuku pun bangkit kembali. Kali ini aku bertekad akan membuat mertuaku keluar sampai tiga kali. Aku memang khawatir hubunganku di pagi ini akan ketahuan istriku, tapi persetanlah…que sera-sera. Apapun yang akan terjadi terjadilah.

Aku pun balik menyerang ibu mertuaku. Mulut dan lidahku dengan ganas mempermainkan miliknya. Tanganku juga ikut aktif merabai, meremasi bibir kemaluan dan menusuki lubang anal ibu mertuaku. Kelentitnya yang sudah membengkak karena rangsangan seksual kujilati, dan keremasi dengan gemas. Kumainkan pula apa yang ada di sekitar daerah kemaluannya. Gabungan remasan jari, kobokan tangan di kemaluannya, dan serangan lidahku berhasil membuat mertuaku keluar lagi untuk yang ketiga kalinya. ”Aaaaahhhh…. panji sayang ….” jerit nikmat ibu mertuaku. Cairan birahi ibu mertua keluar deras dari lubang vaginanya. Langsung saja kuhisap dan kutelan habis hingga tidak ada yang tersisa.

Akupun tersenyum, lalu aku merubah posisiku. Tanpa memberikan kesempatan ibu mertuaku untuk beristirahat, kuarahkan batangku yang masih bugar dan perkasa ini ke arah vaginanya, lalu kusetubuhi dia dalam posisi misionaris. Kurasakan batangku menembus liang vagina seorang wanita kepala 4 yang sudah beranak tiga, tapi masih terasa kekenyalan dan kekesatannya. Tampaknya program jamu khusus organ tubuh wanita yang dia minum berhasil dengan baik. Miliknya masih terasa enak dan nikmat menggesek batangku saat keluar masuk.
Sambil menyetubuhi ibu mertuaku, aku mempermainkan buah dadanya yang besar dan kenyal itu, dengan mulut dan tanganku. Kuraba-raba, kuremas-remas, kujilat, kugigit, sampai payudara itu kemerah-merahan. Puas bermain payudara tanganku mempermainkan kelentitnya, sementara mulutku bergerilya di ketiaknya yang halus tanpa bulu, sementara tangan satunya masih mempermainkan payudaranya. Tangan ibu mertuaku yang bebas, meremas-remas rambutku, dan mencakar-cakar punggungku. Posisi nikmat ini kami lakukan selama bermenit-menit, hingga 45 menit kemudian ibu mertuaku mencapai orgasmenya yang keempat. Setelah itu dia meminta istirahat. Aku sebenarnya malas mengabulkan permintaannya itu, karena aku sedang tanggung, hampir mencapai posisi puncak. Namun akhirnya aku mengalah.

”Panji kamu hebat banget deh, kamu sanggup membuat ibu keluar sampai empat kali” puji ibu mertuaku.
”Aah ibu bisa saja deh” kataku merendah.
”Padahal kamu sudah jogging 45 menit, tapi kamu masih saja perkasa” lanjut pujiannya.
”Itukan sudah jadi kebiasaanku, bu” aku berkata yang sebenarnya.
”Kamu benar-benar lelaki perkasa, Lilis beruntung mendapatkanmu” puji mertuaku lagi.

Lalu kami bercakap-cakap seperti biasanya. Sambil bercakap-cakap, tangan ibu mertuaku nakal bergerilya di sekujur tubuhku. Terakhir dia kembali mempermainkan batangku yang sudah mengerut ukurannya.

Aku bangkit, lalu beranjak dari tempat tidur. Ibu mertuaku memandangku heran, dikiranya aku akan keluar dari kamarnya dan mengakhiri permainan cinta kami. Tapi kutenangkan dia sambil berkata, ”Sebentar bu, aku akan mengecek keadaan dulu”. Aku memang khawatir, aku takut istri dan anakku bangun. Dengan cepat kukenakan kembali pakaian olahragaku dan keluar kamar mertuaku. Ternyata dugaanku salah. Hari memang sudah beranjak pagi, sekitar jam 6.15 menit, tapi istri dan anakku belum juga bangun. Penasaran kuhampiri kamarku dan kamar tempat anakku tidur. Ternyata baik anak maupun istriku masih tertidur lelap. Aku lega melihatnya. Sepertinya permainan playstation semalam, berhasil membuat mereka kolaps. Aku mendatangi jam weker di kamar keduanya, lalu kustel ke angka 9 pagi.

Aku menatap wajah istriku yang tertidur penuh kedamaian, sambil berkata dalam hati, ”Tidurlah yang lama sayang, aku belum selesai menikmati tubuh ibumu” lalu mengecup pipinya. Setelah itu, aku kembali ke kamar mandi, mencuci tubuhku, lalu balik lagi ke kamar mertuaku. Kami terlibat kembali dalam persetubuhan nikmat lagi. Dalam persetubuhan terakhir ini, aku dan ibu mertuaku sama-sama meraih orgasme kami bersama dalam posisi doggy anal. Sesudahnya aku balik ke kamar istriku, setelah membersihkan diri di kamar mandi untuk yang terakhir kali, dan kemudian mengenakan baju tidurku kembali.

Begitulah cerita seksku dengan Ibu mertuaku di suatu pagi hari yang indah. Tidak ada Mia, ada Arini, mertuaku yang molek dan menggairahkan.





Taruhan Poker Terpercaya Pokerbatman.com

Jumat, 30 Oktober 2015

Dewa Poker Terbaik - Malam Pertama Yang Masih Berduka



Dewa Poker Terbaik - Tiga bulan setelah suaminya meninggal, Enny dijodohkan orang tuanya dengan Udin, duda kampung sebelah. Meskipun sebetulnya masih berduka, Enny akhirnya setuju menikah dengan Udin.

Malam pertama mereka, Enny menunggu di tempat tidur, selimutan. Saat Udin membuka selimut dia melihat Enny tanpa busana, tanpa bra, tapi mengenakan CD warna hitam. Enny bilang:

"Mas Udin.. bibirku.. tubuhku.. dadaku.. milikmu sekarang.. tapi maaf mas.. yang berpakaian hitam dibawah.. dia masih berduka cita.."

Udin mikir sejenak, terus dia bilang.. "Nggak pa-pa say.. tapi sebentar ya.., aku mau ke belakang dulu"

Udin pergi ke kamar mandi. Balik dari kamar mandi, dia sudah bugil dan hanya mengenakan kondom berwarna hitam. Sambil nyengir, Udin bilang:

"Say.. yang berpakaian hitam dibawah ini.. dia mau menyampaikan bela sungkawa yang sedalam dalamnya . . . !!"

Ha ha ha...




Dewa Poker Terbaik Pokercino.com

Taruhan Poker Online - Kakek Mati Gara Di Goblokin



Taruhan Poker Online - Suatu waktu ada seorang kakek lagi mancing ikan. Sudah 3 jam lamanya memancing, tapi belum dapat ikan juga. si kakek nampaknya sudah mulai bosan bercampur kesal. Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang nanya-nanya. Jadilah anak itu sebagai sasaran kekesalan si kakek.

Anak: "Lagi Ngapain Kek..??"

Kakek: "Lo kagak liat?? Gue lagi mancing, goblokk..!!"

Anak: "Udah dapet kek..??"

Kakek: "Belom Goblok...!! Brisik!! Banyak bacot Luh..!!"

Anak: "Emang.. umpannya pake apaan kek..?"

Kakek: "Yaa pake cacing lahh, Goblok..!!"

Anak: "Pantesan gak dapet kek.. coba pake biji duren ditumbuk, terus campur dengan saos ABC. abis itu dipelintir kecil-kecil."

Kakek: "Lho... emang bisa..?"

Anak: "Ya kagak bisa laah.. Goblok..!!" (sambil kaburrrr..!! )

Saking kagetnya & baru pertama kalinya di-"goblok"-in sama anak kecil, si kakek kena serangan jantung & mati... Datanglah malaikat, trus ditanya:

Malaikat: "Kek, waktu di dunia punya agama ga??"

Kakek: "Ya punya laah.. Goblok..!!"

Malaikat: "Kek.. tolong bahasanya yang sopan ya.. barang kali aja kakek bisa hidup & balik ke dunia lagi.."

Kakek: "Lho... emang bisa..?"

Malaikat: "Ya kagak bisa laah.. Goblok..!! "




Taruhan Poker Online Pokerbatman.com

Rabu, 28 Oktober 2015

Poker Online Indonesia - Mantapnya Bercinta Dengan Wanita Berhijab



Poker Online Indonesia - Cerita Dewasa Wanita Berjilbab | Nasib itu ada di tangan Tuhan. Seringkali aku memikirkan kalimat ini. Rasanya ada benarnya juga. Tapi apakah ini nasib yg digariskan Tuhan aku tidak tau mungkin lebih tepat ini adalah godaan dari setan. Seperti pagi ini ketika di dalam bus menuju ke kantor aku duduk di sebelah cewek cantik dengan jilbab dengan tinggi 150 cm, umur sekitar 27 tahun, bertubuh sekal dan berkulit putih (keliatan dari kulit wajah dan telapak tangannya).

Mula-mula aku tidak perduli karena hobiku untuk tidur di bis sangat kuat namun hobi itu lenyap seketika ketika cewek berjilbab di sebelahku menarik tas dipangkuannya untuk mengambil hp-nya yg berdering. Sepasang paha montok tercetak jelas dari rok biru tua panjang nan ketat yang dipakainya. Pemandangan itu cukup menarik sehingga menggugah seleraku menjadi bangkit. Aku lantas mencari akal bagaimana memancing percakapan dan mencari informasi.

cerita dewasa janda berjilbab

Sepertinya sudah alamnya ketika kita kepepet seringkali ada ide yg keluar. Saat itu setelah dia selesai menelefon tiba-tiba mulutku sudah meluncur ucapan ,”Wachhh… hobinya sama juga yach !”. Sejenak dia memandangku bingung, mungkin berpikir orang ini sok akrab banget sich.”Hobi apaan ?” tanyanya. “Itu nitip absen”, sahutku dan dia tertawa kecil. “Tau aja kamu. Dasar tukang nguping”, sahutnya.Akhirnya obrolan bergulir. Selama percakapan aku tidak menanyakan nama, pekerjaan maupun teleponnya, tapi lebih banyak cerita lucu. Sampai akhirnya dia ngomong “kamu lucu juga yach.., nggak kaya cowok yang laen.””Maksud kamu ?” tanyaku lagi.”Biasanya mereka baru ngobrol sebentar udah nanya nama terus minta nomor telepon.” Setelah itu kami saling berkenalan. Perempuan muda berjilbab bernama Siti Fathiya, biasa dipanggil Tia. Obrolan terus berlanjut sampe dia turun di Thamrin dan aku terus ke kota. Dua hari kemudian aku bertemu dia lagi. Cewek manis berjilbab itu menghampiriku dan duduk disebelahku sambil bercerita bahwa teman-temannya penasaran karena dia hari itu punya banyak cerita konyol.

Pagi itu kami menjadi lebih akrab. Sambil bercanda tiba- tiba dia berkata :”Kamu pasti suka maen cewek yach, soalnya kamu jago ngobrol banget. Pasti banyak cewek di bis ini yang kamu pacarin.”Sumpah mati aku kaget sekali denger omongan dia. Kayanya maksud aku buat kencan ama dia udah ketauan. Akhirnya karena udah nanggung aku ceritain aja ke dia kalo aku sudah beristri dan punya anak. Ech rupanya dia biasa aja, justru aku yang jadi kaget karena ternyata dia sudah nggak perawan lagi karena pernah MBA waktu lulus sekolah dulu. Sekarang dia sudah bercerai. Wuichhh, nggak nyangka banget kalo doi ternyata janda muda.

Selanjutnya sudah bisa ditebak. Obrolan sudah lebih ringan arahnya. Akupun mulai memancing obrolan ke arah yang menjurus sex. Keakraban dan keterbukaan ke arah sex sudah di depan mata. Sampai suatu sore setelah dua bulan perkenalan, kami janjian pulang bareng. Hari itu dia mengenakan jilbab merah muda sewarna dengan hem dan rok panjangnya. Posisi duduk kami sudah akrab dan menempel. Bahkan Tia tidak sungkan lagi mencubit aku setiap dia menahan tawa atau tidak tahan aku goda. Beberapa kali ketika dia mencubit aku tahan tangannya dan dia tampaknya tidak keberatan ketika akhirnya tangan kirinya aku tumpangkan di pahaku dan aku elus-elus lengannya yang tertutup hem lengan panjangnya sambil terus ngobrol. Akhirnya dia sadar dan berbisik, “Wachh, kok betah banget ngelus tanganku, entar lengan bajuku jadi kusut lho. “Habis gemes ngeliat muka manis kamu, apalagi bibir tipis kamu,” sahutku sambil nyengir. “Dasar gila kamu,” katanya sambil menyubit pahaku.Serrrrrr…, pahaku berdesir dan si junior langsung bergerak memanjang. Aku lihat bangku sekelilingku sudah kosong sementara suasana gelap malam membuat suasana di dalam bis agak remang-remang. Aku angkat tangan kirinya dan aku kecup lembut punggung jarinya. Janda muda berjilbab itu hanya tersenyum dan mempererat genggaman tangannya. Akhhhhh… sudah ada lampu hijau pikirku. Akhirnya aku teruskan ciuman pada punggung jarinya menjadi gigitan kecil dan hisapan lembut dan kuat pada ujung jarinya. Tampaknya dia menikmati sensasi hisapan di jarinya.

Wajahnya yang dihiasi jilbab itu tampak sendu terlihat cantik sekali. Dan akhirnya dia menyender ke samping pundakku. Ketika bis memasuki jalan tol, aktivitas kami meningkat. Tangan kananku sudah mengusap payudaranya yang putih berukuran 36 B dari luar kemeja merah mudanya. Terasa padat dan kenyal. Lalu perlahan jemariku membuka kancing kemejanya satu persatu dan menyusup kedalam BH miliknya. Putingnya semakin lama semakin mengeras dan terasa bertambah panjang beberapa mili. Sementara itu tangannya juga tidak tinggal diam mulai mengelus-ngelus penisku dari luar. Setelah beberapa menit kemudian tiba-tiba sikapnya berubah menjadi liar dan agresif. Dia tarik ritsletingku dan terus merogoh dan meremas penisku yang sudah tegang. Tanganku yang di dada ditarik dan diarah kan ke selangkangannya. Aku tidak dapat berbuat banyak karena posisinya tidak menguntungkan sehingga hanya bisa mengelus paha dari luar rok panjangnya saja. Aktifitas kami terhenti kala hampir tiba di tujuan. Dan dengan nafas yang masih tersengal-sengal menahan birahi kami merapikan pakaian masing-masing. Turun dari bis aku bilang mau anter dia sampai dekat rumahnya. Aku tau kita bakal melewati pinggir jalan tol. Daerah itu sepi dan aku sudah merencanakan untuk menyalurkan hasratku di daerah itu.

Tampaknya janda muda berjilbab itu juga memiliki hasrat yang sama. Ketika berjalan, tangan kirikuku merangkul sambil mengelus payudaranya dari luar hem merah muda lengan panjang yang dikenakannya. Dan ketika kita melewati jalan yang sepi tersebut secepat kilat tangan kananku meraih kepalanya yang dibalut jilbab merah muda model modis dan langsung mencium dan melumat bibir tipisnya itu. Dengan cepat pula cewek berjilbab itu menyambut bibirku, menghisap dan menyedotnya. Tangannya langsung beraksi menurunkan ritsleting celanaku dan aku sendiri langsung mengangkat rok panjang model ketat miliknya. Rrrretttttt… aku tarik kasar cdnya…, jariku langsung menyelusup masuk ke vaginanya terasa hangat dan licin. Rupanya dia sangat terangsang sejak di bis tadi. Di tengah deru nafasnya Tia berdesah : “Ayo mas… masukin aja… aku kepengen banget nech. Hhhhhh…””Sebentar sayang”, sahutku, “Kita cari tempat yang aman.”Aku tarik dia melewati pagar pengaman tol dan ditengah rimbun pohon aku senderkan dia dan setelah menarik rok panjang model ketatnya itu sampai sepinggang Lalu buru-buru kuloloskan celana dalamnya kemudian kuangkat kaki kanannya. Sengaja celana dalamnya kusangkutkan di pergelangan kakai kanan yang kuangkat itu biar celana dalamnya tidak kotor menyentuh tanah. Dengan bernafsu aku buka celanaku dan megarahkan penisku ke vaginanya tapi cukup sulit juga.

Akhirnya dia menuntun penisku memasuki vaginanya. ? Emmhhh…!?, kepala janda muda berjilbab merah muda itu mendongak sembari melenguh tatkala ujung penisku mulai penetrasi kedalam vaginanya. Luar biasa, itulah sensasi yang aku rasakan ketika penisku mulai menyeruak memasuki vaginanya yang sudah dibasahi cairan nafsu. Ditengah deru mobil yang melintasi jalan tol aku memompa pantatku dengan gerakan pelan dan menghentak pada saat mencapai pangkal penisku. Tia menyambut dengan menggigit pundakku setiap aku menghentak penisku masuk kedalam vaginanya. “Ooochhhh… auchhhh… Masssss… oochhh…”, desahnya. Birahi dan ketegangan bercampur aduk dalam hatiku ketika terdengar suara orang melintasi jalan dibalik pagar. Namun lokasi kami cukup aman karena gelapnya malam dan terlindung pohon yang cukup lebat. Bahkan mungkin orang yang berjalan itu tidak akan berpikir ada sepasang manusia yang cukup gila untuk ber cinta di pinggir jalan tol tersebut. “Gantian mas… aku cape”, katanya. Aku lantas duduk menyandar dan perempuan muda berjilbab merah muda itu memegang rok panjang yang kusingkap tadi agar tidak jatuh kebawah. Kemudian Tia mulai berjongkok mengarahkan vaginanya. Ketika penisku kembali menyeruak diantara daging lembut vaginanya yang sudah licin, sensasi itu kembali menerpa diriku. Sambil memegang bahuku, dia mulai menekan pantatnya dan menggerakan pinggulnya dengan cara menggesek perlahan, maju mundur sambil sesekali memutar. Kenikmatan itu kembali mendera dan semakin tinggi intensitasnya ketika aku membantu dengan menekan keatas pinggulku sambil menarik pantatnya.

Desahan suaranya makin keras setiap kali kemaluan kami bergesekan, “uchhhhh… ssshhh… uchhhhh…”. Mataku sendiri terpejam menikmati rasa yang tercipta dari pergesekan bulu kemaluan kami sambil terus menggerakkan pinggul mengimbangi gerakannya.”Terus sayang… ayo terus”, desahku. Keringat sudah membasahi punggungnya dan gerakan kami sudah mulai melambat namun tekanan semakin ditingkatkan untuk mengimbangi rasa nikmat yang menjalar disekujur tubuh kami dan terus bergerak ke arah pinggul kami, berkumpul dan berpusar di ujung kemaluan kami. Berdenyut dan ujung penisku mulai siap meledak, sementara perempuan berjilbab ini mulai mengerang sambil menjepitkan vaginanya lebih keras lagi. “Hegghhhhhh… hhhegghhhh… heghhh… terus mas… sodok… sodok terussss… mas… yachhh… disitu… terus… terussss… ooocchhhhhhh”, dengan desahan panjang sambil mendongakkan kepalanya yang terbungkus jilbab, Tia menekan dan menjepit keras penisku sementara vaginanya terus berdenyut-denyut. ? Mass…mmhh…oouuccchh…?, pekiknya tertahan sembari menundukkan kepalanya yang berjilbab itu tatkala mencapai puncaknya. Aku hanya bisa terdiam sambil memeluk tubuhnya menunggu dia selesai orgasme.

Ketika jepitannya mulai mengendur aku langsung bereaksi meneruskan rasa yang tertunda itu, tanpa basa basi rasa nikmat itu mulai menerjang kembali, berkumpul dan meledak menyemburkan cairan kenikmatanku ke dalam vaginanya. Aku sodokan penisku sambil menekan pinggulnya sementara kakiku mengejang menikmati aliran rasa yang menerjang keluar dari tubuhku itu. Setelah beristirahat beberapa menit kami saling memandang… akhirnya tersenyum dan tertawa.”Kamu memang bener-bener gila, tapi jujur aku sangat menyukai bercinta dengan cara seperti ini. Aku belum pernah senikmat ini bercinta.” akunya. “He.. he.. he.. sama donk”, kataku sambil mengecup bibir sang janda muda berjilbab yang tipis itu sementara kemaluanku mulai mengendur di dalam vaginanya. Setelah itu kami merapikan pakaian masing dan berjanji untuk mengarungi kenikmatan seks ini untuk hari-hari mendatang.




Poker Online Indonesia Pokercino.com

Bonus Poker Terbaik - Pembantu Janda Di Perkosa Anak SMP



Bonus Poker Terbaik - Terkadang selain menjalankan tugas sebagai pembantu rumah tangga, seseorang ini sering dimanfaatkan oleh majikannya. Dalam cerita ini kami sajikan sebuah kisah antara pembantu dengan anak majikannya yang mulai menyukai seks. Alangkah beruntuk anak yang masih duduk di bangku SMP itu sudah bisa menyetubuhi pembantunya yang bernama Bi Marni.

Waktu SMP kelas dua, di rumah ada pembantu, namanya Bi Marni. Aku suka melihat Bi Marni makannya banyak. Gak heran badannya juga gemuk. Nah, kebetulan kamarku di lantai dua, dan dibawahnya pas kamar mandi Bi Marni. Lantai kamarku itu cuma pakai multiplex tebal yang dilapisi karpet plastik yang agak tebal juga. Di antara lantai kamarku dengan kamar mandi Bi Marni nggak ada pembatas atau eternitnya.

Aku cari akal gimana caranya bisa ngintip Bi Marni kalo lagi mandi dari lantai kamarku. Aku pikir, kalau ada lubang dari kamarku pasti bisa langsung kelihatan isi kamar mandinya Bi Marni. Lalu aku cari sela-sela lantai di kolong ranjangku agar tidak mudah ditemukan orang. Sedikit demi sedikit kulubangi lantai dengan obeng kecil. Jadilah lubang sebesar satu centimeter tapi cukup besar untuk melihat sesisi kamar mandi pembantu. Nah, sejak saat itu aku rajin mengintip Bi Marni mandi dari atas. Bi Marni ini orangnya baik, kulitnya agak putih, bersih, dan toketnya gede banget. Kadang dia suka mainin toketnya kalo lagi mandi. Aku sering coli juga kalau pas lagi ngintip Bi Marni mandi.

Suatu saat, aku dikasih dua butir pil tidur sama teman. Pil itu aku umpetin di atas lemari, di sela tumpukan barang-barangku. Nah, aku percaya kesempatan itu nggak datang dua kali. Suatu ketika, berbulan-bulan kemudian, keluargaku pada liburan ke rumah Nenek di Jawa Barat. Aku ditinggal berdua saja dengan Bi Marni karena aku bilang, malas pergi-pergi.

Malamnya sehabis makan, aku tumbuk dua butir pil itu di kamarku hingga menjadi halus sekali dan aku masukkan ke lipatan kertas, lalu aku kantungi di celana pendekku. Tak lama kupanggil Bi Marni ke atas agar menemaniku nonton TV di ruang TV yang ada di depan kamarku di lantai dua. Di ruang TV ini nggak ada kursi sama sekali, cuma pakai permadani lama saja sebagai alasnya dan beberapa bantal besar.

Sebentar kita nonton, aku bilang ke Bi Marni mau turun ke dapur mengambil minum. Aku lalu membuat dua gelas sirup. Yang satu kububuhi tumbukan pil tidur tadi. Sempat lama mengaduknya karena serbuk itu masih ada yang mengambang, tapi lama-lama hancur juga. Aku bawa dua gelas sirup tadi ke atas. Sirup yang sudah dibubuhi serbuk pil tidur kukasihkan ke Bi Marni. Bi Marni tadinya nolak, tapi aku bilang, “Nggak apa-apa, Bi. Sekalian tadi bikinnya.”

Sambil nonton TV, aku ngobrol ngalor-ngidul dengan Bi Marni. Bi Marni ini seorang janda, umurnya sekitar 30 tahunan. Yang aku pernah dengar cerita dari Ibuku, Bi Marni dicerai suaminya karena nggak bisa punya anak. Mungkin mandul. Posisi kita nonton berdua duduk di lantai, tapi nggak lama, Bi Marni merubah posisinya dari duduk, menjadi tiduran sambil kepalanya ditopang bantal besar.

Aku terus ajak dia ngobrol sambil nonton TV. Lama-lama, kok aku kayak ngomong sendiri? Nggak taunya Bi Marni sudah tertidur. Aku diam sambil cari akal, ada kali setengah jam sambil melirik posisi Bi Marni yang tidur melingkar seperti pistol. Bi Marni pakai daster hijau selutut.

Aku panggil Bi Marni, “Bi.. Bi Marni..” Tapi tak menjawab. Lalu aku pegang tangannya sambil kuguncang-guncangkan dan panggil namanya perlahan, “Bi.. Bi Marni..” Oh, ternyata dia sudah pulas. Aku cek lagi dengan mengguncang-guncangkan pahanya, “Bi.. Bi Marni..” Dia tetap diam, napasnya saja yang turun-naik teratur. Ternyata Bi Marni sudah pulas sekali. Jantungku berdegup keras.

Dengan terburu-buru aku turun ke bawah untuk mengunci pagar halaman, pintu depan, dan pintu dapur. Gorden tak lupa kurapatkan. Bret! Lalu aku matikan lampu ruang tamu dan lampu dapur. Habis itu aku naik lagi ke atas. Hmm, Bi Marni masih tertidur dengan posisi yang tadi. Lalu kukunci pintu ruang TV yang mengarah keluar. Gorden jendela kurapatkan juga. Ah, aman!

Perlahan kudekati Bi Marni. Kuguncang-guncangkan kakinya lagi. Dia tetap tidur. Lalu kurubah posisi Bi Marni yang tadinya melingkar, jadi telentang. Bantal besar yang mengganjal kepalanya perlahan-lahan kugeser sehingga terlepas dari kepalanya.

Dadaku terasa sakit karena jantungku berdegup kencang, napasku memburu. Lalu kuangkat perlahan dasternya dari bawah sampai ke atas perut sambil melihat mukanya, hmmm masih pulas. Sekarang terlihat paha Bi Marni yang bulat, besar, agak putih, dan bersih nggak ada bekas lukanya. Perutnya gemuk berisi. Gundukan CDnya warna krem. Menyembul di atas perutnya toket besarnya yang ditutupi BH warna krem.

Tapi aku nggak terlalu penasaran dengan toketnya karena sudah sering melihatnya.
Aku lalu coba merunduk. Kuciumi mekinya yang masih pakai CD. Ah, nggak ada bau apa-apa. Lalu ku elus-elus pahanya serta mekinya perlahan-lahan sambil sesekali melihat muka Bi Marni. Ah, masih pulas, pikirku. Malah sekarang sudah mendengkur halus.

Lalu kupegang gundukan mekinya. Hmm, tebal bangeet. Sebentar, kucoba korek sedikit mekinya lewat sela CD. Hmm, aku ingat, bulu jembinya sedikit dan jarang-jarang tumbuhnya. Keringat dingin mulai keluar dan aku semakin gemeteran. Lama aku begitu, korek-korek meki sambil elus-elus mekinya Bi Marni dari luar CD, sambil sesekali kulirik mukanya, khawatir dia terbangun.

Lama-lama aku makin penasaran, kucoba buka CDnya. Pelan-pelan kuturunkan CDnya dari bawah pantat sambil terus melihat muka Bi Marni. Uh, berat banget badannya. Kugeser CDnya sedikit demi sedikit lewat bawah pantatnya. Keringat dingin mengucur di badanku, padahal angin malam dari luar menerobos masuk dari atas lubang pintu. Tongkolku yang terbungkus CD dan celana pendek sudah tegang banget sejak tadi.

Berhasil! CD Bi Marni sudah lewat dari pantatnya yang besar. Tanggung, kuloloskan saja sekalian dari kakinya. Sekarang Bi Marni tidak memakai CD. Telentang. Bulu jembinya jarang, mekinya tembem dan rapat. Tongkolku jadi keras banget. Aku beringsut ke bawah kaki Bi Marni, lalu kurenggangkan kakinya. Wuaah! Ini pengalamanku yang kuingat terus sampai sekarang. Pertama kali aku bisa melihat meki cewe dengan bebas, ya saat itu. Hmm, indah sekali.

Lalu kurenggangkan lagi kaki Bi Marni lebar-lebar sampai badanku dapat duduk bebas di antara selangkangan kakinya. Bi Marni masih mendengkur. Aku mulai merunduk di atas meki Bi Marni. Kubuka mekinya yang tembem dan rapat itu dengan kedua tanganku, perlahan. Hmm, kuciumi mekinya. Wanginya aneh, tapi justru wangi ini yang nggak akan kulupakan, gimanaa gitu.

Aku ingat banget, lubang luar mekinya sempit, cuma segaris saja keliatannya dari luar.Pas kusibak, warna pinggir lubangnya merah tua dan dindingnya tebal, lembut, dan lubang dalamnya merah muda serta berkilat. Napasku mulai terengah-engah.
Cerita Seks Pembantu Janda
Kucoba-coba cari yang mana sih, yang disebut klitoris itu? Aku buka-buka perlahan mekinya, tapi sepertinya saat itu aku tetap nggak tau deh, yang mana atau seperti apa bentuknya klitoris (sekarang sih udah tau, hehe..). Aku semakin penasaran. Lubang meki Bi Marni semakin kuperlebar. Lama kuperhatikan. Kini terlihat dua belah bibir kecil dengan lubang kecil ditengahnya. Bibir kecil dan lubang kecil itu berwarna merah jambu dan agak basah. Tongkolku semakin keras. Jantungku berdetak keras.

Dengan tangan kiri, kutahan bibir meki Bi Marni, lalu kumasukkan jari telunjuk tangan kananku ke dalam lubang kecil itu. Aah, terasa lembut sekali daging merah jambu didalamnya. Lalu kuangkat jariku, kuciumi baunya. Ooh, begini toh, bau meki, pikirku cepat.

Lalu kumasukkan lagi jari tengahku ke dalamnya, kugosok-gosokkan perlahan jariku di dinding-dinding dalam meki Bi Marni. Uuh, terasa lembut sekali daging basah di dalamnya. Lama aku begitu sambil sesekali mengelus-elus bibir luarnya dan menjilat-jilatnya dengan lidahku. Semakin penasaran, kumasukkan dua jariku ke dalam lubang kecil meki Bi Marni. Ah, ternyata muat, lalu kugosok-gosokkan lagi bergantian dengan masuknya ujung lidahku ke dalam lubang kecil itu. Agak asin-asin gurih gitu, rasanya. Tongkolku semakin keras dan terasa menyakitkan dibungkus CD dan celana pendek. Ah, kucoba masukkan tongkolku ke dalam mekinya Bi Marni, pikirku waktu itu. Cepat-cepat karena napsu, kupelorotkan saja celana pendek serta CDku. Kaos masih kupakai. Lalu kuambil posisi badanku di atas Bi Marni yang masih pakai daster cuma CDnya saja yang sudah lepas.

Dengan satu tangan, kudekatkan tongkolku ke mekinya Bi Marni. Kugosok-gosokan di bibir luar meki dan bulu jembinya. Seer, seer, asik deh. Terus, kucoba masukkan tongkolku ke dalam mekinya. Duh, susah banget. Lalu kubasahi tongkolku dengan ludah yang banyak. Kucoba lagi naik di atas Bi Marni seperti orang mau push-up. Pelan-pelan dengan satu tangan kumasukkan tongkolku. Bless! Masuk kepala tongkolku yang berkilat dan licin. Pelan-pelan kusodokkan lagi dibantu dengan tanganku. Bless! Makin dalam. Rasanya hangat gitu. Bi Marni masih pulas, malah keluar liur dari bibirnya.

Perlahan dengan napas memburu, kumaju-mundurkan tongkolku. Ugh! Rasanya hangat dan agak geli-geli gitu. Ada kali sekitar sepuluh menit aku maju-mundurkan tongkolku. Keringat dingin makin deras menetes dari badanku. Jantungku makin berdegup kencang. Daging lembut yang hangat dan licin karena basah ludahku terasa membelai-belai tongkolku. Sampai tiba-tiba terasa terasa pejuku mau keluar. Aku coba tahan tapi tak kuasa. Buru-buru kucabut tongkolku. Aku kocok sedikit, dan peju pun muncrat di permadani. Crut! Crut!

Setelah itu yang aku ingat saat itu adalah rasa bersalah yang timbul. Dengan napas yang masih terengah-engah karena dadaku berguncang keras, buru-buru kubersihkan peju yang berceceran di permadani. Secepat kilat kupakaikan CDnya Bi Marni lagi sambil kurapihkan dasternya. Lalu aku berlari ke kamar mandi yang ada di samping kamarku. Setelah itu aku masuk kamarku dan kubiarkan TV menyala dengan Bi Marni yang masih tertidur pulas di depannya. Aku tertidur pulas sampai pagi.

Paginya Bi Marni sudah masak sarapan pagi buatku. Seperti nggak ada apa-apa dan biasa aja. Kejadian itu cuma sekali sampai Bi Marni pulang kampung saat aku SMA untuk dikawinkan dengan orang sekampungnya. Lebih dari itu, aku nggak berani karena takut Bi Marni bilang ke orangtuaku.




Bonus Poker Terbaik Pokercino.com

Agen Poker Terpercaya - Enaknya Bercinta Dengan Cewek Hypersex



Agen Poker Terpercaya - Pada kesempatan kali ini, aku ingin menceritakan pengalaman menarik dan seksi yang lain antara aku dan Karen. Hubungan kami telah berlangsung selama hampir 1 tahun lama-nya. Sejak kejadian malam itu, kami berdua semakin sering melakukan hubungan badan. Paling tidak 3 sampai 4 kali dalam seminggu atau tidak sama sekali, terutama kalo aku atau dia sedang banyak kerjaan di kantor. Dan kami melakukan-nya hampir kapan saja. Tapi kebanyakan kami melakukan-nya di rumah (kebanyakan di sofa dan kamar tidur). Tapi kami pernah melakukan 2 kali di parkiran mobil di apartment kami. Yah, aku akui saja kalo melakukan hubungan seks di dalam mobil adalah paling tidak nyaman. Selain sempit, susah sekali untuk bergerak bebas. Tapi tantangan dan perasaan berdebar-debar takut kepergok orang lain itulah yang kami nikmati pula, membuat kehidupan seks kami makin berwarna.
Selingkuh Dengan ABG Binal
Hubungan ini tentu saja tidak ada yang tau menahu, terutama pacar Karen waktu itu dan Lisa yang sekarang ini sudah berada di Indonesia. Sampai pada akhir-nya Karen memutuskan hubungan-nya dengan pacar-nya. Alasan yang Karen pakai untuk putus dengan pacar-nya adalah hilangnya perasaan cinta-nya terhadap dia. Aku sendiri pun tidak berani bertanya kepada Karen apa sekarang ini hanya akulah yang ada di dalam hati-nya.

Terus terang, aku juga tidak mengerti dengan perasaan-ku terhadap Karen waktu itu. Apakah aku suka padanya karena dia menarik hati-ku secara seksual atau lebih dari itu. Karen pun tidak pernah menanyakan kepadaku apakah aku sebenar-nya telah menaruh hati kepada diri-nya. Jadi perasaan-ku saat itu seakan-akan lambung, dan penuh dengan ketidakpastian serta kekhawatiran.

Banyak yang harus dipertimbangkan dalam hubungan ini. Aku tidak berani melaju 1 langkah lagi. Mengingat Karen adalah kakak bekas pacar-ku yang dulu, dan bagaimana nanti apabila orang tua kami berdua mengetahui hubungan ini. Apalagi aku sendiri tidak tau antara aku telah mencintai Karen sebagai pacar atau karena seks saja. Mungkin aku terlalu egois untuk memikirkan hal-hal yang seperti ini, karena aku tidak mempertimbangkan perasaan Karen.

Semua ini telah terjawab saat aku berada di Sydney untuk tugas di sana selama 50 hari dari awal bulan November 2006 sampai pertengahan December 2006. Perusahaan-ku mengirim 1 team (total 4 orang) termasuk aku ke kota Sydney untuk membantu team lain di sana mengembangkan system dari perusahaan ternama di Australia. Kantor pusat kami berada di Sydney, dan salah satu kantor cabang di mana aku bekerja tetap adalah di kota Melbourne. Paling tidak tiap 3 bulan sekali, kami harus berkunjung ke Sydney untuk briefing atau branch meeting. Dan itupun hanya untuk beberapa jam saja, jadi aku tidak perlu sampai harus bermalam di Sydney. Tapi kali ini berbeda, karena aku harus tinggal paling tidak selama 50 hari di Sydney.

Karen ternyata tidak menyambut gembira kabar ini. Tapi dia pun tidak mempunyai pilihan yang lain untuk menahan aku pergi, karena ini proyek yang tidak bisa diremehkan.

Aku berangkat hari Senin pagi bersama teman-teman kerja yang lain. Kami berkumpul di kantor cabang Melbourne, lalu menyewa taxi melaju ke Melbourne domestic airport. Sesampai di Sydney, kami disambut oleh utusan dari kantor pusat dan mengantar kami ke hotel. Hotel kami berada 1 block dari kantor pusat, dan berada di lokasi yang amat strategis. Akses mudah ke pertokoan dan restaurants, jadi urusan makan dan shopping tidak perlu kuatir. Semua akomodasi ditanggung oleh kantor pusat termasuk uang jajan pribadi.

Pada hari pertama di Sydney, malam hari-nya aku menelpon Karen menanyakan kabar-nya. Kami banyak berbincang-bincang sambil tertawa canda. Banyak kali Karen bertanya kapan aku pulang dari Sydney. Aku sendiri tidak tau kapan bisa selesai proyek ini, yang pasti 50 hari itu adalah perkiraan perusahaan kami. Tapi aku mengatakan pada Karen kalo aku akan bekerja keras agar proyek ini bisa selesai lebih cepat 2 atau 3 hari dari perkiraan.

Aku mengusulkan kepada Karen kalau aku bisa terbang ke Melbourne tiap Jumat malam dan kembali ke Sydney hari Senin pagi hari. Karena perjalanan Melbourne – Sydney dengan pesawat terbang hanya sekitar 1 jam saja. Tapi usulan ini ditolak Karen, karena tidak ingin membuat aku letih atau sakit. Juga kata Karen baik untuk kami berdua untuk saling membiasakan diri jauh dari masing-masing.

Minggu-minggu pertama, kedua, dan ketiga, aku bisa mengendalikan perasaan-ku dan karena sibuk-nya pekerjaan, aku bisa melupakan kerinduan-ku kepada Karen.

Sampai pada akhir-nya sebulan lama-nya, aku sudah tidak tahan lagi ingin bertemu dengan Karen. Aku masih ingat malam itu, hari Kamis malam di akhir bulan November 2006. Aku teramat sangat rindu terhadap Karen. Sampai akhir-nya aku menelpon dirinya dari kamar hotel-ku.
“Hallo Karen? Gimana kabar-nya? Sudah dinner belon?”, sapa-ku hangat.
Terdengar balasan suara lembut dari sana.
“Hallo kak Ditto. Karen tadi beli take away saja, males masak. Karena masak buat Karen doang is such a waste”, jawabnya.
“Karen abis ini mau ngapain?”, tanya-ku sekali lagi.
“Hmmm…mungkin nonton TV atau browsing Internet. Apalagi dong kalo selain dua itu?”, canda Karen sambil tertawa ringan.
“Emang kak Ditto pengen Karen ngapain? Kak Ditto ngga ada di sini, jadi Karen menganggur.”, goda Karen.
“Anu…emang Karen lagi pengen?”, tanya-ku lagi. Mengerti kan maksud dari pertanyaan-ku ini.
“Yeee… kak Ditto ge-er nih. Selama kak Ditto di sini Karen kan ngga usah masak, potong buah buat kak Ditto.”, jawab Karen bercanda.
“Iya benar juga sih. Emang Karen menikmati hari-hari menganggur ini?”, tanya-ku penasaran.
“Tentu saja tidak. Karen pengen kak Ditto di sini. Karen sepi banget di sini. Cepat pulang dong?! Masa ngga kangen ama Karen?”, pinta-nya manja.
“Tentu saja kangen, tiap hari aku rindu ama Karen loh”, jawab-ku.
“Emang kak Ditto rindu apa-nya dari Karen? Kak Ditto anggap Karen sebagai siapa?”, tanya-nya sedikit serious.

Bak kesambar petir, aku tau suatu hari Karen pasti menanyakan hal ini. Dan aku terdiam beberapa saat, tidak mengerti harus menjawab apa. Suasana hening sesaat, sampai pada akhir-nya Karen bersuara.
“Sebenar-nya kak Ditto mengganggap Karen sebagai apa? Karen kadang-kadang tidak tau apa yang sedang kak Ditto pikirkan atau rasakan. Karen takut bertanya-tanya mengenai hal ini kepada kak Ditto. Tapi perlu kak Ditto mengerti bahwa bagi Karen, kak Ditto adalah orang paling penting di hati Karen.”, sambung-nya.
“…”, aku pun masih hening. Aku seperti mencaci maki diriku. Apa sebenar-nya mau-ku ini? Wanita lembut, baik hati, dan amat menyayangi-ku sedang memberi-ku sinyal, dan aku tidak tau harus bertindak bagaimana.

“Kak Ditto?!”, tanya-nya lagi.
“Iya Karen. Aku masih di sini”, jawab-ku.
“Apakah lebih baik kak Ditto tidak menelpon Karen sampai nanti kak Ditto kembali dari Sydney?”, minta-nya serious.
“Lho, kok begitu?”, tanya-ku heran.
“Karen ingin kak Ditto berpikir dengan perasaan kak Ditto, apakah sebenar-nya arti Karen bagi kak Ditto? Karena Karen ingin menjadi orang yang paling berarti buat kak Ditto melebihi orang lain. Apa pun alasan-nya.”, dengan nada serius.
Aku masih belon bisa menjawab pertanyaan Karen. Karena aku sendiri pun masih belum menemukan jawaban-nya malam itu. Akhir-nya percakapan kami ditutup pada malam itu.

Setelah percakapan malam itu, aku berusaha untuk tidak menghubungi Karen selama sisa waktu di Sydney. Ingin gila rasa-nya, aku benar-benar rindu pada-nya. Tapi aku berusaha keras untuk tidak menghubungi-nya, agar aku juga bisa berpikir dengan leluasa.

Karen, Karen, Karen, dan Karen. Begitulah isi otak-ku saat itu. Tiap kali makan, tiap kali mandi, tiap kali shopping, selalu saja wajah Karen yang muncul di otak-ku. Aku tidak menyangka betapa penting-nya Karen bagiku.

Sampai pada malam terakhir di Sydney, perusahaan kami mentraktir kami semua makan malam sebagai ucapan terima kasih kepada team Melbourne yang telah membantu pengembangan proyek tersebut. Meskipun system itu belum 100% selesai, tapi kami yakin team dari kantor pusat bisa menyelesaikan-nya dengan baik. Karena kantor cabang kami yang di Melbourne juga telah memohon kantor pusat di Sydney untuk (istilah-nya) mengembalikan asset mereka (kami berempat) secepat mungkin.

Sekembali di hotel, aku mengirimkan sms kepada Karen. “Hallo Karen. Besok aku kembali ke Sydney. Aku pengen ngomong sesuatu buat Karen. Karen sabar yah. See u 2morrow”.

Tak lama kemudian Karen meresponse sms-ku. “Hallo juga kak Ditto. Karen dah ga sabar lagi sampai kak Ditto pulang. Ati-ati di jalan ya”.

Aku sms Karen lagi. “Let’s celebrate my arrival. Tolong booking restaurant di Sails on the Bay. Check di Internet untuk nomer telp mereka”.

“No problem. Tapi kok pilih restaurant mahal sich?!”, jawab-nya di sms.
“Kalo sekali-kali ngga apa-apa. Pengen romantic dinner ama Karen.”, jawab-ku.
“Ok deh. Can’t wait to see you. :-)”, jawab-nya Karen.

Esok hari-nya, setelah berpisah di kantor pusat, kami berempat dengan segara meninggalkan Sydney menuju Sydney Airport. Selama perjalanan pulang, aku terus berpikir tentang kata-kata apa yang ingin aku ucapkan untuk Karen. Perlu diketahui, aku telah memutuskan untuk menjadikannya pacar bagiku. Tapi aku ingin menyusun kata-kata proklamasi yang baik dan benar. Maklum, I am not very good at this.

Sesampai di Melbourne, kami berempat kembali menyewa taxi lagi menuju kantor cabang di Melbourne. Maklum juga, kantor cabang Melbourne hanya memiliki 2 mobil kantor, dan selalu saja kedua mobil tersebut tidak pernah sepi. Hari itu adalah hari Jumat, jadi sesampai di kantor cabang Melbourne, kami banyak briefing project development kami di Sydney dengan head manager kami dengan suasana santai. Jam masih menunjukkan pukul 3 sore, masih ada 2.5 jam lagi sampai pulang. Tapi head manager kami memperbolehkan kami untuk pulang lebih awal.

Tawaran langka yang tidak bakalan kami lewatkan. Aku putuskan untuk jalan-jalan dulu di Melbourne city, sambil window shopping juga. Looking for something nice buat Karen. Akhir-nya aku berhenti di depan toko jewellery Tiffany & Co, dan aku melihat kalung yang sungguh indah. Tanpa berpikir panjang aku masuk toko tersebut dan membeli kalung itu. Aku yakin Karen akan semakin cantik mengenakan kalung tersebut.

Jam telah menunjukkan pukul 5, aku buruan saja pulang ke apartment-ku. Booking time buat dinner kami jam 7 malam. Karena bulan itu adalah musim panas, jam 7 malam masih terlihat terang di kota Melbourne.

Sesampai di apartment, semua tampak terlihat sedikit berbeda. Semua-nya serba rapi dan teratur, serta bersih. Aku jadi malu pada diri-ku sendiri, berarti aku orang yang paling berantakan di apartment ini. Sebulan lebih tanpa aku di sini, semua jadi rapi kembali. Ini pasti hasil kerja Karen selama aku di Sydney. Dia sangat rapi dan organised sekali kepribadian-nya.

Tanpa berpikir panjang lagi langsung menuju kamar mandi dan segera membasahi diriku. Selama di dalam kamar mandi, aku terus berpikir tentang apa yang akan aku katakan kepada Karen.
“Karen, I love you. Be my girlfriend”, pikirku singkat. Jangan deh, terlalu singkat dan urakan lagi kesannya.
“Karen, I can’t live without you.”, pikirku lagi. Gile, terlalu singkat dan muluk lagi.
“Duh, gimana nih?!”, tanyaku pada diri sendiri.
“Sudah lah, let it flow like wind. You can do it.”, jawabku dengan setengah percaya diri.

Setelah selesai mandi, aku hanya keluar dari kamar mandi dengan bagian tubuh bawah ditutup oleh handuk. Maklum musim panas, aku malas sekali berpakaian lengkap sehabis mandi.

Aku melihat tas kerja Karen di atas sofa. Jadi aku tebak Karen sudah pulang dari Kantor.
“Karen, where are youuuu?”, panggilku manja.
“Kak Dittoooo, mana oleh-oleh nyaaa?”, jawabnya manja pula sambil menghampiriku dan memelukku erat.
“Ntar dulu, sewaktu dinner nanti.”, jawabku sambil tersenyum.
“Sip sip. Karen mau mandi dulu. Kak Ditto siap-siap aja dulu. Setelah itu panasin mobil yah kalo sempat.”, pinta Karen.
“Ok”, jawabku singkat.

Setelah diriku siap, aku dengan segera mengantongi kalung yang aku beli dari Tiffany & Co yg terbungkus kotak kecil dengan hiasan yang mungil.
Aku duduk di sofa sambil menonton siaran TV yang kebetulan menayangkan film seri The Simpsons. Jam masih menunjukkan pukul 6, jadi I take my time relaxing di sofa.

Tak lama kemudian Karen keluar dari kamar mandi dan segera menuju kamarnya. Kudengar music dan suara bising hair dryer dari dalam kamar-nya. Bisa aku menebak kalo Karen sedang sibuk berdandan di dalam kamar-nya.

Setengah jam kemudian, Karen akhirnya keluar dari tempat persembunyian-nya. Tampak dia berdiri di samping sofa tempat aku yang sedang duduk dengan kaki menjulur dengan nikmatnya.
“Kak Ditto, Karen dah siap berangkat.”, sapanya ringan.
“Oh my goodness…”, pikirku dalam hati. Karen malam itu mengenakan gaun warna biru muda. Rambut panjangnya dibiarkan terlepas tanpa mengenakan jepitan atau ikatan apapun. Bau parfum yang dikenakan sungguh harum dan cocok dengan gaun yang dikenakannya pula. Ditambah dengan bros warna pink berbentuk hati makin membuatnya anggun malam itu. Apapun yang dikenakannya malam itu tampak simple atau sederhana, tapi apabila digabung semuanya di tubuh Karen, membuatnya luar biasa indah.
“You look beautiful.”, kataku tanpa berpikir panjang.
“Thanks”, jawab Karen sambil menunjuk dan mencium pipiku.
“We will be late. Yuk kita berangkat sekarang.”, pinta Karen.

Kita sampai ke tempat tujuan pukul 7 lewat 10 menit. Restoran pilihanku memang tidak salah. Selain interior designnya yang menarik, lokasinya pun tidak kalah menarik. Lokasi restoran tersebut tepat di pinggir pantai. Kami telah memesan meja di dalam with ocean view. Bagian luar yang menghadap pantai dilapisi oleh dingin kaca yang besar, sehingga tamu restoran dapat menikmati pemandangan ocean sambil menyantap hidangan mereka.

Setelah memesan entree, main, and dessert kepada waitress yang melayani kami, kami pun ngobrol santai sambil menunggu pesanan kami keluar. Kebanyakan aku yang mendominasi percakapan, karena aku ingin bercerita tentang pengalaman kerjaku selama di Sydney. Karen pun hanya senyum-senyum saja mendengar ceritaku. Aku ngga tau apa Karen malam itu mendengarkan ceritaku atau hanya sekedar mendengar. Ah, tidak apalah, lagian tidak terlalu penting juga buat Karen.

Pinot Noir wine pilihanku and Cabernet Sauvignon wine pilihan Karen mewarnai suasana malam yang indah itu. Tidak ada yang perlu kita kuatirkan karena besok adalah hari Sabtu, dan malam ini adalah malam yang panjang untuk kita berdua.

Jam telah menunjukkan pukul 9 malam, dan warm sticky date pudding dessert-ku telah aku santap habis. Tampak Karen yang masih menikmati lemon cheese cake-nya. Kini saatnya aku harus mengatakannya kepada Karen apa yang ingin aku katakan padanya.

“Karen, thank you for coming the dinner tonight?”, kataku sambil memulai percakapan baru.
“Ah Kak Ditto, jangan formal gitu dong. Please.”, jawab Karen sambil tersenyum ramah.
“Karen. … I have a confession to make. But before that I like to give you something”, jawabku secepatnya sambil merogoh-rogoh kantung celanaku.
Kuletakkan kotak kalung itu dan kudorong pelan-pelan menuju pinggir piring dessert Karen.
“What is it?”, tanya Karen dengan pipinya yang telah berubah menjadi kemerahan.
“Please, open it. I know you’re gonna like it.”, jawabku singkat.

Setelah kotak itu dibuka olehnya, tampak mukanya menjadi berseri-seri bercampur malu-malu. Tanpa berpikir panjang, Karen berdiri dari tempat duduknya dan dengan segera memelukku sambil mencium pipi kiriku.

“Thank you kak Ditto. It’s cute. Karen suka banget”, jawab Karen. Kubantu dirinya memasang kalung tersebut, dan benar juga menurutku, she looks even prettier dengan mengenakan kalung itu.

“Well, Karen. Masih ada lagi yang pengen aku kasih buat Karen. Tapi ini bukan barang.”, kataku lagi.
Kali ini tampak wajah Karen sedikit berubah. Berubah menjadi bertanya-tanya dan wajah ingin tau.
“Karen, I hope you know that I like you a lot. Like di sini buat dalam arti sekedar suka. Tapi like di sini … hmmm … berarti lebih daripada suka.”, kataku sambil grogi.
Karen masih diam, dan kali ini sorot matanya menatap mataku tajam.
“I know this is going to hard for both of us, but if we both work together – aku yakin we can make it. Mungkin ini saatnya kita harus mengakhiri hubungan ini … dan …”, kataku sambil menggoda.
Tak karuan saja Karen terkejut dan shocked. Sorot matanya makin tajam menusuk.
Kini cepat-cepat aku lanjutkan kata-kataku, “… dan mari kita memulai hubungan kita yang baru, di mana itu lebih memiliki masa depan untuk kita berdua.”.
“Karen, would you like to be my girlfriend and to love me as your boyfriend?”, pintaku kepadanya.

Mendengar pertanyaan ini, sorot mata Karen menjadi sayu, dan Karen hanya bisa menunduk sambil menatap lemon cheese cake dessertnya yang tinggal separoh. Karen diam saja. Aku menjadi salah tingkah, dan tidak tau harus berbuat apa sekarang.

“Sorry kalo pertanyaan ini membuat Karen shocked, but I hope I can hear a Yes or No answer dari Karen.”, jawabku.
“Kalo Karen butuh waktu untuk menjawabnya, aku ngga keberatan to give Karen sometime to think.”, sambungku lagi.

Karen masih diam saja, tapi kali ini Karen melanjutkan lagi menyantap sisa lemon cheese cake-nya tanpa sepatah kata pun. Aku makin bingung dibuatnya.

Setelah habis menyantap dessert-nya, Karen meneguk sisa wine yang masih tersisa sedikit dan kembali menatap wajahku. Kami saling memandang, dan kemudian Karen tersenyum simpul.

“Hari ini Karen benar-benar dikasih dua hadiah yang indah dari kak Ditto. Apalagi hadiah yang kedua.”, kata Karen.
“Jadi, it’s a Yes or it’s a No?”, tanyaku.
Karen sedikit maju, dan wajahnya mendekat ke wajahku sambil tersenyum manja dan berkata, “It’s a big YES”.
Kami berdua saling tersenyum, dan kucium kedua tangannya.

Hari proklamasi-ku memang sangat traditional, tapi sangat berkesan bagi kami. Sejak malam itu, hubungan kami menjadi official (istilahnya).

Kami meninggalkan restoran pukul 10 malam, dan kami tidak langsung pulang ke rumah. Tapi kami menyempatkan diri jalan-jalan di pinggir pantai malam itu. Sambil bergandengan tangan, kami bercakap-cakap mengenai rencana hubungan baru kami ini dan bagaimana nanti kita memberitahukan orang tua kami tentang hubungan ini. Mengingat Karen adalah kakak kandung dari Lisa, mantan pacarku yang dulu beberapa taon yang lalu. Tidak jarang aku mencium bibir manisnya ketika kami berjalan sambil bergandengan tangan.

Jam menunjukkan hampir jam 12 tengah malam. We thought it’s wise to go home. Selama perjalanan pulang dan sesampai di depan pintu masuk apartment kami pun, tangan Karen masih tidak ingin terlepas dari genggaman tanganku.

Setelah bersiap-siap untuk tidur, Karen tidak mau lagi tidur dengan kamar terpisah dan memutuskan untuk tidur di kamarku saja sejak malam itu.

Aku putar music jazz Diana Krall dengan lampu setengah redup. Di atas tempat tidur, kami saling berciuman mesra dan lembut. Lidah kami saling bertemu seakan-akan saling mengelus-elus satu sama lain.

Malam itu, Karen yang lebih dominan di atas ranjang.
“Kak Ditto, I will make you the happiest man tonight.”, kata Karen menantang.
“I can’t wait.”, jawabku dengan semangat.

Karen mengambil posisi di atasku, dan duduk di atas selangkanganku sambil menunduk dan mencium bibirku. Tangan kanan-nya masuk ke dalam baju piyamaku sambil mengelus-elus lembut dadaku. Jantungku berdekup kencang, tanda bahwa aku telah mulai terangsang oleh rangsangan Karen. Kali ini aku membiarkan Karen memegang kendali percintaan malam itu.

Karen terus berusaha melepas semua piyama-ku dan ingin secepatnya membuatku terlanjang. Setelah membuatku terlanjang tanpa busana apapun yang menempel di tubuhku, Karen tersenyum manja. Dengan cepatnya Karen kembali menciumi bibirku, dan kali ini tangan kanan-nya mengelus-elus lembut batang penisku yang telah berdiri sejak tadi. Karen benar-benar mengerti how to make a guy like me dibuat seperti cacing kepanasan. Aku paling suka ketika Karen menjilat lembut puting susu-ku, karena itu adalah daerah paling sensitive buatku. Dan kali ini Karen tidak lupa untuk menjelajahi bagian ini.

“Karen, ahhh…”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku. Karen seperti tidak menghiraukan apapun yang keluar dari mulutku. Karena memang bukan kata-kata yang perlu dihiraukan. Hanya suara erangan nikmat yang keluar dari mulutku. Semakin keras eranganku, semakin bersemangat Karen menjelajahi tubuhku. Kali ini bibir Karen telah sampai di batang penisku. Seakan-akan mengerti apa yang aku inginkan, tanpa dikomando mulut Karen mengulum abis batang penisku. Tangan kanan-nya mengelus-elus lembut kedua buah pelirku sambil tangan kirinya mengocok-kocok dan mulutnya mengulum batang penisku. Seketika saja batang penisku terasa amat basah oleh air liurnya, dan eranganku semakin menjadi-jadi. Karen makin mempercepat gerakan mulut dan tangan kirinya. Aku tidak ingat berapa lama Karen telah memberiku blowjob dan handjob malam itu. Yang pasti kuingat hanya satu … ‘gila, enak banget’.

“Ahhh … Karen … enak bangettt … ahhh…”, aku hanya bisa berucap begitu saja. Aku mencoba untuk berkonsentrasi agar aku tidak cepat datang karena blowjob dan handjob dahsyat Karen ini. Tapi kelihatannya, aku sudah tidak kuat lagi. Pengen keluar rasa-nya semua isi di dalam batang penisku. Ini baru pertama kali aku di blowjob oleh Karen yang aku sudah tidak mampu berkonsentrasi lagi menahan batang penisku agar dia tidak cepat datang.

“Karen, aku mau datang … mau datang nihhhh … stop stop … pleaseee …”, aku benar-benar memohon padanya. Tapi seakan-akan tidak mendengar permintaanku, Karen tetap aja melanjutkan kulumannya kepada batang penisku. Kali ini lebih cepat lagi, seakan-akan dia tau kalo sebentar lagi pertahananku bakalan bobol.

Benar saja, tidak lama kemudian bobol juga pertahananku. Batang penisku tidak mampu lagi menahan, keluarlah semua air mani di dalamnya, dan menyembur desar di dalam mulut Karen.
“Akhhh … akhhh … aku dapettt nihhh… akhhh …”, aku berteriak kecil. Kuluman Karen berhenti menjadi sedotan yang kuat. Seakan-akan ingin menyedot semua air mani di dalam batang penisku. Karen tampak tidak jijik oleh semburan air maniku, bahkan tanpa ada rasa jijik untuk menelan semua-nya. Semua otot-otot sendiku dibikin lemas oleh Karen. Masturbasi pertama dari Karen yang berhasil membuatku bobol. Tidak heran bila Karen mengatakan bahwa malam itu akan membuatku the happiest man alive.

Setelah itu, tak henti-hentinya aku mengatakan padanya bahwa dia sungguh hebat melayaniku malam itu. Sampai akhir-nya aku ketiduran akibat kecapekan. Yang aku ingat sebelum ketiduran, Karen terus mengelus-elus lembut rambutku dan sesekali mencium-nya. Aku bisa merasakan betapa sayang-nya dia kepadaku.

Tidak tahu sudah berapa lama aku ketiduran, tiba-tiba aku bangun karena harus buang air kecil. Batang penisku masih terasa basah & lembab karena air liur Karen. Setelah membilas batang penisku, aku kembali ke kamarku. Matahari sudah menampakkan diri, tetapi jam masih menunjukkan pukul 6 pagi di hari Sabtu. Good thing we don’t have to work on Saturday. Jadi aku kembali ke tempat tidurku lagi. Tampak Karen yang masih tertidur pulas di tempat tidurku sambil menutupi perutnya dengan selimut tipis dan mengenakan daster tidur yang tipis. Maklum meskipun musim panas, tapi karena sudah terbiasa memakai selimut, tidur tanpa selimut membuatnya merasa beda atau aneh.

Melihat kecantikan wajah Karen and keindahan serta kemulusan tubuhnya Karen, membuatku kembali bersemangat. Mengingat semalam aku dibuat tidak berkutik oleh Karen, membuatku ingin membuatnya tidak berkutik pagi ini. Aku juga tau betul favorite Karen, yaitu sex in the morning. Dulu-nya dia sering menggodaku karena setiap pagi tanpa ada rangsangan apapun, batang penisku bangun dan mengeras dengan sendiri. Aku bilang padanya bahwa itu sangatlah normal, dan setiap lelaki normal pasti mengalaminya. Tapi itu justru yang membuat Karen makin suka melakukan sex di pagi hari. Dia pernah mengatakan padaku bahwa di pagi hari (sewaktu baru bangun tidur), batang penisku bisa terasa lebih keras daripada di saat-saat yang lain. Aku tidak tau apa ini benar, atau hanya dipikiran dia saja. Tapi itu sama sekali tidak mengganggu pikiranku, karena selama Karen senang menikmati batang penisku, itu sudah lebih dari cukup buatku.

Kali ini aku yang memulai action-nya. Pertama-tama aku kecup kening-nya, dan kemudian mengelus-elus lembut rambut-nya yang hitam. Karen kemudian melihatku dengan kedua mata yang masih terkantuk-kantuk sambil tersenyum manis, dan akhir-nya memejamkan matanya kembali. Tapi aku masih belum ingin berhenti sampai di situ. Aku mencoba mengubah posisi tidur Karen menjadi terlentang dari posisi tidur sebelum-nya yang menyamping, dan berhasil. Aku tarik selimut tipis-nya, dan aku lempar ke samping tempat tidurku. Terlihat paha mulus dan putih Karen, membuatku menelan ludah. Aku mengambil posisi di sebelah kanan Karen dan berbaring menyampingi tubuh-nya yang sedang terlentang. Tangan kiriku menopang kepala dan leherku, sementara tangan kananku mengelus-elus rambut-nya. Karen tampak menikmati setiap sentuhan yang aku berikan padanya.

Kemudian tangan kananku turun menuju dada-nya yang masih tertutup kain daster tidur-nya. Karena kain daster itu tipis sekali, aku bisa merasakan tonjolan puting susu Karen dengan jelas di telapak tanganku. Aku mendekatkan muka-ku untuk berusaha mencium bibir manis-nya. Dengan masih setengah mengantuk, Karen membalas serangan ciumanku tapi tanpa tenaga alias pasrah. Diatas kain daster-nya, aku memainkan tangan kananku memaini puting susu-nya. Kadang-kadang aku cubit lembut, dan kadang-kadang aku elus-elus. Terdengar hela-an napas Karen yang berubah menjadi lebih panjang. Kali ini Karen mulai terangsang. Mengetahui hal itu, aku semakin bersemangat menjelajahi tubuh-nya. Tangan kiriku sekarang tidak lagi menopang kepala dan leherku, tetapi ikut berpetualang dengan tangan kananku. Kutarik lepas daster-nya ke bawah agar tidak membuat Karen merasa tidak nyaman karena harus berdiri dulu tubuh-nya untuk melepas daster-nya.

Karena Karen tidak mengenakan BH dan celena dalam, dalam sekali tarik, terlanjang-lah tubuh Karen tanpa sehelai benang apapun yang menempel di tubuh-nya. Karen masih berpura-pura tidur. Aku tau jelas dan pasti bahwa Karen sudah sejak tadi telah terbangun dan mengeluarkan hela-an napas terangsang-nya. Kudekatkan wajah-ku di puting susu-nya yang sebelah kanan, dan menjilatnya dengan lembut. Puting susu yang berwarna coklat muda dan bersih itu membuatku makin terangsang, dan ingin mengulum terus menerus. Secara bergantian puting susu-nya aku jilat, kulum, dan kadang kala aku sedot sedikit keras. Napas Karen kali ini makin memburu tidak karuan. Bunyi erangan-nya pun kadang kala sempat keluar dari mulut-nya. “Ahhh… kak Ditto …”, kalimat terputus-putus itulah yang sering terucap dari mulut Karen.

Setelah puas berkelana dia kedua puting susu Karen, kali ini aku menuju ke tempat yang paling penting dan tujuan paling akhir untuk foreplay ini sebelum menuju ke main menu. Bau khas memek Karen telah menjadi favorite-ku dalam bercinta dengan-nya. Aku mengakui bahwa bau memek Karen tidak membuatku enggan untuk menjilatnya. Dari semua wanita sebelum Lisa (termasuk Lisa pun) memiliki bau memek yang membuatku enggan untuk menjilati-nya. Terus terang bau-nya anyir dan tidak nyaman. Kebanyakan aku hanya memainkan tangan-ku untuk membuat mereka orgasme atau datang di waktu foreplay (makanan pembuka). Maka-nya mereka mengatakan bahwa aku memiliki magic touch di jari-jari tanganku yang mampu menundukkan mereka dan membuat mereka bak cacing kepanasan. Dengan Karen berbeda sekali, bau-nya pun tidak anyir, wangi pun tidak (karena tidak mungkin kalo sampai wangi, selain abis mandi), tapi memiliki magnet yang membuatku menyukainya.

Bulu pubis Karen halus dan tidak begitu lebat, sehingga memudahkan aku untuk menjilatinya serta memainkan memek-nya dengan lidahku. Seperti biasa-nya, seperti terkena setrum listrik tegangan tinggi, tubuh Karen mulai tersendak ketika lidahku berkelana di daerah clitoris-nya.

“Ahhh … kak Ditto sayang … enak bangettt … ahhh”, seru Karen makin menjadi-jadi. Napas-nya pun makin memburu kencang. Kadang-kadang dia menjambak rambut-ku.
“Kak Dittooo … Karen hampir dapetttt … ahhh”, tambah Karen sekali lagi.

Kedua selangkangan Karen kubuka lebih lebar lagi, agar bibir vagina-nya lebih merekah lagi. Kali ini aku jilati bagian labia minora-nya dan berusaha untuk mencari dari G spot-nya. Hentakan tubuh Karen makin mengencang, dan napas-nya pun seperti seseorang yang telah berlari sejauh 10 kilometer. Kali ini memek-nya terasa sedikit asin, dan bisa dipastikan vagina Karen telah mengeluarkan cairan menandakan sebentar lagi the ‘Big’ one is coming very very close.

Mengetahui bahwa sebentar lagi Karen akan orgasme, aku mempercepat tarian lidahku di memek-nya.
“Kak Dittoo … kak Dittooo … Karen dah ngga kuuaattt lagi … dah diujung nihhh … pleaseeee kak Ditto”, pinta Karen.
Tak lama kemudian, terdengar jeritan Karen mengisi seluruh kamar tidurku.
“Ahhhh ahhhh ahhhh …”, jerit Karen kencang, dan dengan segera dia menutup mulut-nya dengan tangan-nya sendiri agar suara pekikan-nya tidak sampai terdengar keras.

Aku tetap menjilati memek-nya, sampai Karen menyuruhku untuk berhenti. Setelah itu, tanpa perlu diperintah, aku melucuti semua pakaian tidur yang aku kenakan. Tanpa ada usaha dari Karen, batang penisku telah mengeras dan siap untuk berkelana di dalam memek Karen. Seperti biasa, sejak berhubungan sex dengan Karen, aku tidak perlu menggunakan condom, karena Karen pun tidak menyukaiku memakai condom. Demikianlah pula denganku.

Aku tidak mengalami kesulitan memasuki memek Karen, karena sudah teramat basah dari tadi. Kudorong pelan-pelan batang penisku, dan tanpa ada kesulitan, terbenamlah semua batang penisku di dalam memek-nya.

“Ahhh … kak Ditto … titit-nya keras bangettt …”, kata Karen.
Seakan-akan tidak mendengarkan Karen, aku memaju-mundurkan pinggulku perlahan-lahan, memberikan sensasi erotis ke dalam memek Karen. Kadang-kadang dorongan itu aku hentikan, dan memeluk Karen sambil mencium bibir-nya penuh dengan napsu. Lidah kami saling berperang di dalam bibir kami yang telah menyatu. Setelah puas berciuman, aku kembali mendorong maju dan mundur pinggulku agar batang penisku seakan-akan menusuk-nusuk lubang memek Karen.
“Ahhh … Karen, memek Karen bener-bener hebat. Enak bangettt … bikin geli banget. Suka ngga dengan titit ini?”, kataku yang sudah ngaco.
“Sukaaa bangettt … kak Ditto janji yah, sayangin Karen terus … dan Karen akan selalu membuat kak Ditto puas jiwa dan raga …”, pinta Karen dengan nada yang terputus-putus.
“Janji … janji akan sayang Karen terus …”, jawabku dengan napas yang terburu.

Semakin lama hentakan dan hujaman batang penisku semakin aku percepat. Pagi itu kita tidak bercinta dengan gaya yang bermacam-macam. Cukup gaya missionaries, tradional, man on top style. Seperti tidak pernah kering, memek Karen selalu saja basah. Memberi sensasi luar biasa di dalam bercinta ini. Akibat dari percepatan hujaman batang penisku, tubuh karena mengalami reaksi yang sunggu dahsyat. Tanpa ada peringatan apa-apa, tiba-tiba Karen memelukku sambil berteriak panjang.
“Ahhhhhh … kak Ditto jahat … Karen dapet lagiii … ampun kak Ditto … Karen minta ampunnn …”, kata Karen sambil memelukku erat-erat dengan tubuhnya yang mulai menegang.
Aku biarkan Karen memelukku, dan menghentikan goyangan pinggulku, agar memberikan udara buat Karen untuk mengatur napas-nya kembali.

Setelah beberapa menit kami berpelukan, aku berniat untuk menyelesaikan permainan sex ini, karena it is time for me to come.
“Karen, aku bentar lagi mau datang. Kalo bisa sama-sama yah datang-nya?”, pinta-ku.
Karen hanya mengangguk menandakan bahwa dia setuju, dan kemudian mencium bibirku lagi.

Kembali aku mengambil posisi favorite-ku untuk ejakulasi, dan memulai memainkan pinggulku sekali lagi. Aku perlahan-lahan menggoyangkan pinggulku dengan irama yang pasti. Aku berusaha menhujamkan batang penisku dalam-dalam, agar memberikan sensasi seksual lagi kepada Karen. Karen pun tidak tinggal diam, dia tau betul bagaimana membuatku ejakulasi dengan cepat disaat kami telah bersenggama. Kedua telapak Karen menempel di dadaku, dan kedua jari telunjuknya mulai memainkan puting susuku. Daerah yang paling sensitive untukku.
“Ahhh … Karen … terus Karen … aku bentar lagi mau datang.”, kataku.
Karen pun mulai terlihat kembali bergairah. Aku pun mempercepat permainan ini. Aku tau kalo sebentar lagi batang penisku tidak akan sanggup lagi menahan bendungan air maniku yang sejak tadi meronta-ronta ingin keluar.

“Kak Ditto … kok keras lagi titit-nya?”, goda Karen dengan napas terburu-buru.
“Emang dari tadi ngga keras yah?!”, tanyaku heran dengan tidak menghentikan goyangkan pinggulku.
“Ngga kok




Agen Poker Terpercaya Pokerbatman.com

Bandar Poker - Cew ABG Yang Doyan Sex



Bandar Poker - Seorang cewek yang masih labil atau biasa disebut dengan ABG kalau sudah pernah tau rasanya ngentot itu pasti akan ketagihan dan akan minta lagi pada pacarnya bahkan pada orang lain. Tentu para pembaca sudah tau kalau rasanya ngentot itu sungguh nikmat dan tiada tandingannya.

Namaku Lina. Sejak aku kuliah semester awal, aku telah memutuskan untuk mengenakan busana Muslimah termasuk mengenakan Jilbab yang menutupi Kepalaku. Meski demikian pakaian tersebut tak mampu menutupi lekuk liku tubuhku yang indah. Terutama pada bagian dada 34C ku yang memang sangat menonjol itu.

Jika pada umumnya wanita lain mengenakan busana muslimah dengan ukuran longgar, aku memilih mengenakan pakaian yang ketat hingga membentuk tubuhku dengan jelas. Jika pada umumnya wanita lain mengenakan Jilbab yang panjang hingga sampai ke perut, aku justru memilih Jilbab pendek yang bahkan tidak sampai menutupi dadaku. Karena terus terang saja, aku memang sangat bangga pada bentuk dadaku yang besar, montok menggelayut indah. Jika mengenakan BH yang tepat, dipadu dengan baju yang ketat, maka akan terlihat menonjol dan menantang sekali.

Pacarku sangat tergila-gila pada bentuk dadaku. Setiap kali kami bertemu, pasti disempatkannya untuk mencumbu dadaku. Sementara kedoyananku pada kontol bermula ketika aku masih duduk di bangku SMA. Saat itu aku hanya berani menyentuh kontol pacarku saja. Menyentuh, mengelus-elus. Tidak lebih dari itu. Lagipula ketika SMA itu pacarku memang tidak pernah menuntut lebih. Dia sudah cukup keenakan hanya dengan kusentuh-sentuh saja. Bahkan seringkali aku hanya menyentuh kontolnya dari luar celananya. Namun semuanya berubah ketika aku mulai kuliah di Jakarta. Perkenalanku dengan cowok-cowok Jakarta yang ternyata penuh pengalaman membuat hidupku berubah. Sejak pertama kali pacarku meminta aku mengisap kontolnya, aku langsung suka . Dan sejak itu aku jadi wanita berjilbab yang doyan kontol.

Pagi ini hangatnya mentari yang menerobos jendela kamarku membuatku terbangun dari tidurku yang lelap setelah semalam memekku luluh lantak dijilat pacarku. Masih terbayang bagaimana lidahnya menari-nari di dalam memekku. Masih terbayang juga bagaimana kontolnya memenuhi rongga mulutku sampai muncrat dengan derasnya di dalam mulutku. Saking derasnya sampai-sampai tumpah meleleh membasahi leherku. Malas-malasan kusingkirkan selimut yang menutupi tubuh telanjangku. Kubiarkan angin menerpa tubuh mulusku. Sambil tanganku meraba-raba bulu memekku yang tipis, aku membayangkan kembali kejadian-kejadian di masa lalu saat pertama kali aku mengenal kontol.

Saat itu aku masih kelas 3 SMA. Sebenarnya saat itu aku belum boleh pacaran. Tapi mana bisa aku tahan. Maka dengan diam-diam aku tetap menjalin hubungan dengan teman sekelasku. Ceritanya waktu itu aku janjian dengan pacarku mau nonton film di bioskop. Sekitar jam 6.30 sore aku bergegas pergi tanpa pamit. Sesampai di bioskop pacarku menyambut dengan senyum lebarnya. Langsung digandengnya tanganku menuju teater 3 karena pertunjukan sudah hampir dimulai. Ternyata da memilih tempat duduk paling belakang dan paling ujung. Benar-benar tempat yang strategis dan aman untuk pacaran. Kami pun langsung duduk manis di pojok bioskop ini.

Belum lagi pertunjukan dimulai, tangannya sudah mulai bergerilya meraba-raba pahaku yang terbungkus rok longgar dengan potongan agak pendek. Perlahan dia menyentuh lututku yang tidak tertutup rok. Padahal lampu bioskop belum dimatikan. Tapi kudiamkan saja perbuatannya itu. Karena kulihat di barisan tempat kami duduk tidak ada penonton lain. Jadi bisa dipastikan tidak ada yang melihat gerakan jemarinya di lututku.

Mungkin karena merasa tidak ada penolakan dariku membuat jemarinya semakin berani. Perlahan jari-jemarinya bergerak ke atas menggeser rokku hingga sedikit tersingkap. Bulu kudukku lamgsung meremang menerima serangan seperti ini. Ini adalah pengalaman pertama aku di raba-raba seperti ini. Biasanya pacarku hanya berani menggandeng dan menggenggam tanganku saja. Kejadian ini benar-benar pengalaman pertama buatku.

Perlahan jemari di atas pahaku semakin bergerak ke atas. Perasaan aneh menyelimuti diriku. Geli… tapi nikmat. Hingga akhirnya rokku benar-benar tersingkap sampai atas. Dan celana dalamku pun terpampang dengan jelasnya sementara lampu bioskop masih terang benderang. Sejenak ada terbersit rasa takut ketahuan. Tapi rasa nikmat mengalahkan pikiran sehatku. maka kubiarkan saja jemari kasar itu terus bermain-main di atas pahaku. bahkan kemudian kurasakan jemarinya mulai menyentuh belahan memekku dari luar celana dalam.

Aku tersentak nikmat. Rasa nikmat yang belum pernah kurasakan. Sedang kunikmati gesekan jemarinya di belahan memekku, tiba-tiba lampu padam. Ah, pertunjukan akan dimulai. Aku tidak perduli lagi dengan keadaan sekitar. Langsung kurengkuh wajah pacarku ini. Kucium bibirnya penuh nafsu. Lidahku bermain-main di rongga mulutnya. Saling membelit, melilit, menjilat-jilat dengan liar. Padahal ini adalah ciuman pertama bagiku. Aku hanya mengikuti naluri nafsuku saja.

Menerima perlakuanku yang penuh nafsu itu membuat dia bertambah semangat. Jemarinya langsung menerobos celana dalamku. Dan akupun terpekik pelan saat kurasakan jemarinya menyentuh memekku secara langsung. Perlahan dibukanya belahan memekku sambil mencari-cari klitorisku. Dan saat benda kecil itu tersentuh, sungguh rasanya seperti melayang ke langit ke tujuh. Luar biasa nikmatnya. Jika saja aku sedang tidak di dalam bioskop, aku pasti sudah berteriak histeris penuh nikmat.

ABG Cantik Suka Kontol
Saat kurasakan tangan pacarku agak terhambat celana dalam, tanpa ragu-ragu segera kupelorotkan celana dalamku dan kuletakkan celana dalamku itu di kursi sebelah. Lalu kubentangkan kakiku lebar-lebar agar memekku bebas terhidang dengan lezatnya. Dengan demikian jemari nikmat itu semakin mudah mengobok-obok memekku yang sudah banjir bandang.

“Aaaaah… gosok terus, sayaaang…” aku mengerang perlahan takut terdengar penonton lain. kugoyang-goyangkan pinggulku agar jemarinya menyentuh itilku. Setiap kali itilku tersentuh, rasanya seperti ada ribuan jemari yang menggelitik sekujur tubuhku.

Nikmaaaaaat… Oooooh…!!! Tak cukup sampai disitu, segera kubuka kancing-kancing kemejaku. Kubuka semuanya sampai tubuh bagian depanku terbuka bebas. Lalu kubuka kancing BH ku dari belakang. Tak ayal kedua payudaraku yang berukuran extra itu langsung melompat mencari udara segar. Kubuka BH-ku lewat kedua lenganku dan kuletakkan di kursi sebelah bersama CD-ku yang sudah nangkring duluan. Kini dadaku terpampang dengan indah. Lalu kuremas-remas sendiri mengimbangi gerak jemari pacarku yang masih asik bermain-main di memekku.

Tak lama kurasakan ada sesuatu yang mendesak akan meledak dari dalam tubuhku. Seluruh otot ditubuhku mengejang. Terutama otot memek. Beberapa kedutan kurasakan dengan rasa nikmat yang tak terkira. “Aaaaaaaah… sayaaaaanggg… enak bangeeeeet…” Masih tersisa beberapa kedutan lagi sampai akhirnya tubuhku lemas tak berdaya. Rasanya bagaikan tulang-tulang di seluruh tubuh ku di lepas satu per satu. Aku masih terbuai dengan rasa nikmat yang tiada tara saat kurasakan puting dadaku ada yang mencium. Oooh… nikmat itu datang lagi. Lalu pacarku berbisik lembut di telingaku. “Lin, gantian pegang kontolku donk…” Aku hanya mengangguk sambil menjawab “Iya…” dengan perlahan. Dalam hatiku muncul rasa penasaran seperti apa bentuk kontol itu sebenarnya.

Dengan agak terburu-buru kekasihku menurunkan celana berikut celana dalamnya sampai sebatas lutut. Dan terlihat lah benda bulat panjang yang mengacung dengan gagahnya. Agak ragu kusentuh benda yang katanya bisa bikin enak memek itu. Melihat aku ragu-ragu, pacarku langsung menyambar tanganku dan membimbingnya untuk menggenggam kontol besar itu. Baru sekali itu aku melihat langsung kontol yang sedang ngaceng. Karena belum mengerti harus bagaimana, aku hanya mengelus-elus perlahan sambil kubolak-balik memperhatikan bentuknya.

Sedang seru-serunya menggenggam kontol, tiba-tiba lampu menyala terang benderang. Aku panik bukan main. Buru-buru kukancingkan bajuku tanpa sempat memakai BH. Bahkan celana dalam pun belum sempat kukenakan. Jadilah aku pulang dengan tanpa BH tanpa celana dalam.

Selepas SMA, aku melanjutkan kuliah ke Jakarta di sebuah perguruan tinggi yang lokasinya dekat dengan Ancol. Disaat kuliah inilah aku memutuskan untuk memakai busana muslim lengkap dengan Jilbab yang menutupi kepalaku.

Di bulan ketiga aku kuliah, aku berkenalan dengan seorang cowok dari fakultas teknik. Wajahnya lumayan ganteng, tubuh atletis karena memang dia rajin berolah raga. Dadanya bidang tegap dengan bongkahan pantatnya yang membulat bikin ngences. Doni benar-benar punya bentuk tubuh yang sangat menjanjikan. Kencan pertama kami pergi nonton di bilangan Kelapa Gading. Saat film dimulai, Doni mulai menggenggam jemariku. Kemudian dia mencium jemariku. Aku menunggu dengan berdebar langkah berikutnya. Tapi ternyata serangannya hanya sampai di situ saja. Hingga film usai, dia hanya menciumi jemariku tidak lebih. Ah, padahal aku ingin lebih. Ingin rasanya aku memulai, tapi malu juga. Apalagi ini baru kencan pertama. Akhirnya kami pulang tanpa meninggalkan kesan apapun. Hari-hari berikutnya aku disibukkan dengan kuliah hingga tidak terlalu sering bertemu dengan dia.

Namun selang 3 hari, kembali Doni mengajakku kencan. Mau makan malam katanya. Akupun langsung menyetujui dan minta dia menjemputku di tempat kostku. Jam 8 malam dia datang menjemput, dan kami langsung menuju Ancol dengan mobilnya. Awalnya kami hanya berputar-putar saja di kawasan ancol. Mungkin karena dia mengira aku belum pernah ke ancol. Maklum baru 3 bulan di Jakarta. Akhirnya kami parkir di tempat yang agak sepi. Sebenarnya aku bingung juga, ngapain ngobrol di mobil. Katanya mau makan malam. Tapi belum sempat aku bertanya, tiba-tiba dia sudah langsung mencium bibirku. Ciumannya begitu menghanyutkan membuat aku benar-benar terlena. Apalagi tangan kanannya langsung meremas dada kiriku dengan lembut. Lalu tanpa sempat aku menolak, Jilbabku di buka. Aku ingin mencegah, tapi kupikir pacaran begini pake jilbab, ya malu sama jilbab lah. Maka kubiarkan saja jilbabku melayang entah kemana.

Perlahan ciumannya berpindah ke kupingku yang sudah tak tertutup jilbab lagi. Langsung aku gemetar merasakan geli-geli enak yang luar biasa. Setelah itu lidahnya turun menjilati leherku yang putih mulus. Aku semakin melayang. Perlahan tangannya membuka kancing-kancing bajuku sampai copot semua. Dengan semangat, kemejaku di kuakkannya hingga terbuka lebar. Lalu tangannya bergerak ke punggungku dan ‘Tasss !’ kancing BH-ku dilepas. Dadaku yang besar langsung melompat indah.

Dengan penuh nafsu dia angkat BH-ku keatas, dan tampaklah payudaraku yang putih besar dengan putingnya yang sudah mengacung keras. Sejenak dipandanginya kedua buah dadaku. Lalu perlahan diusapnya putingku. Dipencet-pencet, dipelintir pelan, ooooh…. rasanya tidak kuat lagi. Langsung kutarik kepalanya minta diisep. Rupanya dia mengerti keinginanku. Langsung lidahnya bermain-main di putting susuku. Ujung pentilku di sentil-sentil dengan lidahnya. Rasanya bukan main. Enaaakkk sekali…

“Aaaaah… Sayaaaang…. Isep, sayaaang…” tak mampu kutahan kejolak nafsuku. Saat mulutnya melahap dadaku, eranganku semakin menjadi. “Aaaaaaghhhh… terus, sayaaang… isep yang kenceeeng…” Lupa sudah aku dengan Jilbabku. Yang kuinginkan saat ini adalah kenikmatan yang lebih dan lebih …

Celana dalamku rasanya sudah basah. Maka agar dia langsung menuju memekku yang sudah becek ini, kuangkat kakiku dan ngangkang selebar-selebarnya. Rok-ku tersingkap sampai perut. CD-ku terlihat dengan bebasnya. Benar saja. Melihat gayaku seperti itu, tangannya langsung dimasukkan ke dalam CD-ku. “Ooooooooogh… iya itu, sayang… mainin yang itu…” aku benar-benar sudah lupa diri. Saat itilku dimainkan, teriakanku semakin menjadi-jadi. Kugoyang-goyangkan pantatku mencari kenikmatan lebih. Kuimbangi gerakan jarinya di memekku dengan goyangan pinggulku. Sampai akhirnya desakan di memekku semakin kuat. Otot-otot memekku mengejang, dan… “Oooooooooghhh… sayaaang… enaaaaaaak!!” Memekku berkedut-kedut beberapa kali. Rasanya sungguh luar biasa. Bagaikan dilempar ke angkasa, kemudian dihempaskan kembali ke bumi dengan nikmat.

Aku lemas, tersandar, ngangkang… Kubiarkan kakiku ngangkang dengan lebarnya beberapa saat. Sambil kuresapi kenikmatan barusan. Saat kubuka mataku, tampak senyum lebar pacarku. Langsung kukecup mesra bibirnya. Lalu dia bangkit dan merebahkan sandaran kursinya. Dia pun terlentang di kursinya, dan tampaklah kontolnya mengacung dengan gagahnya, Rupanya saat aku terpejam tadi dia sudah membuka celana berikut CD-nya. Aku tertegun menatap kontolnya yang sudah ngaceng itu. Wuiiiih… Gede banget. Tegak berdiri, Urat-uratnya tampak bertonjolan di sekitar kontolnya. Kepala kontolnya begitu besar seperti helm tentara. Nafsuku langsung bangkit lagi. Perlahan kugenggam kontol besar itu. Waaaw, tanganku yang mungil ini hampir tidak cukup menggenggamnya. Kontolnya kuremas-remas, kuusap-usap, seperti yang biasa dulu kulakukan dengan pacarku saat di SMA.

“Diisep donk, say…” kata pacarku tiba-tiba.
Aku terkejut. ”Kok diisep? kenapa ?”
“Ya biar enak”. jawabnya.

Karena penasaran, kucoba mencium kepala kontolnya perlahan. Lalu kujilat batang kontolnya dari bawah ke atas. Tapi dia rupanya belum puas kalau belum kukulum. Dia minta aku memasukkan kontolnya ke mulutku. Meski agak jijik, tapi karena memang pengen tau, kumasukkan kontol gede itu ke mulutku yang lebar. Kuisap, kepalaku naik turun dengan sendirinya. Ternyata enak juga. Gesekan kontol besar itu di mulutku menimbulkan sensasi nikmat sendiri. Aku semakin semangat mengelomoh kontolnya yang luar biasa itu. Sesekali kujilati kepala kontolnya. Lalu lubang kencingnya kubuka-buka dengan lidahku. Dia sampai merem melek akibat perbuatanku itu. Kubasahi seluruh batang kontolnya dengan ludahku, kemudian kukocok dengan kuat pake tangan. Saat kontolnya agak kering, kumasukkan lagi ke mulutku. Lalu kukocok lagi.

“Iyaaaah… terus, sayang… isep yang kenceng…. Ooohhh…” pacarku benar-benar keenakan. Melihat kondisi pacarku seperti itu, aku semakin bersemangat memberikan kenikmatan padanya.
“Oooogghhh… kamu pinter, sayang… kocok terus, sayaaaang…” rintihnya.

Sampai kurasakan kontolnya semakin membesar, lalu tiba-tiba… “Craaaaattttss…!!!” air maninya menyembur saat kukocok dengan kencang. Aku tak sempat mengelak hingga mukaku terkena muncratan air maninya. Begitu juga leher dan dadaku.Terus kukocok kontolnya sampai tidak ada lagi air mani yang keluar. Lalu kujilati kontolnya sampai bersih. Tampak pacarku begitu puas. Dan aku juga sangat puas. Pertama kali ngisep kontol dan pertama kali melihat sperma laki-laki. Sejak itu, aku semakin doyan ngisep kontol. Setiap ada kesempatan aku selalu minta untuk ngisep kontolnya sampai dia muncrat keenakan…

Aku masih bengong sendirian di kamar. jam baru menunjukkan pukul 4 sore, Sudah seminggu lewat sejak terakhir aku ngisep kontol. Dan malam ini pacarku mengajakku jalan malam lagi. Ugh… masih lama. Padahal aku udah kangen banget sama kontolnya. Kangen pengen kuisep-isep lagi. Sedang aku termenung sendiri, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar kostku. Dengan agak malas aku membuka pintu.

Saat pintu terbuka, ternyata pacarku yang datang lebih awal. Aku terkejut sekaligus senang dengan kedatangannya. “Kok udah dateng am segini? Aku belom mandi lho…” Pacarku tersenyum sambil melangkah masuk ke dalam kamarku. Katanya dia udah kangen. Gak tahan nunggu sampai malam. Aku senang mendengarnya. Supaya bisa cepat berangkat, aku pamit mau mandi dulu. Tapi pacarku mencegah. Dia bilang mandinya nanti aja. Sekarang ngobrol-ngobrol dulu katanya. Lalu dia menutup pintu kamar. Ups! Cepat-cepat aku cegah. Soalnya di tempat kostku ini kalau ada tamu cowok boleh aja di bawa ke kamar. Tapi gak boleh tutup pintu.

Pacarku sepertinya kecewa. Untung aku cepat dapat ide. Segera aku minta pacarku menggeser tempat tidurku ke balik pintu kamar. Sehingga pintu hanya bisa di buka sepermpat. Dan ruang dibalik pintu menjadi agak lega dan aman. Kalaupun ada yang masuk, pasti kita yang di dalam udah tau duluan. Mendengar itu pacarku langsung semangat. Dengan badannya yang kekar itu sebentar saja tempat tidurku sudah berpindah posisi. Dan benar. Posisi di balik pintu benar-benar aman. Dengan agak tergesa tubuhku di dorong hingga jatuh telentang di atas tempat tidurku di bagian yang terlindung. Dan dengan tergesa juga tiba-tiba dia sudah menindih tubuhku. Bibirku langsung dilumatnya dengan penuh gairah. Lidah kami langsung saling melilit. Bahkan lidahnya sampai menggaruk-garuk langit-langit mulutku. Dengan cepat gairahku naik. Memekku langsung terasa lembab dan berdenyut minta di jilat. Ciuman pacarku mulai bergerak dari bibirku bergeser ke kupingku. Daerah paling sensitive yang bisa bikin aku menggelinjang hebat. Kalau bukan karena pintu yang masih terbuka, pasti aku sudah mengerang-ngerang keenakan. Terpaksa aku tahan suaraku agar tidak terdengar dari luar. Benar-benar tersiksa rasanya. Tersiksa dalam penjara kenikmatan birahi yang luar biasa. Lalu lidahnya meluncur turun ke leherku. Digigit-gigit kecil leherku, bikin aku tambah kelojotoan. Aku tidak perduli walau leherku penuh dengan bekas gigitan. Toh kalau keluar aku selalu pakai jilbab. Gak bakal keliatan.

Sambil terus menjilat leherku, tangannya mulai menggerayangi dadaku. Diremas-remas begitu benar-benar bikin aku tidak tahan. “Hhhhhhh… sayaaang…” erangku pelan takut terdengar dari luar. Kurasakan jemari tangan pacarku mulai bekerja membuka kancing-kancing kemejaku. Ups! segera kucegah. Aku takut kalau aku sampai telanjang lantas tiba-tiba ada yang masuk, bisa berabe. Akhirnya pacarku hanya meremas-remas dadaku dari luar bajuku saja. Tidak berhenti disitu, tangannya dengan cepat mengangkat rokku sampai ke perut. Maka memekku yang masih tertutup CD langsung terhidang dihadapannya. Tidak menunggu lama-lama, jemarinya langsung menyelinap kebalik CD-ku dan menari-nari di lubang penuh nikmat itu. Aku benar-benar tidak sanggup lagi bertahan. Tubuhku menggelinjang dan bergetar dengan hebat. Setiap gesekan jemarinya membuat aku melayang-layang tidak karuan. Tiba-tiba tangannya berusaha menarik lepas CD-ku.

“Jangan!” meski sudah dipenuhi birahi, aku masih sempat kuatir jika nanti ada yang masuk secara tiba-tiba.

Untunglah pacarku tidak protes. “Ya udah, kalo kamu gak mau buka celana, aku aja deh.” katanya sambil langsung membuka celananya sampai sebatas lutut. Woooow… aku terbelalak melihat kontolnya yang gede panjang sudah berdiri tegak siap tempur. Belum sempat aku meraih batang kontol besar itu, pacarku sudah menindih tubuhku lagi. Kontolnya yang sudah keras itu di gesek-gesekkannya ke memek aku yang masih tertutup CD. Ampuuuunnn…. rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Enaknya luar biasa. Terus saja dia gesek-gesek kontolnya ke memekku. Terkadang malah kepala kontolnya di tusuk-tusukkan ke lobang memekku. Membuat tubuhku semakin bergetar. Akhirnya aku tak mampu lagi bertahan. Bagaikan bendungan yang jebol, seluruh hasratku memancar dengan derasnya. Memekku berkedut-kedut dengan gencarnya. CD-ku basah, benar-benar banjir. Tubuhku lemas lunglai, kunikmati terjangan gelombang orgasme ini dengan kaki mengangkang lebar. Nikmaaaaat…

Setelah dilihatnya napasku mulai teratur, tanganku ditariknya sampai aku terduduk di kasur. Lalu disodorkannya kontolnya yang besar itu ke mulutku. Aku mengerti keinginannya. Langsung saja kuraih batang enak itu, kuelus-elus sejenak sebelum kumasukkan ke dalam mulutku. Aku selalu suka jika batang kontol besar memenuhi rongga mulutku. Dengan semangat batang kontol itu aku isap, kujilat, mulutku maju mundur dengan teratur. Setelah kontolnya basah dan licin, segera kukocok kontol itu dengan tanganku. Kuisap lagi, kocok lagi begitu seterusnya, sampai tiba-tiba tubuh pacarku menegang dan… Craaaaat…!! air maninya memancar seperti pemadam kebakaran. Banyak sekali. Langsung saja kutelan semua air mani itu sambil kubersihkan kontolnya dengan lidahku. Akhirnya malam itu kami tidak jadi keluar. Kami lebih suka menghabiskan malam dengan ngobrol di kamarku sambil sedikit raba-raba. Malah aku masih sempat ngisep kontolnya sampai ngecret di mulutku sekali lagi.




Bandar Poker Pokerbatman.com