Selasa, 24 November 2015

Agen Ibcbet - Aku Bercumu Dengan Seniorku



Agen Ibcbet - Menjelajah, mendaki gunung, berkemah adalah aktifitas grupku dan di grup itulah aku mengenal salah seorang seniorku.
Umurnya waktu itu 35 tahun, sudah beristri dan mempunyai 2 anak. Namanya Kak Dani. Orangnya baik, pandai bergaul, pintar memainkan gitar dan keyboard dan Kak Dani sering menghibur kami semua ketika beristirahat di arena kegiatan.
Beliau sangat berwibawa, melindungi dan menyayangi kami semua dan dari seringnya aku bergiat dengan dia, dalam hatiku sering muncul perasaan “lain” kepadanya. Sungguh, aku menyukai dia sebagai seorang lelaki ketimbang sebagai senior tetapi aku pendam dalam-dalam saja perasaan itu karena aku takut akan menghancurkan rumah tangganya dan aku juga malu pada kawan-kawanku.
Lama ku simpan perasaan itu dan semakin hari semakin besar menyesak dalam hatiku tapi tetap saja ku pendam.
Hingga pada suatu ketika grupku merencanakan untuk kegiatan pengembaraan melewati daerah Pantai Selatan ( Sindangbarang ke Cidaun ) dan untuk kegiatan tersebut harus melakukan survey medan terlebih dahulu. Kak Dani akan melakukan survey medan dan menawarkan siapa yang mau ikut dalam survey ? Semua tidak ada yang siap karena mereka tau bahwa Kak Dani kalau sudah berjalan, dia sering berjalan cepat sehingga sering kami tertinggal.
Iseng-iseng aku mengacungkan tangan sambil berkata
“Saya siap, Kak.” Kak Dani melihat padaku lalu bertanya
“Kamu gak kan rewel nanti di jalan, Er ?”.
“Siap, saya janji gak kan rewel” dan aku disoraki oleh teman-temanku.
Kak Dani menyetujui keinginanku dan sungguh, aku merasa bahagia sekali karena itu berarti aku akan berjalan hanya berdua dengannya.
Pada hari yang sudah ditentukan, berangkatlah aku dengan Kak Dani. Dari Bandung perjalanan dimulai dengan menggunakan motor menuju Sindangbarang.
Selama di jalan Kak Dani bercerita tentang asal muasalnya menjadi petualang, tentang hobbynya bermain musik dan diapun meminta aku bercerita tentang keluargaku, hobbyku dan semua. Katanya supaya tidak ngantuk karena perjalanan ke Sindangbarang itu cukup jauh.
Rencananya, setibanya di Sindangbarang, motor akan dititipkan pada kawannya yang suka ke Bandung dan kami akan berjalan kaki ke Cidaun.
3 kilometer sebelum kota Kecamatan Sindangbarang hari sudah menunjukkan pukul 15.30, cuaca mendung menyambut kehadiran kami dan sesuai rencana motor Kak Dani akhirnya dititipkan. Temannya sempat menyuruh kami bermalam di rumahnya tetapi Kak Dani bilang tanggung, untuk mempersingkat waktu jadi kami tetap jalan saja. Teman Kak Dani akhirnya melepas kepergian kami dengan janji akan membawa motor Kak Dani kembali ke Bandung.
Kami kemudian mulai berjalan menuju titik pertama dalam rencana peta. Sepanjang jalan kami ngobrol ngalor ngidul sehingga tiba-tiba saja hujan turun dan kami berlarian mencari tempat berteduh. Kebetulan saat itu kami berada di jalan yang sepi banyak pepohonan dan akhirnya kami menemukan sebuah dangau yang agak menjorok ke dalam menjauhi jalan. Kesanalah kami tuju untuk berteduh.
Baju kami agak basah dan aku menggigil kedinginan sehingga Kak Dani lalu berinisiatif memelukku dan aku diam saja saat tangannya merengkuh tubuhku dan merapakan tubuhku ke tubuhnya.
Walaupun pakaian kami agak basah tetapi saat tubuh-tubuh kami serapat ini, kehangatan itu muncul dan terasa olehku. Aku sandarkan kepalaku pada dada bidang Kak Dani dan aku resapi pelukan kokoh tangannya dan aku rasakan degup jantung Kak Dani yang sedikit lebih keras …… sungguh aku merasa bahagia sekali bisa berada di pelukan orang yang selama ini aku kagumi dan ketika aku sedikit menggigil, Kak Dani menggamit daguku sehingga aku dapat dekat dengan wajahnya.
Nafasnya terasa hangat menerpa wajahku dan ketika gigiku gemeletuk karena merasa dingin, tiba-tiba saja Kak Dani menempelkan bibirnya ke bibirku. Ooooh …. Dia menciumku. Mula mula hanya nempel lalu perlahan-lahan lidahnya berusaha masuk ke mulutku.
Aku pasrah, kubuka sedikit mulutku sehingga lidahnya akhirnya menggeluti lidahku. Aku pasrah, aku bahagia dan aku rela dicumbu oleh lelaki ini. Ciumannya membuat tubuhku mulai menghangat. Tangannya yang tadinya ada di bahuku sekarang mulai bergerak lembut ke dadaku dan kemudian Kak Dani mulai meremas dengan lembut dan aku menggelinjang karena geli. Ciumannya sekarang menjalar ke telingaku, leher, tengkukku sehingga aku terus menggelinjang ….
“ Kaaaakkkk …. Ooohhhh ….” Hanya itu yang keluar dari mulutku karena aku merasa geli tidak ketulungan.
Getaran tubuhku semakin meningkat dan kurasakan sesuatu getaran aneh, hanya getaran ini lebih dahsyat dari yang pertama, ternyata payudaraku diremas olehnya. Aku merasa melayang, sengatan kenikmatan yang baru ini kualami, dipilin-pilinnya putingku, tak sadar desahku semakin mengeras karena kenikmatan yang melandaku. Tangannya bermain lincah di kedua dadaku sehingga tubuhku lemas tetapi terkejang-kejang nikmat. Aku sudah tidak tau lagi ini tempat apa, cuaca bagaimana, otak dan seluruh ragaku sepenuhnya meresapi kenikmatan cumbuan lelaki ini.
Tiba-tiba Kak Dani menghentikan cumbuannya, dia kemudian menatapku lalu berkata
“Er, kamu baru ngalami ini ?”
Aku tertunduk malu, tak sanggup ku tatap matanya yang lembut menatapku dan akhirnya malu malu kuanggukkan kepalaku.
“Maafkan Kakak sudah nakal yaa …” sambil dia kecup pipiku lalu merapihkan bajuku yang ternyata kancingnya sudah terlepas dari lubangnya.
Setelah bajuku tertutup lagi, aku segera duduk bersandar di tiang dangau sementara Kak Dani segera membuat perapian kecil dengan menggunakan paraffin, mengeluarkan nesting dan menuangkan air untuk dipanaskan. Terampil sekali dia melakukannya dan sesekali dia menatapku sambil tersenyum …. duh, senyumnya, aku membatin.
Setelah air mendidih, Kak Dani membuatkan 2 cangkir teh lalu dia berikan segelas kepadaku. Dia lalu mematikan api dan mengembalikan alat-alat ke ranselnya lalu dia duduk di sebelahku, menghisap rokok dan menikmati air teh yang hangat.
“Er, kamu gak nyesel dengan apa yang terjadi tadi ?” tanyanya memecah keheningan. Aku kaget tetapi kemudian ku jawab “Tidak Kak, Er tidak apa-apa”.
“Kakak gak tau kenapa jadi senakal itu yaa ?” katanya lagi sambil memandang jenaka padaku. “Aaaahh .. kakak ….” kataku sambil memukul bahunya tapi hatiku sennaaaanng sekali.
Tanganku dipegangnya lalu dia genggang dan dia kecup dengan lembut. Aku tergetar, jantungku kembali berdebar ….. tapi kemudian Kak Dani bilang “Sebentar lagi hujan reda … yuk, kita siap-siap. Mau ganti baju dulu dengan yang kering ?” tanyanya. Aku menggeleng karena bajuku tidak terlalu basah karena bahannya agak sedikit tebal.
Setelah hujan benar-benar reda, kami lanjutkan perjalanan dan akhirnya pukul 18.30 kami tiba di Kota Kecamatan Sindangbarang.
Kami cari tempat untuk makan dan setelah kami temukan, makanlah kami di sana. Usai makan, sambil merokok, Kak Dani bertanya padaku apakah aku siap untuk jalan malam sampai jam 21 atau bagaimana ?
“Jujur ya Kak, Er pegel seharian duduk di motor … jadi kalau boleh, Er ingin malam ini istirahat di sini saja, besok kita lanjutkan. Kakak juga tentunya cape kan nyetir motor dari pagi ?” jawabku.
“Ya sudah, kita cari penginapan. Disini ada beberapa yg harganya tidak mahal”, jawabnya.
Setelah membayar ke pemilik warung nasi, kami jalan lagi mencari penginapan dan akhirnya ketemu. Tidak mewah memang tetapi bersih dan asri sehingga aku setuju ketika Kak Dani .memilih penginapan ini.
Kami membayar sewa kamar untuk semalam dan setelah mengisi buku administrasi, kami diantar pegawai penginapam menuju kamar.
Di kamar itu ranjangnya ada 2, kamar mandi di dalam tapi tidak ada tv dan pegawai penginapan hanya mengantarkan sebuah teko plastik dan 2 gelas kosong. Tidak masalah, toh kami membawa perlengkapan untuk mandi dan masak ringan.
Kakak lalu mempersilahkan aku untuk mandi dengan pesan jangan lama-lama karena hari sudah malam dan akupun segera membawa pakaian ganti dan alat kebersihan lalu mandi.
Ketika keluar kamar mandi, aku melihat Kak Dani tengah tertidur di ranjang hanya memakai celana panjang bertelanjang dada. Aku sempat menatap wajahnya yang begitu tenang meski terlihat kelelahan. Perlahan ku bangunkan dia
“Kak … kak …” sambil ku goyang-goyangkan lengannya.
Dia terbangun, menatapku sebentar lalu dia meminta handuk dan tas kecil alat kebersihan lalu pergi ke kamar mandi. Tak lama kemudian kudengar guyuran air. Aku sendiri segera memasak air dengan menggunakan paraffin. Tiba-tiba terdengar suaranya memanggilku
“Er … maaf, ambilkan kaos oblong sama sarung Kakak di ransel”
Aku segera membuka ranselnya, kuambil apa yang dia minta. Ku ketuk pintu kamar mandi dan ketika terbuka sedikit, tangannya menerima kaos dan sarung lalu pintu tertutup lagi.
Tak lama kemudian Kak Dani keluar dari kamar mandi lalu menggantungkan handuk basah di kapstok dan menyerahkan tas kebersihan padaku.
Saat dia tengah duduk di beranda, aku hampiri dia sambil menyerahkan minuman kopi instant kesukaannya.
“Makasih Er, duduklah ….” dia mempersilahkan aku duduk di kursi kosong di sebelahnya.
Aku duduk kemudian kami ngobrol tentang rencana jalan besok dilanjutkan dengan obrolan ringan. Kadang aku tertawa, cemberut mendengar guyonannya.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 21 sehingga Kak Dani mengajakku masuk kamar.
Aku berbaring di ranjangku dan Kak Dani kulihat sedang menulis buku catatan.
“Er … kamu pegal ndak badannya ?” tanyanya sambil menutup buku catatannya.
“Iya Kak … “ jawabku singkat.
“Mau sama Kakak dipijetin ?” dia bertanya lagi.
“Mau Kak tapi … Kakak juga cape kan ?” jawabku sambil balik bertanya.
“Ya gantian dong” jawabnya sambil berjalan ke arahku.
Mula-mula tangannya memijati bahuku yang pegal terbebani ransel seharian, lalu tengkukku. Pijatannya terasa nyaman lalu
“Er, ada body lotion ? Kalau pake bodylotion lebih enak, jadi tidak kesat kulitnya” katanya.
Aku bilang saja ada di tas dan kemudian dia mengambilnya.
“Er … kaosnya Kakak angkat yaa ?” tanyanya. Deg … aku kaget tapi benar juga, bagaimana lotion mau dibalurkan kalau aku masih pakai kaos ?
“Tapi Kakak janji gak kan nakal …” jawabku sambil melihat ke tembok karena aku malu melihat wajahnya.
“Ya, kakak tidak akan nakal …. asal ……” dia potong kata-katanya.
“Asal apa … hayo … ??” jawabku sambil membalikkan tubuhku sehingga setengah terlentang dan kupegang tangannya dengan kedua tanganku.
“Asal Er tidak menggoda Kakak dengan wajah cantikmu …..” jawab kakak sambil merebahkan tubuhku.
Aku tertawa ( senang dan bahagia ) dengan jawabannya lalu ketika Kak Dani menyuruhku untuk berbaring telungkup.
Kembali Kak Dani memijat bahuku tapi kemudian dia bertanya
“Er, bagaimana lotion ini bisa Kakak gunakan kalau kamu masih pakai baju ? Kakak buka yaa bajunya ….” Sambil dia membuka bajuku dan aku yang masih merasakan keindahan tadi di dangau diam saja, bahkan ku angkat tanganku agar bajuku mudah terlepas.
Saat bajuku terlepas, aku segera tengkurap karena aku mrasa jengah berpakaian setengah terbuka di hadapan lelaki ini.
Saat aku tengkurap lagi, Kak Dani mulai membalurkan lotion di bahu dan punggunggku dan saat dia mulai memijat aku terpejam merasakan kenikmatan dan … terasa pengait bhku dilepaskan olehnya …
“Kakkk …. janji gak kan nakal ….” ucapku tanpa melihat wajahnya.
“Iya … ndak, Kakak gak akan nakal” jawabnya.
Pijatannya merambat turun dari bahu ke punggungku dan aku merasakan enaknya pijatannya. Saat tangannya memijat punggungku,sesekali jemarinya menyentuh tepian buah dadaku dan aku merasa seperti tersengat tetapi aku diam saja karena memang enak. Agak lama tangan kakak menyenggol-nyenggol bagian ini kemudian baru bergerak ke bawah.
“Er, mau dipijat semuanya atau cukup sampai sini ?” tanyanya.
“Erni takut Kak …. “ jawabku menggantung dan Kak Dani melihat keraguanku sehingga akhirnya pijatannya mulai menurun mengarah ke bongkahan pantatku.
Otomatis celana piyama dan cdku turun terdorong dan aku tidak tahu harus bagaimana, antara malu, suka, takut, bercampur aduk dalam hatiku tetapi karena aku percaya lelaki ini baik, akhirnya aku diam saja. Kutahan erangan kenikmatanku saat tangannya memijiti/meremas pantatku lalu turun ke pahaku sambil terus menurunkan pakaian bagian bawahku hingga ketika pijatannya sampai ke betisku, aku tersentak kaget karena tubuhku sudah telanjang.
“Kakaaakkkk …. ?!!“ aku segera mengambil bantal menutupi dada dan kemaluanku dan segera aku bergerak ke sudut ranjang.
Aku panik, malu dan bingung karena meski bagaimana, aku belum pernah bertelanjang di depan lelaki manapun. Aku sampai ingin menangis karena malu yang luar biasa.
“Er, kenapa ? Kakak tidak mencelakakan kamu kan ?’ dia bertanya sambil mendekatiku.
Aku semakin merungkut ke sudut ranjang tapi karena aku sudah terpojok akhirnya Kak Dani dapat menyentuhku dan menarik tubuhku untuk masuk dalam pelukannya. Agak memaksa memang karena aku masih merasa takut tapi karena sentuhannya begitu lembut, akhirnya aku masuk juga dalam pelukannya.
Kak Dani lalu memelukku, melindungi tubuhku sambil membelai kepala dan rambutku.
“Er, jangan takut …. Kakak tidak akan berbuat yang tidak kamu suka. Kakak tau bahwa kamu anak yang baik dan kewajiban Kakak menjagamu agar tetap baik. Dah … jangan takut lagi yaa ?” tanyanya sambil mengecup rambutku.
Aku diam karena masih bingung lalu akhirnya Kak Dani membaringkan tubuhku. Aku masih memeluk bantal untuk menutupi ketelanjanganku. Kak Dani kemudian berbaring di sebelahku dan memeluk tubuhku hingga posisiku menjadi miring terhalangi oleh bantal.
Dengan lembut dia belai kepalaku dan dengan kondisi kamar yang hening membuatku berangsur merasa tenang serta nyaman.
Belaiannya sekarang bergerak ke belakang telingaku, jari-jarinya bermain di belakang telingaku sehingga aku merinding, terus dari telingaku jarinya bergerak ke tengkukku … aku menggelinjang dan mendesah kegelian.
“Kkkaaakkkkk …..” akhirnya desahku keluar.
Jarinya masih terus bermain di situ sehingga aku mulai merasa ada yang aneh dalam tubuhku, aku merintih perlahan merasakan tarian jarinya. Mataku sesekali melihat wajahnya tetapi lebih banyak ku pejamkan mataku karena merasakan kenikmatan jemarinya.
Lalu kurasakan hembusan nafas di wajahku, aku melirik, ternyata wajah Kak Dani sudah begitu dekat dengan wajahku, matanya begitu tajam menatapku dan akhirnya ku pejamkan mataku saat bibirnya menyentuh bibirku. Tak terasa aku memejamkan mata dan menikmati kecupan dan kulumannya di bibirku. Kenikmatan yang tadi terjadi di dangau kembali terulang dan suasana disini lebih nyaman daripada di dangau. Kubuka sedikit mulutku hingga akhirnya lidahnya bergerak lembut menggeluti lidahku.
Getaran-demi getaran kurasakan dan tubuhku terasa melayang, tidak mempunyai beban, terasa ringan sekali seolah terbang. Otakku seakan buntu, tidak dapat berpikir jernih, yang kutahu aku mengikuti saja karena pengalaman ini belum pernah aku rasakan seumur hidup, antara takut dan nikmat. Perlahan tapi pasti tangannya menyentuh payudaraku. Mulanya hanya rabaan lembut lalu akhirnya jadi remasan yang membut aku merasa melayang hebat, dimana kedua tangan Kak Dani meraih payudaraku dari bagian atas turun ke bawah, sesampai di putingku remasan berubah menjadi pilinan dengan jari, aku sempat membuka mata, tetapi hanya sesaat, getaran aneh berubah menjadi sengatan. Sengatan kenikmatan yang baru ini kualami, tak sadar ku keluarkan desahan pelan.
Perlahan sekali, sangat perlahan bantal yang menghalangi tubuhku dengan tubuhnya ditariknya perlahan dan aku sudah tidak peduli lagi karena aku sedang merasakan kenikmatan yang baru ku alami. Ciumannya lalu mulai bergerak perlahan ke leherku dan disana lidahnya menari dengan tarian yang mampu membuatku terkejang-kejang nikmat sehingga dari mulutku keluar sudah desah dan rintihan tiada henti dan kenikmatan itu semakin bertambah dengan remasan lembut tangannya di payudaraku.
Aku sudah tidak bisa menolak lagi, kubiarkan saja semua berjalan apa adanya. Aku hanya mampu terpejam, merintih, menggelinjang dalam kenikmatan sehingga akhirnya akupun balas memeluk tubuhnya.
Sekarang ….. oooohhhhh …. Lidah mulai turun ke buah dadaku dan tangannya masih bermain lembut di dada yang satu. Aku terbeliak dan meremas rambutnya ketika lidahnya mencucupi putingku ….
“Addduuuhhhh …. Kakkkaaaakkkkk ….. oooohhhhh ….” racauku. Setelah menelentangkan tubuhku, giliran dadaku yang sebelah kiri diperlakukan yang sama ….. aaaaahhhhhhh …. aku sudah terbakar, terbakar oleh kenikmatan yang disodorkan oleh seniorku.
Lidahnya terus bergerak ke bawah, menuju pusarku dan kembali aku terkejang-kejang. Aku sudah kehilangan akal sehat, hanya bisa diam dan menikmati setiap jilatannya. Takut bercampur geli, nikmat yang tak terkira berkecamuk di dalam dadaku.
Namun kesadaranku sempat muncul ketika jilatannya sudah mendekati selangkanganku. Kurapatkan kedua pahaku karena takut tetapi ketika matanya menatapku, akhirnya aku diam saja. Ku jambak rambutnya dan lama kelamaan tanpa kusadari kedua pahaku membuka dan semakin lebar. Posisi ini memudahkannya untuk mencumbu kemaluanku yang berbulu meski tidak terlalu lebat.
Mula-mula jilatannya hanya di bagian atas tetapi ketika tiba di belahan bawah, tubuhku sontak terbangun merasakan sesuatu yang sulit aku ungkapkan. Aku semakin mendesah dan tanganku menjambak rambutnya, menarik-narik kaosnya, meremas sprei dan apa saja yang bisa ku gapai. Aku terlonjak, menahan rasa yang tak bisa ku bendung dan akhirnya aku merasakan sesuatu yang tidak bisa kuungkapkan ……..
“Kakkkkkaaaaakkkkkk ……… oooooouuuuuhhhhhh “ aku mengejan untuk menahan itu tapi akhirnya aku merasakan sesuatu itu keluar dari dalam kemaluanku, kemaluanku basah… bahkan banjir…
Tubuhku langsung terhempas dan aku tak perduli pahaku terbuka mempertontonkan kemaluanku. Lemas, nikmat dan aahhh … aku tak bisa mengungkapkannya.
Kemudian Kak Dani membaringkan tubuhnya di sebelahku dan baru ku sadari ternyata dia sudah bertelanjang dada dan saat ku lirik sekilas ke bawah, dia hanya menggunakan celana dalam saja … entah kapan dia membukanya. Kulihat Kak Dani menatapku dengan lembut, tersenyum dan membelai rambutku.
“Sakit Er ….?” tanyanya sambil menatapku.
“ Tidak Kak tapi ….. aaahhhh, Kakak ….. Er maluuuu …..” lalu ku peluk tubuhnya, kususupkan kepalaku ke lehernya.
Kurapatkan dadaku ke dada bidangnya dan ku belit kakinya dengan sebelah kakiku. Pahaku merapat ke pahanya dan aku sempat menyentuh sesuatu yang tegang tapi aku tak begitu perhatikan.
“Er, yang barusan kamu rasakan itu adalah apa yang dicari oleh pasangan-pasangan yang memadu asmara” katanya saat aku rebahkan kepalaku di dadanya dan tangannya membelai punggung telanjangku.
“Er merasa aneh Kak …. koq begitu sih rasanya” kataku.
“Bukan sesuatu yang aneh. Itu terjadi karena kamu sudah terangsang oleh cumbuan Kakak sehingga akhirnya kamu sampai pada puncaknya yang disebut orgasme” jelasnya.
“Or ….apa Kak” tanyaku karena bahasa asing ini.
“Orgasme, Sayang” katanya sambil mengecup bibirku.
“Er takut Kak ….” kataku
“Takut kenapa ?”
“Takut …. Eeeeuuuu …. Hamil” jawabku ragu.
Kak Adi terkekeh lalu dia kembali kecup bibirku lalu berkata
“ Er …. Er …. mana mungkin kamu hamil kalau tidak adanya kontak kelamin diantara kita tadi ? Kan Kakak hanya memainkan lidah Kakak di kemaluanmu lalu kamu … gituu deh” kembali dia terkekeh dan aku mencubit dadanya karena malu dan lega.
“Eh … aduh, sakit Er …” tubuhnya terlonjak karena cubitanku.
“Kakak dah ingkar janji …. Kakak ternyata nakal” kataku sambil menyandarkan daguku ke dadanya sehingga aku bias menatap wajahnya.
“Tapi kamu suka kan ?” jawabnya sambil mencium bibirku.
Ku sambut ciumannya dengan rasa bahagia dan ku balas lumatannya tanpa rasa malu lagi.
Setelah ciuman terlepas, Kakak lalu menjelaskan tentang berbagai hal soal sex dan bersetubuh sehingga akhirnya aku mengerti. Kami ngobrol di ranjang sambil berbaring lalu akhirnya Kak Dani kembali menggeluti tubuhku dan yang kali ini ku balas gulatannya dengan penuh gelora.
Tapi aku sempat kaget juga ketika Kak Dani membimbing tanganku untuk memegang batang kemaluannya … aku sempat menggeleng tapi karena bujukannya akhirnya aku pegang juga batang kemaluannya.
Kak Dani ajari aku bagaimana memperlakukan batang kemaluan lelaki bila kondisinya sudah begini dan memang aku merasa aneh dan geli dengan bagian tubuh lelaki yang baru kulihat sedekat ini. Keras tapi tidak seperti kayu, lembek tapi tidak membengkok karena keras.
Mulanya tangaku digenggam, diajarkan cara menggerakan tanganku naik turun naik turun dan lama-ama aku jadi lancar juga melakukannya. Ku lihat ekspresinya begitu kenikmatan dan aku berusaha memainkan batang kemaluannya lebih cepat.
“Tenang Er, jangan keras-keras. Perlahan saja ….” bisiknya sambil membelai punggung telanjangku.
Ada desiran lagi saat tangannya membelai-belai punggungku dan meremas bongkahan pantatku. Lalu Kak Dani kembali menciumku, meremas dadaku dan aku menyambut itu dengan penuh gairah Karena aku sudah merasakan kenikmatan yang tadi kuraih saat digelutinya.
Kali ini Kak Dani suka terkejang-kejang sambil sesekali menyebut namaku perlahan di sela-sela cumbuannya dan kemudian tubuhku kembali ditelentangkan. Sekarang dengan posisi seperti ini, Kak Dani mencumbuku lebih panas dari yang pertama dan aku membalasnya karena aku ingin merasakan kenikmatan yang tadi lagi.
Saat aku sudah sangat terbuai lalu Kak Dani membuka pahaku dan menahannya dengan kedua lututnya. Aku tersadar ……
“Kak …. Jangan …. Jangan Kak ……” aku mendorong tubuhnya dan sebelah tanganku menutup kemaluanku.
“Er … ndak apa-apa, Kak cuma ingin melakukan petting saja …. Gak apa-apa … Kakak tidak akan mencelakaimu ….. ayolah” jawabnya dengan nafas memburu dan menarik tanganku untuk tidak menutupi kemaluanku.
Dengan ragu aku akhirnya melepaskan tanganku dan kemudian Kak Dani menempelkan kepala kemaluannya di belahan lubang kemaluanku.
Kurasakan kepala kemaluannya bergerak menggesek bibir kemaluanku, menyentuh daging kecil di atasnya terus kembali lagi ke bawah dan berulang-ulang hingga akhirnya aku kembali kegelian.
Ku peluk tubuhnya, ku ciumi bibirnya sambil kumasukan lidahku sementara gerakan kemaluannya terus menerus menggesek belahan lubang kemaluanku sehingga aku juga merasakan sensasi yang sama seperti waktu lidahnya membelai-belai belahan kemaluanku. Sadar atau tidak, pinggulkupun kemudian bergerak perlahan mengimbangi gerakan kemaluannya dan akhirnya aku kembali mengejang … seperti ada yang meledak di selangkanganku, rasa nikmat tadi kembali terulang.
Ku rengkuh tubuhnya sambil ku gigit bahunya dan tak lama kemudian Kak Danipun meregang. Dia kocok batang kemaluannya dan ….. kusaksikan ada cairan putih kental keluar dari lubang kencingnya, berjatuhan di perutku. Aku yang masih merasakan nikmat tidak bisa berbuat apa-apa ketika melihat tubuh Kak Dani meregang sambil mengocok batang kemaluannya dan kemudian menyemburlah cairan itu.
Setelah Kak Dani terbaring dengan nafas memburu, aku raba cairan itu … kental tapi tak sekental putih telur lalu kulihat batang kemaluannya mulai mengendur ketegangannya.
Kemudian, Kak Dani memelukku dan berkata “Makasih Er, maafkan Kakak mengotori tubuhmu”.
“Gak apa Kak …. Er senang melihat Kakak seperti tadi” jawabku sambil mengecup bibirnya.
Kami sempat istirahat sejenak lalu kemudian kami berdua ke kamar mandi membersihkan tubuh telanjang kami.
Malam itu, kami melakukan sekali lagi ( baru ku tahu bahwa itu namanya petting ) dan kali kedua kami lakukan itu, aku sudah tidak ragu dan takut lagi karena aku percaya bahwa Kak Dani memang sayang padaku




Agen Ibcbet Hokbet88.net

Agen Poker Terpercaya - Enaknya Kontol Mas Rio



Agen Poker Terpercaya - Aku nginep di tempat kost temanku Dina. Di kamarnya aku melihat ada benda bulat panjang di lemari Dina.
“apaan nich Din”, tanyaku sambil memegang-megang benda itu.
Bentuknya seperti kon tol, gak besar tapi panjang. Ada kabel yang menghubungkan ke satu alat.
“Itu dildo Nes”, jawab Dina.
“Buat apaan sih, kok bentuknya kaya kon tol”, tanyaku lagi, masih belum ngerti.
“Kamu kok norak banget sih, dildo aja gak tau. Dildo itu gunanya kalo kita lagi pengen dien tot dan gak punya musuh. Jadi maen lah kita pake alat itu”, Dina menerangkan sambil tersenyum.
“Dimasukkin ke memek”, tanyaku lagi.
“Terserah, ditempelin ke i til, dimasukkin suka-suka yang make. Kan alat yang diujung kabel itu bisa disetel supaya dildonya bergetar keras atau pelan, ada setelannya. Mo nyobain”, jawab Dina sambil tertawa.
Hp Dina berdering. Dina mengangkatnya dan terdengar sepertinya Dina janjian ketemu dengan seseorang. Selesai menerima telpon, Dina mengambil tasnya, memasukkan beberapa potong daleman ke tasnya.
“Nes, aku pergi dulu ya. Mau ketemu omku. Kamu tidur aja di kamarku. Kan mo nyobain dildo”, katanya sambil meninggalkan aku di kamarnya.
Ketika Dina keluar aku lupa mengunci pintu, sebenarnya aku kesal karena Dina yang ngajak aku nginep di kosnya, sekarang dia malah cek in sama om om.
Aku penasaran juga sama benda itu. Aku mo nyobain rasanya dildo itu kaya apa. Segera dildo kunyalakan getarannya. Aku duduk di ranjang dan mengangkangkan kakiku. Dildo kusentuhkan ke selangkanganku yang masih tertutup cd. Getrarannya menimbulkan sensasi hangat di memekku. Aku mulai merasa gerah, permainan dengan dildo kuteruskan. Seluruh daerah selangkangan kugesek dengan dildo yang bergetar. Terasa nikmat juga. Aku makin penasaran, cd kulepas. Aku berbaring diranjang, mengangkang. Dildo kuarahkan ke i tilku. Rasanya luar biasa, napsuku jadi timbul. Getaran dildo itu sangat menrangsang aku, tanpa terasa aku mulai mendesah.
Ketika ujung dildo kutusukkan ke memekku, aku jadi terlonjak. Dildo kukeluar masukkan ke memekku, sesekali kugesekkan ke i tilku. Napsuku makin berkobar, desahanku tanpa terasa makin keras. aku lupa sedang berada di tempat kos, desahanku bisa saja terdengar oleh orang yang lewat. apalagi kos Dina itu campur cowok dan cewek. Tapi aku gak perduli karena napsuku makin memuncak.
Aku melepas semua pakaianku. Dengan telanjang bulat aku ngangkang di ranjang sambil bermain dengan dildo. Kembali dildo kukocokkan ke dalam memekku dengan cepat. Ah uh ku makin sering terdengar. Aku meremes2 toketku sendiri.
Tiba-tiba pintu kamar Dina terbuka. Di pintu ada mas Rio, tetangga kamar Dina yang ganteng. Dina pernah mengenalkan aku dengan mas Rio, tapi karena jarang ketemu, kami tidak akrab.
“Lagi ngapain Nes, kok ah uh nya keras anget. Kok main ama gituan sih. Yang beneran ada kok”, katanya sambil mengunci pintu kamar.
Aku malu, melepaskan dildo, mengempitkan pahaku dan tanganku menutupi toketku. Dia duduk diranjang sambil mengelus pundakku,
“Nes, kamu napsuin banget ya. Toket kamu besar dan kenceng, pentil kamu besar dan jembut kamu lebat banget. Pasti napsu kamu besar ya Nes”. Aku terdiam.
“Maen sama aku yuk Nes, aku dah ngaceng liat kamu telanjang gini. Daripada maen sama dildo”, katanya lagi to the point.
Aku dupeluknya, daguku diangkatnya keatas dan bibirku langsung dicipoknya.
Dia sangat bernapsu mengulum bibirku. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku direngkuh dengan ketat ke dalam pelukannya. Tangannya mulai bergerilya me remas2 to ketku. Pentilku yang sudah mengeras dipelintir2 nya dari balik bra tipisku, Ini membuat rangsangan yang lebih hebat lagi buat aku. Aku menggeliat-geliat sambil mulutku terus menyambut permainan bibir dan lidahnya. Lidahnya menerobos mulutku dan bergulat dengan lidahku. Tangan kanannya mulai merayapi pahaku yang mulus. Semakin mendekati pangkal pahaku, aku membuka pahaku lebih lebar, biar tangannya lebih leluasa bergerak. Peralahan-lahan tangannya menyentuh gundukan memekku dan menggosok2 i tilku. Aku mengaduh tetapi segera dibungkam oleh permainan lidahnya. Badanku mulai menggeletar menahan nafsu yang semakin meningkat.
Tanganku merayap kearah selangkangannya dan kuremas perlahan, terasa kon tolnya sudah keras banget, besar dan panjang. aku segera membuka ritsluiting celananya. Wow, kepala kon tolnya nongol dari bagian atas cdnya. CDnya kuturunkan bersama celananya sampai kepahanya. Kugenggam kon tol yang besar dan panjang itu. Ukurannya ketika ngaceng mungkin sekitar 18 cm dengan diameter sekitar 5 cm.
“Mas, besar banget sih kon tolnya, dipakai in obat apa sih sampai besar begini”, kataku sambil mengocok lembut kon tolnya.
“Kamu sukakan sama kon tolku”, bukan menjawab dia malah balik bertanya.
“Suka banget mas, kalau sudah masuk semua pasti memek Ines sesak deh, apalagi kalau udah dienjot, gesekan kon tol mas ke memek Ines pasti terasa banget. Ines udah gak sabar nih mas, udah pengen ngerasain kon tol mas nggesek memek Ines”. jawabku penuh napsu.
Kocokanku itu membuat kon tolnya semakin nga ceng mengeras. Mas Rio mengerang-ngerang nikmat. Aku mulai menjilati dagu dan lehernya, terus turun ke menyentuh pentil nya. Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tanganku makin cepat mengocok kon tolnya yang semakin berdenyut-denyut ngaceng.
“Ayo Nes”, bisiknya,
“Kita tuntaskan permainan kita.” Aku direbahkan di tempat tidur, dia melepas semua yang menempel dibadannya.
Kemudian dia mundur dan memandangi tubuhku yang telentang bertelanjang bulat. Mas Rio memandangi rambutku yang kepirangan tergerai sampai kepundak, toketku yang padat dengan pentil yang sudah mengeras, perutku yang rata dengan lekukan pusernya, pahaku yang mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang bulat padat dan di sela paha itu terlihat gundukan hitam lebat jembutku.
“Ngapain mas hanya dilihatin saja,” protesku.
“Aku kagum akan keindahan tubuhmu”, jawabnya.
“Semuanya ini milik mas malam ini”, kataku sambil merentangkan tanganku.
ia mendekatiku dan duduk dipinggir tempat tidur. Aku dipeluknya dengan erat.
“Mas, Ines mau menjilati mas ya”, kataku.
Dia berbaring, kemudian mulutku mulai menjelajahi seluruh dada termasuk pentilnya dan perutnya, terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahanya. kon tolnya yang sudah tegang itu berdiri tegak. Dengan mulut kutangkap kepala kon tolnya itu. Lidahku dengan lincah memutar- mutar kon tolnya dalam mulutku. Dia mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi itu.
Puas mempermainkan kon tolnya aku merebahkan diri di sampingnya. Mas Rio mulai beraksi. Disergapnya toket kananku sembari tangan kanannya meremas-remas toket kiriku. Bibirnya mengulum pentil toketku yang mengeras itu. Puas toket kanan mulutnya beralih ke toket kiri. Lalu perlahan tetapi pasti dia turun ke perutku. Aku menggelinjang-linjang menahan napsuku yang semakin menggila. Dia menjilati perutku dan dijulurkannya lidahnya ke dalam pusarku.
“Auu..” aku mengerang,
“Oh..Oh.. Oh..” jeritku semakin keras.
Mulutnya semakin mendekati pangkal pahaku. Perlahan-lahan pahaku membuka dengan sendirinya, menampakkan memek ku yang telah merekah dan basah. Jembut yang hitam lebat melingkupi memek yang kemerah-merahan itu. Dia mendekatkan mulutnya ke memekku dan dengan perlahan lidahnya menyuruk ke dalam memekku yang telah basah membanjir itu. Aku menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalanya sehingga lidahnya lebih dalam terbenam. Tubuhku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatku menggeletar hebat sedang pahaku semakin lebar membuka.
“Aaa.. Auu..Ooo..”, jeritku keras.
Dia terus mempermainkan i tilku dengan lidahnya. Aku menghentakkan pantatku ke atas dan memegang kepalanya erat-erat. Aku melolong keras. Pada saat itu kurasakan banjir cairan memek ku. Aku sudah nyampe yang pertama. Mas Rio berhenti sejenak membiarkan aku menikmatinya. Sesudah itu mulailah dia menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhku. Kembali erangan suaraku terdengar tanda napsuku mulai menaik lagi. Tanganku menjulur mencari-cari batang kon tolnya yang telah ngaceng dengan kerasnya. Aku meremasnya. Dia menjerit kecil, karena nafsunya pun sudah diubun-ubun, aku didorongnya sehingga rebah ke kasur.
Perlahan-lahan dia naik ke atasku. Aku membuka pahaku lebar-lebar siap menerima masuknya kon tolnya. Kepalaku bergerak-gerak, mulutku terus menggumam. Mataku terpejam menunggu. Dia menurunkan pantatnya. kon tolnya berkilat-kilat dengan kepalanya yang memerah siap menjalankan tugasnya. Dia mengusap-usapkan kon tolnya di bibir memekku. Aku semakin menggelinjang.
“Cepat mas. Ines sudah nggak tahan!” jeritku.
Dia menurunkan pantatnya perlahan-lahan. Dan.. BLESS! kon tolnya menerobos memekku diiringi jeritanku. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengar jeritanku atau tidak. Dia berhenti sebentar membiarkan aku menikmatinya. Lalu ditekannya lagi dengan keras sehingga kon tolnya yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam memekku. Aku menghentak-hentakkan pantatku ke atas agar kon tolnya masuk lebih dalam lagi. Aku terdiam sejenak merasakan sensasi yang luar biasa ini.
Lalu perlahan-lahan dia mulai mengenjotkan kon tolnya. Pantatku kuputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. toketku tergoncang-goncang seirama dengan enjotannya di memek ku. Mataku terpejam dan bibirku terbuka, berdesis-desis menahan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan dan kemudian akhirnya menjadi jeritan. Dia membungkam jeritanku dengan mulutnya. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara kon tolnya terus mengenjot memekku.
“OH..”, erangku,
“Lebih keras mas, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!” Tanganku melingkar merangkulnya ketat.
Kuku-kukuku membenam di punggungnya. Pahaku semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir memekku seirama dengan enjotan kon tolnya.
“Aku mau ngecret, Nes”, bisiknya di sela-sela nafasku memburu.
“Ines juga mas”, sahutku,
“Di dalam aja mas ngecretnya.” Dia mempercepat enjotan kon tolnya.
Keringatnya mengalir dan menyatu dengan keringatku. Bibirnya ditekan ke bibirku. Kedua tangannya mencengkam kedua toketku. Diiringi geraman keras dia menghentakkan pantatnya dan kon tolnya terbenam sedalam-dalamnya. Pejunya memancar deras. Aku pun melolong panjang dan menghentakkan pantatku ke atas menerima kon tolnya sedalam-dalamnya. Kedua pahaku naik dan membelit pantatnya. Aku pun nyampe lagi. kon tolnya berdenyut-denyut memuntahkan pejunya ke dalam memekku.
Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan- lahan Dia mengangkat tubuhnya. Dia memandangi wajahku yang berbinar karena napsu yang telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.
“Mas hebat sekali”, kataku”.
“Kamu juga luar biasa Nes”, sahutnya,
“Aku sungguh puas karena kamu binal banget, itu yang membuat napsuku juga berkobar2. Kamu tidak menyesal kan yang ngen tot denganku?”
“Tidak”, kataku,
“Ines malah pengen dipuasin lagi.”
“Jangan kawatir, stok pejuku masih banyak” jawabnya.
Dia mencabut kon tolku dan rebah disampingku.
“Kamu udah pengalaman urusan ranjang ya Nes, gitu kok masih maen pake dildo”, katanya.
“Ines cuma penasaran aja mas, kaya apa sih rasanya dicolok pake dildo”, jawabku.
“lebih enak pake kon tol beneran kan”, katanya lagi.
“Iya lah Mas, apalagi kalo kon tolnya besar dan panjang kaya kon tol mas”, jawabku.
“memangnya kamu belum pernah ngerasain kon tol besar?” tanyanya.
“Yang besar sih sering, tapi yang sebesar kon tol mas baru sekarang ini”, jawabku sambil tersenyum.
“Mas pernah ngen totin Dina?” tanyaku.
“Sering juga, kalo Dina gak ada yang ngebook, pelampiasannya sama aku”, jawabnya.
“Kok masih pake dildo juga ya”, tanyaku lagi.
“sama seperti kamu, pengen ngerasain aja. Kamu juga kaya Dina ya Nes, sering maen sama om om”, jawabnya.
“Iya mas, nyari kenikmatan”, jawabku.
“kok gak sama yang pantaran?” tanyanya lagi.
“Gak tau lah mas, Ines lebih nikmat rasanya kalo dien tot sama om om”, jawabku.
“aku kan bukan om om”, protesnya.
“Tapi mas kan sudah bukan seumuran abg lagi”, jawabku.
Nyaman rasanya dalam keadaan yang hampir telanjang dipeluk olehnya. Aku menyandar di dadanya yang bidang.
“Mas, Ines bahagia sekali deh, mau rasanya Ines tiap malem dien tot sampai lemas”, sambil mengelus2 pentil nya.
Dia mengangkat daguku dan mencium bibirku dengan mesra sekali. Aku tidur dipelukannya. Tidak tahu berapa lama aku tertidur, tahu aku terbangun karena keningku diciumnya dengan lembut. “Kamu tidur pules sekali, gimana masih mau lagi tidak?” tanyanya sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk saja.
Mas Rio merangkul ku dan mencium bibirku. Tangannya mulai mengelus toketku, desah nafas nikmat ku terdengar lagi. Aku pun tidak tinggal diam, kugenggam kon tolnya yang sudah ngaceng dengan keras. memek ku mulai empot2an ngelihat kon tolnya. Dia makin getol meremas2 toket ku. Aku langsung menyergap kon tolnya yang sudah tegang itu langsung kuemut.
Cukup lama aku mengemut kon tolnya, sampai akhirnya dia sudah tidak dapat menahan napsunya lagi. Dia berbaring merapat ke aku. Kakinya diangkat dan digesek-gesekkan diatas paha ku, sementara tangannya kembali meremas toketku yang pentilnya sudah menonjol keras. Perlahan dia turun menciumi leherku dan memutar-mutarkan lidahnya di pentil ku, sementara tangannya menjelajah ke pangkal paha ku, menyibak jembutku. Dia mengusap bibir memek ku sehingga aku menggelinjang.
Aku memejamkan mata menikmati sentuhan dan rangsangannya sambil meremas2 perlahan kon tolnya. Dia memainkan ujung jarinya menyapu bibir memek ku yang sudah membasah. Pentilku terus dijilatinya bersamaan dengan menggosok perlahan perlahan i tilku dengan ujung jari telunjuknya. Aku menggoyangkan pantat dan pinggulku, menggeleparkan dan membuka lebar pahaku dan membusungkan dadaku, sementara tanganku menggenggam erat kon tolnya yang mengeras dan berdenyut-denyut.
“Uuff mas, Ines diapain sih,” aku mengerang menahan kenikmatan.
Tubuhku menggelinjang keras sekali, pahaku bergetar hebat dan kadang menjepit tangannya dengan erat saat jarinya masih menyentuh i tilku. kon tolnya terus kucengkeram dengan keras. Dia juga terus meremas perlahan toketku yang tambah mengeras dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya terjepit diantara kedua pahaku. Aku terus meremas kon tolnya, sambil memeluk dia erat sementara paha dan kakiku menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan tak karuan, aku kembali nyampe sebelum dien tot. Memang dia luar biasa kalau merangsang cewek. Tanpa berhenti i til ku terus dimainkan pelan.
Pentilku terlihat menonjol keras kecoklatan, aku sudah terangsang kembali. Paha kubuka lebar-lebar. memek ku basah, demikian pula jembut di seputarnya. Mas Rio segera menaiki aku, kon tolnya yang sudah menegang diarahkan ke memek ku. Ujung kon tolnya menguak perlahan-lahan bibir memek ku. Aku mendesah nikmat ketika dia perlahan-lahan menyuruk masuk. kon tol yang besar itu menerobos memek ku yang telah basah berlendir. Ketika separuh kon tolnya telah menerobos memek ku, dia berhenti sejenak dan membiarkan aku menikmatinya.
Aku menggelinjang kenikmatan. Tanganku meremas-remas kain seprei sambil mendesah-desah nikmat. Dia menyodokkan kon tolnya dengan keras ke arah ku. kon tolnya yang besar dan panjang itu langsung menerobos memek ku sehingga tertanam sepenuhnya. Aku tersentak dan membelalakkan mata sambil mengerang hebat,
“Aaoohh mas”. Aku menhentak2kan pantatku ke atas untuk menerima kon tolnya sepenuhnya.
Pahaku yang membelit pinggangnya. Dia mulai bergerak. kon tolnya dienjotkan maju mundur. Mula-mula perlahan-lahan, lalu bergerak makin cepat.
Tubuhku bergetar-getar seirama dengan enjotan kon tolnya. Mulutku terbuka dan mendesis-desis. Dia segera melumat bibirku dan aku membalasnya. Tubuhnya mulai berkeringat, menetes dan menyatu dengan keringat ku. Aku membuka pahaku lebar-lebar sehingga dia dapat leluasa menggenjot memek ku. Terdengar kecipak bunyi cairan memek ku karena sodokan kon tolnya.
“Ines mau nyampe lagi mas” erangku.
“Ayo, mas.. Lebih keras! Auu!!” Dia mempercepat gerakannya dan dalam hitungan dua menit, aku menjerit sekeras-kerasnya sambil menghentak-hentakkan pantatku ke atas.
Tubuhku menggeletar karena rasa nikmat yang luar biasa. Pahaku ketat membelit pinggangnya dan aku memeluknya dengan erat sambil mendesah kepuasan.
Mas Rio menyuruh aku menungging, dia ingin melakukan doggie style. Langsung diarahkannya kon tolnya ke arah memek ku. Jembutku disibaknya tampaklah bibir memekku yang berwarna merah muda dan basah berlendir. Aku menurunkan kepalaku hingga bertumpu ke bantal. Pantat kuiangkat. Aku meremas ujung-ujung bantal dengan nafasnya berdesah tak teratur. Bulu-bulu halus tubuhku meremang, menantikan saat-saat sensasional ketika kon tolnya akan menerobos memekku. Dia makin merapat. Dia mengelus-elus kedua belahan pantatku. Perlahan-lahan dia mempermainkan jembut lebat disekitar memekku yang sudah basah itu dan kemudian menggesek i tilku. Aku mengerang-erang menahan napsuku yang semakin menggila. Pantatku bergetar menahan rangsangan tangannya.
“Ayo, mas”, erang ku.
“Udah nggak tahan nih!” Dia mengarahkan kon tolnya yang masih sangat keras itu ke arah memekku.
Diselipkannya kepala kon tolnya di antara bibir memekku.
Aku mendesah. Kemudian perlahan tapi pasti dia mendorong kon tolnya ke depan. kon tolnya menerobos memek ku. Aku menjerit kecil sambil mendongakkan kepalaku ke atas. Sejenak dia berhenti dan membiarkan aku menikmatinya. Ketika aku tengah mengerang-erang dan menggelinjang-gelinjang, mendadak dia menyodokkan kon tolnya ke depan dengan cepat dan keras sehingga kon tolnya meluncur ke dalam memekku. Aku tersentak dan menjerit keras. “Aduh mas, enak!” jerit ku. dia mempercepat enjotan kon tolnya di memekku. Semakin keras dan cepat enjotannya, semakin keras erangan dan jeritanku. “Aa..h.!” jerit ku kembali nyampe.
Aku terkapar di tempat tidur telungkup, sementara dia belum juga ngecret. Kemudian aku ditelentangkan dan dia menaiki tubuhku, pahanya menempel erat dipahaku yang mengangkang. Kepala kon tolnya ditempelkan ke i tilku. Sambil menciumi leher, pundak dan belakang telingaku, kepala kon tolnya bergerak- gerak mengelilingi bibir memekku yang sudah basah. Aku merem melek menikmati kon tolnya di bibir memekku, akhirnya diselipkannya kon tolnya.
“Aah”‘ jeritku keenakan.
Aku merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit dimasukkannya kon tolnya. Aku menggoyangkan pantatku sehingga kon tolnya hampir seluruhnya masuk.
“Mas enjot dong kon tolnya, rasanya nikmat sekali”. Perlahan dia mulai mengenjot kon tolnya keluar masuk memekku.
Aku menarik2 sprei tempat tidur saking enaknya, sementara paha ku kangkangin lebar-lebar, hingga akhirnya kakiku melingkar di pantatnya supaya kon tolnya masuk sedalam-dalam ke memekku. Aku berteriak-teriak dan merapatkan jepitan kakiku di pantatnya, sambil menarik kuat-kuat sprei tempat tidur. Dia membenamkan kon tolnya seluruhnya di dalam memekku.
“Mas, Ines nyampe lagi.. Ahh.. Ahh.. Ahh,” jeritku.
Beberapa saat kemudian, dia membuka sedikit jepitan kaki ku dipantatnya, paha ku dibukanya lebar2 dan akhirnya dengan cepat dienjotnya kon tolnya keluar masuk memekku. Nikmat sekali rasanya. setelah delapan sampai sembilan enjotan kon tolnya di memekku dan akhirnya kurasakan ada sesuatu yang meledak dari dalam kon tolnya. Croot.. Croot..Croot..Croot..
“Nes, Aku keluar”, erangnya.
Pejunya muncrat banyak sekali memenuhi memekku. Tanganku mencekal pahanya dan menarik erat-erat ke arahku, sehingga kon tolnya terbenam makin dalamnya di memek ku. Aku bersimbah keringat, keringatnya yang bercampur dengan keringatku sendiri. Aku mencengkam seprei kuat-kuat, menahan rasa nikmat yang melanda sekujur tubuhnya. Dia membiarkan kon tolnya tetap menancap di memekku dan mendaratkan bibirnya di bibirku. Kami berpagutan erat.
“Oh! nikmatnya!” kataku.
“Mas luar biasa ya, kuat banget ngen totnya, bisa bikin Ines 2 kali nyampe, dan ngecretnya tetap banyak”. Dia mencabut kon tolnya dari memek ku.
Pejunya bercampur cairan memek ku, menetes membasahi pahaku. Kami rebah di tempat tidur. Aku mencium pipinya, kami hanya berbaring diam merasakan kenikmatan yang masih membekas. Akhirnya aku kembali terlelap karena kelelahan.
Pagi harinya aku terbangun, mas Rio sedang mengelus2 badanku. Hebatnya kulihat kon tol besarnya sudah ngaceng lagi. Ketika aku terbangung, tubuhku diraihnya dan toketku menjadi sasaran remasannya. Tangan satunya merambah jembutku yang lebat.
“Aah mas”, erangku.
“Mas kuat sekali ya”. dia tidak menjawab, hanya terus saja meremas2 toketku.
Aku bangun dan segera mengemut kon tolnya. Aku mengangguk2kan kepalaku sehingga kon tol besar itu keluar masuk di mulutku. Dia mengerang keenakan. Jari2nya terbenam di dalam memekku yang sudah basah, napsuku kembali berkobar2. Aku melepaskan kon tolnya dan telentang dengan mata tertutup, pahaku sudah mengangkang lebar siap untuk dien tot. dia menaiki aku dan mengarahkan kon tolnya yang keras ke memekku. kon tolnya diusap-usap di bibir memek ku. Aku mendesis dan mulai menggelinjang. Kepala kon tolnya perlahan-lahan mulai menguak bibir memekku yang telah basah. Dia menekan kon tolnya sedikit demi sedikit dan kurasakan kon tolnya mulai memasuki memekku.
Aku mulai mendesah-desah. Tiba2 dia menyurukkan kon tolnya ke dalam memekku.
“Aaa..” jeritku keras. Mataku membelalak.
kon tolnya menancap dalam sekali di memekku. Kemudian dia mulai menggerak-gerakkan kon tolnya keluar masuk. Tangannya menyusup ke punggungku dan memelukku erat. Mulutnya terbenam di leherku.
“Lebih keras lagi mas”, erang ku.
Dia memompa kon tolnya keluar masuk semakin bersemangat. Keringat mengucur dari seluruh tubuhku, bercampur dengan keringatnya. Dia mengangkat sedikit dadanya. Mulutnya segera menerkam toket kiriku yang berguncang-guncang itu. Dari toket kiri dia beralih ke kanan.
” Mas, Ines mau nyampe lagi”, kataku terputus-putus.
“Aku juga”, sahutnya. Dia meningkatkan kecepatan genjotan kon tolnya .
Aku menjerit-jerit semakin keras, dan merangkulnya erat-erat. Aku sudah nyampe. Akhirnya dengan satu hentakan keras dia membenamkan kon tolnya dalam-dalam. Aku menjerit keras. Pantat kuhentak-hentakkan ke atas. Paha kurangkat membelit pinggangnya mengiringi muncratnya peju dia ke dalam memekku. Sungguh pagi yang meletihkan tapi sangat nikmat. Sekitar sepuluh menit aku diam membiarkan kenikmatan itu mengendur perlahan-lahan. Dia melepaskan kon tolnya dan terhempas ke atas kasur. Nikmat sekali malem ini. Gara2 nyobain dildonya Dina, jadi berkepanjangan ngerasain
“dildo” beneran sampe pagi. Mas Rio keluar kamar setelah menciumku lamaaa sekali. Aku masih terkapar di ranjang ketika Dina masuk kekamar. Dia heran melihat tempat tidurnya berantakan dan aku bertelanjang bulat.
“Kamu ngen tot ya Nes”, katanya. Aku menceritakan apa adanya.
“Wah asik dong dien tot mas Rio. Aku juga sampe lemes kalo ngeladenin napsunya mas Rio, tapi nikmat kan”, katanya. “Nikmat banget Din”, jawabku.




Agen Poker Terpercaya Pokercino.com

Judi Poker Terbaik - Bercinta Dengan Yuli Yang Baru Kukenal



Judi Poker Terbaik - Aku mempunyai kenalan bernama Yuli dia cantik dengan body langsingnya dan buah dadanya yang agak lebih dari kepalan tanganku , Yuli memang tidak memiliki postur tubuh seindah Cindy Crawford, tetapi pinggangnya yang kecil selalu menemani pinggul indah bak apel dan hmmm.. pantatnya yang ranum selalu terbayang!
Tak ketinggalan kaki kecilnya yang panjang bak peragawati menopang pahanya yang putih bersih ditutupi rok mininya yang sexy! Takkan habis hasratku menginginkan dirinya! Terbayang selalu diriku di atas tubuhnya yang ramping putih meremas buah dadanya! Menarik turun rok mininya! Dan memasukan alat kejantananku kedalam kemaluannya! Memompanya dengan cepat! Dan lebih cepat! Dan… “Dimas?”
“Oh.. Hi! Yul..” dengan gelagapan aku menjawab sapaan Yuli yang entah telah berapa lama berada di hadapanku yang sedang melamun sambil minum sendirian di Hard Rock Cafe ini. He he, malunya aku!
“Dimas, kamu lagi ngapain di sini?” Sekali lagi dia menyapaku.
“Yul! Ngga sangka ketemu kamu di sini”, jawabku cepat menutupi kagetku.
Yuli menjawab dengan senyuman sambil berkata: “Aku sih emang sering ke sini! Seneng deh bisa ketemu kamu, hihi.. kamu sendirian kan? Aku join kamu yah? yah?”
Sebelum sempat aku menjawab, Yuli telah menarik bangku dan duduk di sampingku, dan kuberpikir “Ya Tuhan betapa anehnya ini…”
Lalu selanjutnya kita berdua telah asyik berbicara ngalor-ngidul. Tak kusangka Yuli ternyata kuat minum. Pembicaraan kami diwarnai oleh pesanan baru yang selalu datang mengganti gelas cocktailnya yang mulai kosong.
Sementara konsentrasiku untuk minum telah luluh-lantak dihancurkan sepasang bahu indah ditemani leher panjang di atas belahan dada putih milik Yuli, sang fantasi seksualku yang tiba-tiba datang menghampiri! Yuli malam ini memang lebih sexy dari biasanya ditutupi gaun sackdressnya yang berwarna merah menyala.
Dan kuberpikir lagi, “Oh Tuhan mimpi apa aku semalam?”
Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 3 pagi. Dari cara Yuli berbicara dan raut mukanya, kutahu bergelas-gelas cocktail yang Dia minum telah memberikan hasil sesuai yang diinginkannya. Yuli mabok.
Tidak ada hal lain yang dapat kulakukan selain meminta kunci mobilnya dan memaksa untuk mengantarnya sampai di rumah. Yuli tidak melawan dan dengan pasrah masuk ke dalam mobil di kursi penumpang depan.
Kumulai menyupirkan mobilnya sampai tiba-tiba Yuli berkata, “Drew! Aku nggak bisa pulang lagi mabok kaya beginih.
Ke rumah kamu aja yahhh… aku tidur rumah kamu dulu boleh kan Drew?”
Aku berpikir “Terima kasih Tuhanku!”
Setibanya di apartemenku, kubimbing dia ke kamar tidurku, Yuli langsung duduk di tempat tidur.
Tersenyum aku sambil mencopot sepatunya, kuberpikir “Ya Tuhan betapa indah dan sexynya sepasang kaki putih laksana kapas ini.. dan hmmmh…”
Tiba-tiba terdengar bisikan yang berkata, “Jangan Dimas! Dia mabok! Kamu nggak boleh mempergunakan kesempatan! Itu tidak gentleman!”
Lalu, “Man! lihat betapa sexynya pundak si Yuli, lehernya.. pahanya… Ohhhh”
Dan, “Dimas! Kamu bukan orang seperti itu!”
Lalu, “Ingat Dimas! Kapan lagi kamu punya kesempatan seperti ini, jangan bodoh!”
“Sial!!” dalam hatiku.
Ada seorang wanita cantik dan sexy, idamanku, fantasy seksualku, duduk di tempat tidurku dan aku malah bingung harus gimana.
“Sial! Sial! Sial!”
Ketika aku sedang sibuk sendiri dengan pikiranku, tiba-tiba, “Dimashhh… sini Dimas.. Hhhh” rintih Yuli.
Tanpa berpikir dua kali aku mendekat seperti anak buah dipanggil majikan dan berkata, “I.. Iya Yul.. Ada yang kamu mau? Air putih mungkin?”
“Aku mau kamuhh, Dimas sayanghh..” Yuli menjawab.
“Deg!” tak kuasa kutahan degup jantungku yang semakin menderu-deru.
Belum sempat kuberpikir lebih lanjut, kulihat jari-jari mungil Yuli telah berada di ikat pinggangku bersamaan dengan tangan putih berbulu halusnya.
“Aku ingin kamu Dimas.. “
Sekali lagi Yuli membuka bibirnya yang basah dan ranum memerah, “Iya Dimashh.. malam ini!” Yuli meneruskan desahannya.
“Tapi.. Yul..” belum sempat kuhabis berucap, tiba-tiba jari-jari mungil tadi dengan perlahan membuka ikat pinggangku dan dengan bantuan lengan yang indah berbulu halus tadi menarik turun celana blue jeansku dengan mudah tanpa perlawanan dariku.
“Ohhh Yuli… Aku tak tahu ini benar dilakukan atau…” jawabku.
“Ssst.. Aku selalu ingin tahu bagaimana rasanya dengan orang putih sepertimu Dimas.. ” Yuli memotong, dan mulai menarik turun celana dalamku.
“Hmmmh, memang Punyanya bule sepertimu lebih besar dari pada orang kita.”
Yuli dengan genit memandangi alat kemaluanku yang memang sudah mulai mengeras. “Yul..” Aku yang merasa harus mengatakan sesuatu.
Kembali dipotong olehnya sambil berkata, “Kamu harus tau kehebatan cewek Indonesia Drewhh.. mmmhhh,” sambil berkata demikian Yuli mendekatkan wajah cantiknya ke jantananku dan sambil mengedip-ngedipkan bulu matanya yang panjang dan lentik .
Yuli mulai mengecupnya, “Mmmuuah.. cup.. cup..” Bibirnya yang merah ranum mulai menjelajahi kepala kejantananku yang mulai mengeras dan terus mengeras.
“Aku belum pernah dengan barang segede gini.. hihi,” godanya genit dan kali ini menjulurkan lidahnya ke batang kemaluanku dari bawah kembali ke atas menyentuh kepala kejantananku lagi.
“Mmmmhhh,” godanya lagi.
“Shhh.. hhhh,” aku cuma bisa mendesis, tak terbayang betapa terangsangnya aku oleh kejadian ini!
Dan, “Emmmhh,” Yuli memasukkan setengah alat kejantananku kedalam mulutnya yang mungil, dan kepalanya mulai bergerak naik turun secara perlahan.
“Ughhooooghhh.. Yuli! yeah!” Aku merintih menahan rasa nikmat dari mulut Yuli yang basah dan hangat.
Yuli sejenak menarik keluar kejantananku dari mulutnya dan berkata, “Emmm.. Enak nggak sayang?”
Lalu kembali melumat dan menghisap kejantananku kali ini dengan ritme yang lebih cepat, “Mmm.. mmm..mmm..”
“Arrrggghh!! Yuli! Oh Yuli…” Aku mulai mengerang agak keras karena merasakan lidah halus Yuli bergerak-gerak di dalam mulutnya yang hangat sementara kepala Yuli terus bergerak naik turun bertambah cepat.
“Ouugggghh!!!” Kali ini aku tidak dapat menahan hasrat yang meluap-luap di dalam diriku.
Kutarik turun gaun sackdress yang dipakainya sehingga terlihat punggung putih mulus berbulu halus sedikit tertutup oleh rambutnya yang panjang dan hitam lebat.
Yuli tidak memakai bra. Kemudian kuteruskan lagi menarik turun sampai terlihat celana dalam putih tipis berenda yang membalut pantat putih kemerah-merahan yang ranum.
Lalu kujulurkan tanganku yang panjang mencoba meraih liang kewanitaan yang tersembunyi di bawah pantat ranum putih miliknya. Dan tersentuh olehku daging halus sedikit berbulu yang telah basah oleh cairan lubrikasi tanda siap untuk bercinta!
“Ohhhh Yuli.. hhh kamu sudah basah,” ku bertutur terbata-bata.
“Hmmm… hmmm…” Kata-kataku dijawab Yuli dengan hisapan yang lebih cepat dan liar terasa cepat melumat seluruh batang kejantananku.
“Ghhhhaahh.. Yuli!!!” Aku kembali mengerang dan mulai menggerak-gerakkan jari-jariku di bagian apa saja dari liang kemaluannya yang dapat kuraih! Trus dan trus kujulurkan jariku sampai menyentuh klitorisnya.
“Mmmhhh!” Kali ini terasa reaksi dari Yuli karena Ia mengerang keras sambil membalas dengan mempercepat hisapan dan lumatannya ke batang kejantananku.
“Urrrghhh!! hmmm,” aku tidak mau kalah dan kembali membalas dengan menggetarkan secara cepat sekali jariku di atas klitorisnya!
“Uooohhhh… ohhhh,” tak tahan Yuli mengeluarkan kejantananku dari dalam mulutnya, merintih dan mulai menggenggam batang kejantananku dan mengocok cepat naik turun.
“Uhh.. mmmhh.. ohh.. yeahhhh!!” Berdua kami mengerang, merintih, menikmati sentuhan masing-masing sampai akhirnya Yuli tiba-tiba mendekatkan mukanya kepadaku. Yuli mulai menciumi dan melumat bibirku dengan bibirnya yang merah basah.
Kubalas ciumannya sambil kupeluk dan kuelus punggung mulus dan rambutnya yang tergerai di belakang.
“Hmmmhh..” Sambil berciuman, Yuli merentangkan kedua kaki mulus jenjangnya dan naik keatas ku.
“Sekarang Dimaswhh.. hhh.. hh.. ambillah aku sekaranghhh…” Yuli berkata dengan nafas memburu sambil menatap lekat wajahku dengan paras cantiknya.
Dengan penuh nafsu kutarik turun celana dalamnya dan kupegang batang kejantananku dengan tangan kanan, juga selangkangan Yuli dengan tangan kiri.
Lalu mulai memasukkan dengan perlahan kepala kejantananku kedalam liang kemaluannya yang merah menyala basah ditumbuhi rambut-rambut hitam halus indah di atasnya.
“Hoohhh… ssshhh,” Yuli mendongak ke atas sambil memejamkan matanya dan mendesis merasakan kenikmatan penetrasi kepala kejantananku di lubang kemaluannya yang lalu kusambut dengan memasukkan batang kejantananku lebih dalam lagi. “Bles!”
“Uhhhhh.. yeah!! Dimashhh!”
“Ohhh Yulihhh…” sambil kuangkat badan Yuli sedikit dan kulepas lagi sehingga naik turun di atas badanku.
“Ouurgghh.. ahhhhhh…”
Kali ini Yuli mengerang semakin keras dengan raut wajah sedikit meringis sambil berkata lagi, “Terus Dimashhh.. gerakin lagi lebih cepat shhhh… mmmhhh… yeahh..”
Terus terang tidak mudah bagiku untuk bergerak cepat memompa Yuli naik turun di dalam jepitan kewanitaannya yang sempit dan hangat seolah ingin menyedot seluruh kejantananku masuk ke dalam.
“Ohh.. mmmm… mmmhhh.. shhh.. yeahh..” Yuli tanpa henti-hentinya merintih, mengerang dan menggeram mesra seiring kunaikkannya kecepatan tubuhnya yang mulai basah berkeringat naik turun di atasku sambil kubenamkan terus lebih dalam kejantananku ke dalam liang kemaluannya yang semakin hangat terasa meremas-remas dan memijat-mijat kejantananku.
“Ohh Yuli .. ohhh kamu suka sayanghh?” Aku bertanya di sela-sela rintihan, buruan nafas dan erangan kita berdua.
“Hhhhh.. Cepat lagi sayanghh… mmmhhh. cepat lagihh!” Rintih Yuli semakin bersemangat dan mulai menggerak-gerakan pinggul mulus sexynya dengan gerakan erotis kekiri dan kekanan yang membuat liang kemaluannya semakin sempit hangat membara, menyedot dan memuntahkan kuat kejantananku keluar masuk semakin cepat dan keras.
“Arrrgghhh!! Yeahhh!” Geramku sambil membalas dengan menggenjotkan pantatku ke atas untuk membantu kejantananku menghunjam dan menusuk lebih dalam lagi.
“Uhh.. ahhh. ahh.. ahh.. ohhh… uuhhh.. uhh.. uhh..urrgghhhaaa!” Jerit Yuli menyambut genjotan hebat yang kuberikan kepadanya tanpa henti sehingga terlihat wajah cantik Yuli memejamkan kedua matanya lalu meringis hebat sambil menggigit bibir bawah yang merah basah.
“Mmmhhh!!” dan membuka mulutnya lagi “Uuuhhh!!” Terasa seluruh tubuhnya menggelinjang, bergetar hebat menuju puncak kenikmatan dan orgasme berulangkali yang kuberikan kepadanya tanpa ampun.
Terasa sakit genggaman jari-jemarinya yang mungil sedikit mencakar dan menggengam keras di kedua pundakku diikuti dengan seluruh tubuhnya menegang dengan seketika.
Akhirnya, “Serr!” Terasa cairan hangat mengguyur batang kejantananku yang sedang memompa keras di dalam liang kemaluannya. Yah! Puncak orgasme. Yuli telah mencapainya.
“Uuuooohhh.. hoh.. hhh.. hhh.. hoh… hohh.. hhh,” terengah-engah nafas Yuli memburu.
Seluruh tubuhnya yang putih indah telah habis basah kuyup oleh keringatnya, tidak ketinggalan rambutnya yang juga tidak kalah basah.
Terasa tegang tubuhnya berkurang. Genggamannya melemas, dan tubuhnya jatuh lemah lunglai di atas tubuhku yang juga telah basah kuyup diguyur keringat.
“Hhh..hhh..hh.. mmmhhh kamu emang hebat Dimas.. aku belum pernah merasa sepuas ini oleh lelaki sebelumnya…” Tutur Yuli dengan pacar saya.




Judi Poker Terbaik Pokerbatman.com

Senin, 23 November 2015

Taruhan Poker Online - Bercinta Dengan Kakak Kandungku





Taruhan Poker Online - Cerita ini benar apa adanya, ini pertama kali saya mencoba untuk memberitahukan hal yang saya alami beberapa tahun yang lalu. Nama saya Charles, umur 28 Tahun. Saya sekarang ini masih single alias bujangan dan masih tinggal bersama orang tua. Saya mempunyai seorang kakak, namanya Jovita.

Umur kakak saya sekarang ini 35 Tahun dan telah bersuami namun belum memiliki anak. Hal yang saya alami ini terjadi sekitar 8 tahun lalu. Pada saat itu saya masih berumur 20 tahun dan kakak saya berumur 27 tahun. Sejujurnya nafsu sex saya sangat besar, dan juga berkeinginan untuk ML. Namun hal itu tidak berani saya lakukan karena rasa takut akan akibat yang nantinya terjadi. Oleh karena itu, saya sering melampiaskannya dengan onani sambil menonton film porno di kamar.

Kakak pada saat itu masih berpacaran, tubuhnya lumayan lah. Kulitnya putih, badannya tidak terlalu tinggi, mata besar serta buah dadanya yang berukuran sedang. Sebesar telapak tanganku, kira-kira ukurannya 34 B. Pagi itu papa dan mama membicarakan masalah liburan keluarga bersama kami. Rencananya mereka ingin pergi berlibur ke Malaysia.

Saya dan kakak senang akhirnya kami sekeluarga bisa pergi berlibur bersama-sama karena selama ini kami tidak pernah ke Malaysia bersama. Seminggu kemudian kami pun berangkat ke Malaysia menggunakan Air asia. Perjalanannya menghabiskan waktu 3 jam. Setibanya kami di Malaysia, kami langsung menuju ke hotel untuk beristirahat.

Papa dan mama sekamar, sedangkan saya dan kakak juga sekamar. Pada malam harinya, kulihat kakak sudah tertidur pulas. Mungkin karena kecapean dan aku pun sedang mempersiapkan diri untuk beristirahat. Pada waktu hendak menuju tempat tidur, handphone kakak bergetar, kulihat ada SMS yang masuk.

Karena rasa ingin tahu, saya membuka isi SMS itu yang ternyata dari pacar kakak. Kubaca SMS yang dikirim dari pacar kakak isinya hanya ucapan selamat malam dan mimpi indah. Namun di bagian bawah SMS itu terdapat kata yang membuatku kaget. Di bagian akhir SMS itu tertulis “ Sayang nanti kalau kamu pulang, bantu ngemut burung ku yach ? Nanti aku juga akan membantu untuk membuatmu orgasme..hehehe….Enak rasanya..” Setelah kubaca isi SMS itu aku kaget bukan main.

Tak kuduga kakak sudah pernah ML bersama pacarnya. Aku simpan kembali handphonenya. Aku akan menanyakannya besok pagi pikirku dalam hati. Keesokan harinya, waktu aku bangun kakak baru keluar dari kamar mandi. Kakak baru bangun yah ? kataku. Ia habis pipis nih, katanya.

Sewaktu ia naik ke tempat tidurnya, aku pun memberanikan diri untuk menanyakan hal semalam yang kubaca dari handphonenya. Kak, ada yang ingin Charles tanyain. Ada apa ? jawabnya. Apa kakak sudah pernah ML sama pacar kakak ? Mendengar pertanyaanku, muka kakak tiba-tiba pucat. Ia terdiam sejenak, lalu ia kerkata dengan perlahan ia Charles kakak sudah pernah ML dengan pacar kakak. Koq kamu tahu ? tanyanya, ia kak tadi malam handphone kakak bergetar dan tidak sengaja aku baca isi SMS dari pacar kakak. Charles minta maaf yah. Iya-iya ngak apa koq. Lalu aku melanjutkan bertanya Kak enak yah ML ? dia menjawab pertama kali sih sakit dan perih karena kakak masih perawan, tapi setelah itu rasanya enak banget. Kamu jangan ngomong ke papa sama mama yah. Iya jawabku sambil memperhatikan kakak berbicara.

Kak bisa jelaskan ke aku gimana cara ML itu ? tanyaku, Susah untuk di jelaskan nih. Emang kamu belum pernah coba yah ? tanyanya. Belum pernah kak, jawabku. Kamu mau kakak ajarin ? jawabnya. Mendengar kakak berbicara itu aku kaget. Loh kak mana bisa kita gituan ? Jawabku. Emang sih sebenarnya ga bisa, itu kan sama aja hubungan terlarang, bisa-bisa dosa. Tapi kalau kamu mau tahu rasanya gimana yah harus coba prakteknya. Gimana ? tanyanya. Tapi kalau kakak nanti hamil gimana donk ? tanyaku. Kan bisa pakai kondom ? jadi ga bakal hamil deh. Kamu nanti pergi beli kondomnya di mini market yang ada di luar hotel yah. Ntar malam kakak ajarin. Jawabnya. Iya kak nanti aku beli. Jawabku.

Kami pun segera bersiap untuk pergi bersama papa dan mama untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Malaysia. Setelah makan malam di luar hotel papa, mama dan kakak sudah kembali ke kamar, tapi aku menyempatkan diri pergi ke mini market untuk membeli kondom dulu baru balik ke kamar.

Sesampainya di kamar, kulihat kakak baru selesai mandi dan masih mengenakan handuk untuk menutupi bagian tubuhnya. Kamu dari mana ? tanyanya. Dari mini market kak, kan tadi pagi di suruh beli kondom, jawabku. Oh iya kakak sampai lupa. Papa dan mama sudah tidur ? tanyanya. Rasanya sudah kak, soalnya tadi sewaktu aku ketuk pintu kamarnya ga ada yang bukain. Kamu pergi mandi sana, perintahnya. Iya kak, jawabku.

Sehabis mandi, aku juga mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhku. Sewaktu keluar dari kamar mandi, kulihat kakak sudah berada di atas tempat tidurnya sambil membuka bungkus kondom yang baru kubeli tadi. Kemari naik ke tempat tidur kakak, perintahnya. Iya kak, jawabku. Sekarang kamu lihat yah baik-baik tubuh kakak. Belum sempat aku menjawab, kakak sudah membuka handuk yang tadi ia pakai untuk menutupi tubuhnya.

Sentak aku kaget dan terdiam melihat tubuh kakakku yang begitu mulus serta buah dadanya yang menggantung dan kulihat vaginanya yang tidak di tumbuhi oleh bulu. Mungkin kakak juga memotong bulu nya, pikirku dalam hati karena aku juga memotong bulu yang berada di sekitar burungku. Masih asyik melihat tubuh kakak, tiba-tiba kakak berkata “ sini kamu remas atau apakan buah dada kakak terserah kamu deh. Dengan hati-hati aku memegang buah dada yang berukuran 34 B itu.

Begitu aku memegang buah dada nya, Nampak wajah kakak yang sedang menikmati sentuhanku. Kesempatanku untuk mempraktekkan aksi pemain video porno yang aku sering nonton di kamar. Pikirku dalam hati. Sambil memegang, aku sedikit meremas dan memutar-mutar puting susunya. Oh…umm…suara yang keluar dari mulut kakak. Semakin bersemangat aku beraksi mendengar suara kakak yang terangsang. Aku langsung mencium dan mengisap puting susu nya.

Sesekali aku gigit kecil putingnya. Sungguh nikmat rasanya. Rupanya ini rasanya mengulum buah dada, pikirku dalam hati. Namun aku tak mau pikirkan itu, aku lanjutkan aksiku dengan meremas buah dada sebelahnya..tiba-tiba ia menarik kepalaku. Kakak sudah basah, sini buka handuk kamu. Aku pun membuka handuk yang menutupi sebagian tubuhku. Melihat burungku yang sudah berdiri tegang, kakak tersenyum dan langsung menarik tubuhku sampai aku tertidur di ranjang.

Tiba-tiba dia sudah berada di dekat selangkanganku dan sudah memegang burungku . aku merasa sensasi yang belum pernah kurasakan. Sambil memegang kakak berkata sekarang kamu rasakan gimana enaknya di emmut.. Tangannya langsung mengocok burungku sambil sesekali lidahnya ia permainkan di sekitar kepala burungku..oh…enak sekali kak…jangan berhenti…kataku.. Semakin bersemangat ia beraksi setelah mendengar eranganku, tiba-tiba burungku ia masukkan ke dalam mulutnya sambil mengisap dan mengocoknya.

Muka ku merasa panas. Setelah kakak puas memainkan burungku, kakak menyuruhku untuk membelai vaginanya. Aku patuh dengan perintahnya. Begitu ku belai, ia tersentak dan memegang dadanya sendiri. Ku coba menggerakkan tanganku di daerah klitorisnya. Ia pun seperti keenakan dengan tindakanku. Semakin bersemangat aku bermain di sekitar klitoris kakak.

Kucoba mainkan dengan lidahku sambil sesekali aku gigit klitorisnya dan menghisapnya..sensasi ini sungguh luar biasa…jantungku berdetak kencang… Ohh..enak sekali…kamu buat kakak basah sekali Charles. Sering nonton bokep yah ? tanyanya. Ia kak..jawabku sambil tersenyum. Pantess…jawabnya. Sini burungmu, kakak pakaikan kondom. Kakak sudah ga tahan. S

elesai memakaikan kondom, kakak menyuruhku berbaring. Ternyata dia suka dengan posisi Women on Top. Begitu aku berbaring, ia memegang burungku dan berusaha untuk memasukkannya ke dalam vaginanya yang sudah basah karena aksiku tadi. Begitu burungku menyentuh bibir vaginanya, ia mendesah. Akhh….ahhkk… dan masuklah burungku ke dalam vaginanya.

Dia pun menggerakkan badnnya dengan lincah sambil sesekali memutarkan pinggulnya. Sungguh nikmat rasanya.. kak enak banget kak.. rasanya seperti di jepit-jepit kak..enakk ouhhh…ohh….mendengar suaraku kakak semakin memompa tubuhnya yang sedang berada di atasku..akh…akkh…enakk…oh…. Aku sudah mau orgasme Charles..akh…semakin ia percepat gerakannya…2menit kemudian kakak pun orgasme. Ackhhh…akuu…datang…ahhh…kurasa cairan panas yang mengalir turun di sekitar burungku.

Kupikir itu adalah cairan milik kakak karena orgasme tadi..ia pun tersenyum melihatku. Lalu aku dengan berani meminta kakakku untuk mengganti posisi. Sekarang aku mau ia nungging alias Doggy Style. Ia pun tersenyum dan menuruti kata-kataku. Begitu ia sudah nungging kulihat vaginanya dari belakang, sungguh nikmat melihat vaginanya karena daging di sekitar bibir nya begitu tebal. Perlahan ku masukkan burungku ke dalam vaginanya, oh…hangat sekali..yang ini lebih enak di bandingkan waktu kakak mengemut burungku..dengan kaku ku gerakkan maju mundur pantatku..dia pun mencoba menuntunku dengan menggerakkan pantatnya maju mundur..

Lama kelamaan gerakanku mulai stabil dan tidak kaku lagi.. sesekali aku meremas buah dada kakak yang Nampak menggantung dari belakang sambil kucium pundak dan lehernya..ia pun mengerang dengan hebat serta semakin liar menggerakkan pantatnya. Nikmat sekali kak…akhh…ku pegang pinggulnya sambil ku maju – mundurkan pantatku..sesekali ku dorong keras-keras pantatku sehingga burungku masuk lebih dalam lagi ke vaginanya..akhhh enak…kamu pinter juga yah…Charles..ahh..desahan kakak. 10 menit lamanya burungku berada di dalam vaginanya, dan kurasa spermaku akan keluar..kupercepat gerakanku dan sepertinya kakak mengerti kalau aku akan orgasme, diapun makin mempercepat gerakan pantatnya..akh….kak….oh….ouhhh…akkuu…suudahh..mauu ..oh..keluar…serasa kaki, lutut, paha dan pinggangku terkunci dan kakak langsung mencabut burungku dari vaginanya dan dengan cepat ia membuka kondom yang terpasang di burungku. Ia pun langsung mengocok dan memasukkan burungku ke dalam mulutnya…croot…ccrrooott….kurasa badanku tersentak beberapa kali…sungguh nikmat rasanya….begitu selesai kakak mengeluarkan sperma yang ada di dalam mulutnya.

Aku pun langsung berbaring di tempat tidur..kami melewati malam yang indah di Malaysia. Ia pun dengan wajah kecapean berkata, gimana enakkan rasanya ?? Iya kak rasanya enak banget..terima kasih…sering-sering yah kalau bisa..sambi tersenyum kakak mencubitku dan berkata enak aja..nanti kita lihatlah gimana, jawabnya. Kami pun melewati liburan dengan bahagia bersama papa dan mama. Sampai sekarang kami berdua masih sesekali bercinta kalau suami kakak sedang keluar kota. Semoga dengan cerita ini saya bisa sadar bahwa apa yang telah kulakukan bersama kakak adalah salah. Sekian dan Terima kasih.




Taruhan Poker Online Pokerbatman.com

Bandar Poker - Enaknya Masturbasi Disaat Mandi



Bandar Poker - Hari ini aku libur, jadi bangunnya agak siang dari biasanya, apa lagi semalam aku tidur hampir dini hari karena asyik membuka mail box dan membalas email-email yang masuk. Ada seorang pembaca yang gentleman mengirimkan email padaku, isinya biasa-biasa saja dan sopan. Awalnya seperti email-email lain yang kubalas, selalu kucantumkan persyaratan yang kuinginkan bila mereka ingin melanjutkan berkenalan dan mengobrol denganku.

Pembaca yang satu ini lain daripada yang lain karena tanpa banyak komentar, pada email berikutnya langsung dia memberikan persyaratan yang kuminta. Aku pun berbagi foto dan berkirim email dengannya. Terus terang simpatik sekali dia, hanya saja aku belum memiliki foto dan data lengkapnya.

Tapi aneh! Aku kok tiba-tiba jadi penasaran dengannya, semoga orangnya sesuai dengan keinginanku. Pada emailnya yang terakhir dia menanyakan cara mengobati ikan yang perutnya buncit. Ha.. ha.. ha.., kan tidak semua dokter hewan bisa mengobati ikan. Kembali ke ceritaku, pagi ini ternyata kondisi rumahku kosong, kedua orang tua dan adikku entah pergi kemana.

Hal ini biasa terjadi, mereka tidak mau mengganggu tidurku dan pergi mengunci rumah dari luar. Kami di rumah memang masing-masing memiliki kunci rumah sendiri-sendiri. Setelah membaca koran pagi sambil minum secangkir kopi, aku teruskan membaca koran di toilet kamar mandiku.

Aku bermaksud buang hajat (Maaf! Aku berusaha menyampaikan apa yang kualami dengan apa adanya) sambil membaca koran. Pintu kamarku sengaja kubiarkan terbuka begitu saja, toh tidak ada orang lain di rumahku. Kulepas kembali singlet yang baru kukenakan tadi sebelum keluar dari kamar, kulempar begitu saja, demikian pula dengan celana pendek longgar yang agak lebar di bagian bawahnya yang kupakai saat tidur.

Kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai pun benang yang menutupi tubuhku. Sejak kecil aku memang tidak suka dan tidak pernah menggunakan BH sehingga sampai saat ini di usiaku yang ke 28 aku tetap tidak memiliki satu pun BH untuk menutupi buah dadaku yang sintal dan ranum ini.

Aku terbiasa tidur bertelanjang dada dan seringkali bugil sambil memakai selimut tipis saja. Kalau semalam aku tidur hanya mengenakan celana pendek yang bentuknya seperti yang kuceritakan tadi, selain bentuknya yang mini, bahannya terbuat dari kain sutera tipis tembus pandang dengan karet elastis yang melingkar di pinggangku, sehingga bayangan bulu kemaluanku jelas dapat terlihat dari luar, karena di dalamnya aku sudah tanpa menggunakan apa-apa lagi untuk menutupi auratku, toh semua model CD-ku juga sexy dan mini sekali sehingga tidak ada fungsinya saat kupakai tidur, jadi sekalian saja tidak kupakai.

Selesai hajatku, kuletakkan koran yang kubaca tadi dan aku pun mandi. Kondisi kamar mandi dalam kamarku pun kubiarkan tetap terbuka sejak tadi hingga jika dari arah ruang tamu ada orang melongok kamarku yang pintunya terbuka pasti dapat melihat tubuh montokku di kamar mandi yang sedang mandi saat ini, namun aku tidak khawatir karena rumahku saat ini sedang kosong dan pintu depan dalam keadaan terkunci hingga aku tidak perlu khawatir ada orang yang tiba-tiba nyelonong masuk.

Kubasahi seluruh tubuhku di bawah shower kamar mandiku, rambutku pun kubasahi karena aku memang ingin keramas. Selesai keramas, kusabuni tubuhku dengan sabun cair, kugosok rata seluruh bagian tubuhku yang ramping dan sexy ini (Bukan GR lho! Karena memang demikianlah diriku).

Tinggiku yang 170 centimeter termasuk cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita, buah dadaku tidak terlalu besar, ukurannya normal sedang-sedang saja, bentuknya padat, puting susuku dan sekitarnya masih tampak ranum berwarna sedikit merah muda kecoklatan. Pantatku sintal dan berisi, bagian depannya di bawah pusarku ditumbuhi bulu-bulu kemaluan yang halus, tumbuhnya rata rapi dan tidak terlalu panjang karena menempel di bawah pusarku menyeruak ke atas.

Bulu-bulu kemaluanku hanya tumbuh di bagian atas kemaluanku, di sekitar vaginaku tetap bersih dan mulus. Kuusap dan kugosok dengan sabun cair tadi dengan rata, kujongkokkan sedikit tubuhku dan kuangkat sebelah kakiku bergantian dan kukangkangkan di atas bibir bathtub agar memudahkan tanganku menggosok dan membersihkan lipatan selangkanganku.

Tanganku yang satu lagi menggosok tubuhku bagian lain, kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama menyabuni tubuhku, mataku yang lentik pun mulai sayu merem melek merasakan nikmatnya usapan tanganku sendiri hingga tanpa kusadari jariku kumasukkan ke dalam bibirku.

Kuhisap telunjukku dan kukulum dengan mulutku yang mungil dan berbibir tipis, ada rasa sabun di lidahku hingga segera kuturunkan lagi jari-jariku ke bagian buah dadaku. Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya, terlebih saat tanganku yang satu lagi tetap mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

Aku sudah horny sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar dari dalam rahimku. Dapat kurasakan ada cairan lain di bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu.

Badanku meliuk bagaikan penari erotis yang biasa kulihat di BF, kedua kakiku pun tak kuasa lagi menopang tubuhku. Aku langsung terduduk di bagian atas bathtub, kukangkangkan pahaku dengan meletakkan kedua telapak kakiku di samping kiri dan kanan bibir bathtub. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya.

Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku, sekujur tubuhku masih dipenuhi oleh sabun cair yang kini sudah mulai berbaur dengan keringat dinginku yang mulai mengalir keluar, udara AC yang masuk dari kamar tidurku seakan tidak mampu menembus ke kamar mandiku. Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku.

Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Awalnya memang sedikit agak sulit masuk namun karena aku memang sudah benar-benar horny sehingga liang vaginaku juga sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga berikutnya jari-jariku dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.

Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku. Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh benjolan sebesar ibu jari yang ada dan tumbuh di dalam liang vaginaku dan menghadap keluar. Kuangkat sedikit benjolan tadi dari bawah dengan jariku dan kugesekkan bagian bawahnya, punggung dan kepalaku jadi tersandar di dinding kamar mandi, seakan hendak pingsan rasanya.

Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula.

Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, pantatku bergetar hebat, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku. Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku.

Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan cintaku yang mengalir deras. Setelah diam sejenak meresapi apa yang baru saja terjadi, aku meneruskan mandi. Kubilas tubuhku dengan air melalui shower, di selangkanganku masih terasa cairan cintaku merembes keluar dari dalam liang vaginaku, mengalir turun melewati kedua belah pahaku.

Selesai mandi, kukeringkan badanku dengan handuk dan kukenakan kimono tipis bermotif kembang-kembang. Bentuk kimonoku ini cukup pendek ukurannya. Ujung bawahnya kurang lebih hanya sejengkal saja dari pangkal pahaku, kalau aku membungkuk pasti belahan pantatku akan tersembul keluar, demikian pula bila aku duduk saat mengenakan kimono ini pasti onggokan daging di pangkal pahaku juga akan mudah terlihat, karena memang kimono yang kukenakan ini bukan untuk digunakan di luar, fungsinya hanya bisa digunakan di kamar setelah selesai mandi agar tidak kedinginan saja.

Aku keluar menuju lemari es mengambil air dingin. Aku merasakan haus sekali setelah melakukan aktifitas tadi. Selesai minum tiba-tiba ada orang yang menekan bel. Kulongok keluar ternyata ada satpam yang mengantar tagihan iuran RT. “Sebentar ya Pak”, seruku. Kuambil uang di dompetku dan aku keluar menuju pintu pagar.

Sambil kusodorkan uang, kuterima bukti pembayaran yang kuterima dari satpam tadi. Waktunya hanya sebentar saja namun cukup membuat satpam tadi terbengong-bengong heran menatap penampilanku. Rupanya tanpa kusadari, aku tadi keluar mengenakan kimono mini tadi. Bahan kainnya tipis sehingga saat kupakai menempel dengan ketat di kulitku yang memang belum kering betul saat kuhanduki tadi, apa lagi bagian depannya hanya ditutupkan begitu saja dan diikat dengan ikat pinggang tali yang terbuat dari bahan kain yang sama, dan ikatanku tadi juga asal-asalan saja sehingga bagian dadaku terbelah agak lebar, sehingga dari samping tepian buah dadaku yang putih mulus dapat terlihat dengan jelas secara hampir keseluruhan, hanya puting susuku saja yang tertutup.

Bagian bawahku rupanya juga tidak tertutup dengan rapi, selain ukurannya sudah pendek ke atas (mini), belahannya juga tidah rapat, kecuali di bagian yang terjepit oleh ikat pinggang kain tadi, sehingga rupanya saat aku berjalan melangkah keluar tadi belahan kimonoku bagian bawah tersingkap bergantian di kedua sisinya mengikuti irama langkahku.

Berarti bagian ujung pangkal pahaku yang ditumbuhi bulu-bulu kemaluanku dapat terlihat dengan jelas oleh satpam tadi, pantas saja matanya melotot dan dia sempat terbengong-bengong saat melihatku keluar tadi. Persetan deh, pikirku, sudah telanjur mau apa lagi, ya mungkin itu rejeki satpam itu tadi.




Bandar Poker Pokercino.com

Agen Togel Isin4D - Adik Iparku Yang Cantik Dan Seksi



Agen Togel Isin4D - Aku hidup bahagia bersama istri dan ke-2 anak-anaku, laki2 dan perempuan walaupun aku hanya pegawai rendahan di suatu instansi pemerintah di kota B. Kami menempati rumah tipe 45, cicilan rumah BTN, yang kemudian di renov secara sederhana sehingga mempunyai 3 kamar tidur yang berukuran tidak terlalu besar.

Suatu hari, di tahun 1992, kami kedatangan ibu mertua bersama adik ipar saya yang paling kecil, sebut saja Neng, baru lulus SLA. Atas permintaan ibu mertua, untuk sementara ikut kami sambil mencari pekerjaan. Perbedaan umur Aku dan Neng cukup jauh, sekitar 10 tahun. Karena kami dari daerah Jawa Barat, Neng memanggilku dengan sebutan Aa (yang artinya kakak laki2).

Cerita Dewasa Selingkuh Adik Iparku yang Cantik | Sementara belum mendapatkan pekerjaan, Neng mengikuti berbagai kursus, Bahasa Inggris, Komputer, Akutansi, dan atas ijin serta perintah istriku, Aku kebagian untuk antar jemput menggunakan motor ‘bekjul’ ku. Bekjul maksudnya motor bebek 70 cc. Mungkin karena nasib baik atau memang wajah Neng cukup cantik, tidak sampai seminggi, Neng mendapat tawaran pekerjaan sebagai pelayan toko yang cukup bonafide denga pembagian kerja, seminggu bagian pagi dan seminggu kebagian malam, demikian silih berganti, dan kalau kebagian kerja malam, aku bertugas untuk menjemputnya, biasanya toko tutup pukul 21.00 dan pegawai baru bisa pulang sekitar 21.30. Perjalanan dari toko ke rumah tidak begitu jauh, bisanya ditempuh sekitar 30 menitan.

Neng anaknya manja, mungkin karena bungsu, setiap kali di bonceng motor, apalagi kalo malam pulang kerja, dia akan memelukku dengan erat, mungkin juga karena hawa malam yang dingin. Entah sengaja atau tidak, payudaranya yang sudah cukup besar akan menempel di punggungku. Hal ini selalu terjadi setiap kali aku menjemput Neng pulang kerja malam, tapi yang heran, kelihatannya Neng tidak ada rasa bersalah ataupun rikuh sedikitpun setiap kali payudara nempel di punggungku, mungkin dianggapnya hal ini suatu konsekuensi logis bila berboncengan naik motor.

Aku lah yang sering berhayal yang tidak-tidak, seringkali dengan sengaja motor kukemudikan dengan kecepatan rendah, kadangkala sengaja mencari jalan yang memutar agar bisa merasakan gesekan-gesekan nikmat di punggungku lebih lama. Pada suatu malam, seperti biasanya Aku menjemput Neng pulang kerja malem, sampai rumah sekitar pukul 22.15 dan seperti biasanya istriku yang membukakan pintu. Setelah membukakan pintu istriku akan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur.

Malam itu aku tidak langsung tidur, aku ke dapur, memanaskan air untuk membuat kopi karena berniat untuk menonton pertandinga sepak bola di TV, kalau tidak salah saat itu kesebelasan paforitku main, Brazil. Saat aku keluar dari dapur, secara bersamaan Neng juga keluar dari kamar mandi, sehingga kami sama berada di lorong depan kamar mandi, entah apa penyebabnya, malam itu kami sama-sama berhenti dan saling pandang tanpa sepatah katapun keluar dari mulut kami masing-masing.

Tiba-tiba ada suatu dorongan, secara cepat aku rangkul dan aku kecup bibirnya selama beberapa detik. Setelah itu Neng melepaskan diri dari rangkulanku dan dengan tergesa masuk ke kamarnya. Aku kembali ke ruang tengah untuk melihat pertandingan bola, tapi perasaanku kacau, tidak konsen pada acara di TV. Saat itu ada perasaan takut menghantuiku, takut Neng ngadu ke istriku, bisa-bisa perang dunia ke tiga.

Saat pikiranku kacau, aku dikejutkan suara peluit dari dapur yang menandakan air telah mendidih, bergegas aku ke dapur untuk membuat kopi. Kembali aku keruang tengan sambil membawa secangkir kopi yang nikmat sekali, tetapi tetap saja pikiranku kacau. kok bisa-bisanya tadi aku mengecup bibir Neng?????? Dalam kegalauan perasaanku, kembali dikejutkan dengan suara lonceng yang menunjukkan pukul 23.30.

Saat itu aku melihat kamar Neng lampunya masih nyala, yang menandakan penghuninya belum tidur, karena aku tau Neng selalu mematikan lampunya apabila tidur. Terpikirkan olehku, harus memastikan bahwa Neng tidak marah oleh ulahku tadi dan berharap istriku tidak sampai tau insiden tersebut.

Dengan pelahan, aku buka kamarku untuk melihat istriku, ternyata dia sudah pulas, tergambar dari dengkurannya yang halus disertasi helaan nafar yang teratur. Dengan pelahan kututup kembali pintu kamar dan secara pelahan pula kubuka pegangan pintu kamar Neng, ternyata tidak dikunci, pelahan tapi pasti pintu kubuka dan kudapati Neng duduk di atas tempat tidur sambil memeluk bantal menghadap tembok.

Perlahan aku dekati, tiba-tiba Neng menoleh kearahku, kulihat matanya merah berkaca-kaca, aku bertambah khawatir, Neng pasti marah dengan kelakuanku tadi. Diluar dugaan, Neng berdiri mendekatiku dan tiba-tiba memelukku dengan erat sambil kembali menangis lirih. Tambah bingung aku dibuatnya, kemudian utnuk memastikan apa yang terjadi sebenarnya, dengan pelahan dan hati-hati aku raih mukanya dan aku tengadahkan, “Kamu marah?”, pertanyaan konyol tiba-tiba keluar dari mulutku.

Tanpa kata-kata, Neng menjawab dengan gelengan kepala sambil tajam menatapku. Kami beradu pandang, dan entah dorongan dari mana, secara pelahan kudekatkan bibirku ke bibirnya, ketika tidak ada usaha tolakan dari Neng, dengan lembut kembali kukecup bibirnya. Setelah beberapa lama, terasa ada reaksi dari Neng, rupanya dia juga menikmati kecupan tersebut.

Akhirnya kecupan ini berlangsung lebih lama dan kami saling memeluk dengan erat, saling mengeluarkan emosi yang kami sendiri tidak tau bagaimana menggambarkannya. Tetapi kemesraan ini harus segera diakhiri, sebelum dipergoki oleh isi rumah yang lain, terutama istriku. Segera aku keluar kamar, kembali keruang tengah untuk melanjutkan melihat sepak bola yang ternyata sudah berakhir dengan skor yang tidak aku ketahui.

Akhirnya TV kumatikan dan aku masuk kekamarku untuk tidur dengan perasaan yang sangat bahagia. Hubungan kami tambah erat dan tambah mesra, setiapkali ada kesempatan kejadian malam itu selalu kami ulangi, dan tentunyanya makin hari kualitasnya makin bertambah mesra. Suatu hari, aku pulang kerja lebih awal dan kudapati di rumah hanya ada adikku Neng dan pembantu.

Pembantuku anak perempuan lulusan SMP yang tidak melanjutkan sekolah karena biaya, rumahnya tidak jauh dari rumahku, jadi pagi-pagi datang dan sore hari pulang. Badan pembantuku termasuk bongsor, kulitnya sawo matang dengan muka yang cukup manis untuk ukuran pembantu. Kembali kepokok cerita, rupanya istriku sedang pergi dengan ke 2 anakku, berdasarkan surat yang diditipkan ke Neng, sedang berkunjung ketempat Tante yang katanya sedang mengadakan syukuran.

Seperti biasanya, sore itu sekitar pk 16.00 pembantuku ijin pulang, maka tinggallah kami berdua, aku dan Neng, sementara istri dan anak-anakku masih dirumah tante. Tanpa dikomando, rupanya kami sama-sama memendam kerinduan, sepeninggal pembantu, setelah pintu depan dikunci, kami saling berpelukan dengan erar dan berpagutan untuk menumpahkan perasaan masing-masing.

Setelah beberapa lama kami berpagutan sambil berdiri, secara perlahan aku menuntun Neng sambil masih berpelukan ke arah kamar dan melanjutkan pergulatan di atas tempat tidur. abibir kami saling berpagutan sambil saling sedot dan saling menggelitik menggunakan lidah, tanganku mencoba meraba payudaranya dari balik kaos yang dipakai, rupanya ulahku sangat mengejutkan, sssttttt…….. sssttt …. sssstttt, terdengar erangan seperti orang kepedasan pada saat aku permainkan putingnya.

Aku tambah agresip, kuangkat kaos yang dipakainya, telihatlah payudaranya yang masih ditutupi beha tipis, dengan tergesa aku singkap beha-nya dan dengan rakus aku kecup dan aku permainkan dengan lidah putingnya. Akibatnya sangat luar biasa, ssstttt ….. ooohhh….. uuuhh ….ssstttt ,,, demikian rintihan panjang Neng, hal ini terjadi karena belum pernah ada laki-laki yang menjamah, ternyata akulah laki-laki pertama yang mencium bibirnya dan pembermainkan payudaranya.

Pakaian kami makin awut-awutan, aku berharap istriku tidak pulang cepat. kami melanjutkan kemesaraan, kali ini aku kembali mencium bibirnya sambil meremas-remas payudara dan sesekali mempermainkan putingnya. kali ini aku memesrai Neng sambil menindih badannya, perlahan tapi pasti aku berusaha menggesekkan adik kecilku yang sudah sangat keras ke kemaluannya yang rupanya juga sudah mulai lembab.

Kembali terdengar eranga-erangan nikmat, ssssttt ……… uuuhhh ….. ooohhhh ……uuuh. Bibir dengan cekatan menyedot payudaranya silih berganti sambil menggesekkan adik kecilku yang sudah sangat keras ke kemaluannya, kami masih sama-sama pakai baju. Neng pakai bawahan dan kaos, aku masih memakai pakain kerja.

Aku makin bernafsu, aku singkap bawahan Neng sehingga nampak celana dalamnya yang sudah lembab kemudian kembali aku gesek-gesekan adik kecilku sambi tidak hentihentinya mengecup payudara dan mempermainkan putingnya. Erangan-erangan panjang kembali terdengan dan tiba-tiba Neng memeluku dengan sangat erat dan terdengar erangan panjang uuuuhhhh………….. uuuuuuuuhhhh ……. uuuuuuhhhhhhh… .. aduuuuuuuuhh ……. rupanya Neng mengalami orgasme, mungkin ini adalah orgasme yang pertama yang pernah dialaminya.

Lama-lama cengekeraman Neng makin mengendur dan lepas seiiring dengan selesainya orgasme tadi. Aku???? belum tersalurkan, tapi merasakan kebahagiaanya yang amat sangat karena telah berhasil membuat Neng yang sangat kusayang bisa mendapatkan orgasme yang ternyata baru dialami saat itu dan merupakan orgasme yang pertama. Sejak kejadian itu, maksudnya sejak Neng mendapatkan orgasme yang pertama, kami selalu mencari-cari kesempatan untuk mengulanginya.

Tetapi kesempatannya tidak mudah, karena kami tidak mau menanggung resiko sampai kepergok oleh istriku. Pada suatu malam, sekitar pukul 23.00, saat aku berada dalam kamar bersama istriku, terdengar suara pintu kamar sebelah terbuka, dan terdengar langkah-langkah halus menuju kamar mandi, aku dapat menebak dengan pasti bahwa itu adalah Neng yang ada keperluan ke kamar mandi, kuperhatikan istriku sudah tertidur dengan nyenyak yang ditandai dengan dengkuran halus yang teratur.

Dengan sangat hati-hati, aku buka pintu kamar sehalus mungkin dengan harapan tidak ada suara yang dapat menyebabkan istriku terbangun, lalu dengan perlahan pula pintu kututup kembali dan secara pelahan aku menuju lorong yang menghubungkan ke kamar mandi. Aku berdiri di lorong sambil memperhatikan pintu kamarku bagian bawah, kalau-kalau ada lintasan bayangan yang menandakan istriku bangun, sementara telingaku tidak lepas mendengarkan apa yang terjadi di kamar mandi.

Tidak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, dan benar dugaanku, Neng keluar dari kamar mandi dengan memakai baju tidur warna kuning kesukaannya. Baju tidur yang dipakai adalah model terusan dengan bukaan di bagian dada dan bagian bawah sebatas lutut. “Ngapain A berdiri di situ” tegur Neng memecah kesunyian, “Nungguin kamu” jawabku. Tanpa dikomando, kuraih lengannya dan wajah kami saling mendekat, tak ayal lagi kami berpagutan melampiaskan kerinduan kami.

Beberapa saat kemudian kami melepaskan pagutan sambil tersengal. “A, Neng pengen …” bisiknya lirih di telingaku. Aku maklum apa yang diinginkan Neng, kembali kukecup bibirnya sambil kuremas halus payudaranya, rupanya Neng kali ini tidak memakai beha. Aku buka satu kancing baju tidurnya, dan nongolah payudaranya yang putih disertai tonjolan coklat kemerahan.

Tak ayal lagi, bibirku berpindah ke payudaranya dengan disertai sedotan dan gigitan-gigitan lembut pada tonjolan halus yang coklat kemerahan itu. ” Sssstttttt …… uuuhh” terdengar desahan-desahan halus, menandakan Neng mulai terangsang. Tanganku turun, meraba pinggang, terus turun lagi, lagi dan sampailah kegundukan di bawah pusar, kuusap halus sambil kadang meremas sampai jari tengahku menemui lekukan di balik baju tidur dan celana dalam. ” uuuhhh …. uuuhhh ” rupanya rabaan itu menambah rangsangan. “A, pengen ….” kembali bisikan lirih di telingaku, kemudian aku jongkok sehingga kemaluan Neng tepat di mukaku.

Kuangkat rok baju tidur, terlihat celana dalam warna putih yang tipis dan agak lembab, dengan bernafsu aku mulai menjilati kemaluan Neng yang masih dibungkus celana dalam. ” uuuhhh ….ssstttt ….. uuhhuu” kembali terdengar erangan-erangan kenikmatan yang menambah nafsuku makin bergejolak.

Kucoba menyingkap celana dalamnya, terlihatlah gumpalah daging yang ditumbuhi bulubulu halus. Untuk pertama kali aku melihat langsung kemaluan Neng, aroma khas mulai tercium, tanpa membuang waktu aku mulai mencium gundukan daging yang sangat menimbulkan minat itu, sampai akhirnya aku menemukan lekukan yang lembab berwarna kemerah-merahan.

Aku makin semangat menjilat-jilat lekukan yang sudah sangat lembab itu. “uuhhh ….. aaahhhhh ….sssttt …. uuuhhhhh” suara erangan makin keras dan terasa rambutku dipegang dengan keras dengan gerakan menekan. Hal ini semakin membuat nafsuku berkobar-kobar dan makin inten lidahku menjilati lekukan itu, keluar – masuk, ke kiri – kana, ke atas – bawah, demikian berulang ulang sampai pada suatu saat terasa jambakan pada rambutku makin keras disertai himpitan kaki dikepalaku. “Uuuuuuuuhhhhhhh ….. aaaaaahhhhhhh ….. uuuuhhhhh” terdengan erangan panjang disertai keluarya cairan yang cukup banyak membasahi mulut dan mukaku.

Mukaku terasa dihimpit keras sekali sampai-sampai kesulitan untuk bernafas. “Uuuhhhhhhhhhhh …. aaahhhhhhhhhh” kembali erangan panjang terdengar disertai dengan himpitan dan gerataran yang khas, menandakan orgasme telah dicapai oleh Neng disertai semprotan cairan yang cukup banyak membasahi mukaku. Aku peluk dengan kuat kakinya disertai himpitan dan tekanan mukaku ke kemaluan Neng, karena aku maklum hal seperti inilah yang diinginkan wanita pada saat mencapai puncak orgasmenya.

Beberapa lama kemudian, mulai mengendur himpitan pada mukaku, sampai akhirnya tenang kembali. Aku berdiri dan ku peluk Neng dengan mesra “Terima kasih ya A” terdengar bisikan di telingaku. Kejadian-kejadian ini terus kami ulangi kalau ada kesempatan, tapi karena niatku yang tidak ingin merusak adiku sendiri, sampai akhirnya Neng menemukan jodoh dan menikah masih dalam keadaan perawan. Demikian sebagian pengalamanku dengan adik iparku yang cantik.




Agen Togel Isin4D Hokbet88.net

Jumat, 13 November 2015

Dewa Poker - Bercinta Dengan Majikan Yang Galak



Dewa Poker - Sebuah cerita dewasa yang sangat menggairahkan yaitu saat berhubungan sex dengan wanita setengah baya yang bisa membuat kita merasa lebih bergairah dan bernafsu. Tulisan dibawah ini menceritakan tentang hubungan sex antara seorang supir dengan majikannya yang cantik dan genit serta haus akan belaian seorang lelaki, mari kita simak cerita dibawah ini.

Aku benar-benar lemas mendengar keputusan pihak manajemen perusahaan hari ini. Bulan lalu perusahaan sudah menyampaikan rencananya untuk mengurangi sejumlah karyawan, termasuk pengemudi. Hari ini aku tahu aku termasuk yang kena PHK. Istriku tak banyak bicara ketika kutunjukkan surat pemutusan hubungan kerja itu. Ia hanya memandangi bayi kami yang baru berusia 3 bulan. Terbayang di benak kami bagaimana cara menghidupi bayi ini tanpa pekerjaan. Pesangon yang tak seberapa jumlahnya pasti tak akan bertahan lama.

Selama seminggu penuh aku menyibukkan diri dengan iklan lowongan pekerjaan di koran dan mendatangi berbagai macam perusahaan untuk mencari kerja. Hasilnya nihil. Untungnya sorenya istriku membawa kabar gembira. Pak Sulaiman, lelaki tua yang tinggal tak jauh dari rumah kami kena stroke. Ia harus istirahat total dan berhenti menyupir untuk majikannya. Kata istriku, majikan pak Sulaiman butuh supir baru segera. Istriku mengangsurkan secarik kertas bertuliskan nama dan alamat majikan Pak Sulaiman.

Esok paginya aku langsung meluncur ke rumah Pak Tan, mantan majikan Pak Sulaiman. Rumah Pak Tan luar biasa besar dan mewah. Pembantu Pak Tan membukakan pintu gerbang dan mempersilakan aku menunggu di beranda. Sejenak kemudian Pak Tan menemuiku. Ia seorang lelaki Cina tua, bos sebuah perusahaan peralatan masak di Surabaya.
“Kamu tetangga Pak Sulaiman?” Tanya Pak Tan.
“Benar, Pak. Nama saya Andi”
“Kamu kelihatan muda sekali. Berapa umurmu?” Tanya Pak Tan.
“24tahun, Pak”
“Sudah lama jadi supir?”
“3 tahun, Pak”
“Oke, Andi. Langsung saja. Kamu akan menjadi supir pribadi istri saya. Istri saya adalah Area Manager perusahaan. Ia harus banyak berkeliling ke cabang-cabang perusahaan di kota-kota lain di Jawa Timur dan di Indonesia,” jelas Pak Tan. “Gaji tiga bulan pertama Rp 1,2 juta. Setuju?”
“Setuju, Pak”
“Kamu mulai kerja hari ini!” kata Pak Tan.

Seminggu sudah aku menjadi supir Nyonya Tan. Dari karyawan kantor, aku tahu nama Nyonya Tan adalah Yena, sebuah nama yang elok. Di kantor, para karyawan demikian segan dan hormat padanya, dan tak pernah ada yang bicara buruk tentang perempuan luar biasa ini. Di mobil, ketika tak sedang menelepon, Bu Yena tak banyak bicara. Seperti pagi ini dalam perjalanan ke Malang, menuju ke kantor cabang. Ia hanya bicara beberapa patah kata bilamana aku terlalu cepat atau terlalu pelan mengemudi.

Kami sampai di Malang sebelum tengah hari. Bu Yena langsung memimpin rapat para karyawan. Aku sendiri langsung menuju warung makan di depan kantor. Setelah 3 jam menunggu, perutku mulas. Pasti itu karena sambal pecel lele yang kumakan di warung tadi. Aku mencari WC. Kata karyawan kantor, WC supir ada di bagian belakang. Aku segera menyelinap ke belakang mencari WC yang dimaksud, melewati lorong-lorong sempit tumpukan stok barang perusahaan.

Setelah selesai dengan urusanku di kamar kecil, aku bermaksud kembali ke depan melewati lorong-lorong sempit itu. Dinding salah satu lorong itu ternyata adalah kaca salah satu ruang kantor. Tirai dinding kaca itu terbuka sedikit, dan tak sengaja dari celah kecil itu aku melihat sebuah adegan seru, yang sudah pasti bukan kegiatan kantoran pada umumnya. Seorang lelaki muda sedang asyik memeluk, mencium dan dengan lidahnya menelusuri dada perempuan yang aku kenal betul, yakni Bu Yena. di atas sebuah sofa di ruang kantor kepala pemasaran cabang Malang. Bagian atas blus Bu Yena terbuka lebar, menampakkan dadanya yang penuh di balik BH yang terurai sebelah. Bu Yena tampak begitu menikmati itu. Kepalanya terdongak dengan mata terpejam bibirnya terbuka. Kalau tak ada dinding kaca ini, aku pasti bisa mendengar desah-desah nikmatnya. Aku terpaku menikmati adegan kecil di celah sempit itu. Tak sengaja lututku menyentuh tumpukan stok barang pecah belah. Setumpuk piring jatuh berhamburan, menimbulkan suara yang pasti terdengar dari dalam ruangan. Kulihat aksi Bu Yena dan lelaki itu terhenti seketika. Aku lari menjauh, tak perlu repot-repot menata ulang piring-piring yang berserakan.
Hubungan Seks Bersama Tante Nakal
Satu jam kemudian Bu Yena keluar dari kantor dan minta balik ke Surabaya. Aku tak berani banyak bicara dalam mobil. Bu Yena juga tidak, tapi ia kelihatan santai sekali. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah ia tahu aku mengintipnya tadi. Dua puluh menit kemudian, masih dalam perjalaan balik ke Surabaya, ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
“Andi, berapa umurmu?” Tanya Bu Yena tiba-tiba.
“24 tahun, bu”
“Sudah menikah?”
“Sudah, Bu. Saya punya bayi usia 3 bulan”
Tiba-tiba Bu Yena melemparkan satu amplop tebal ke kursi di sebelahku. Sejumlah lembaran seratus ribuan tampak dari ujung amplop yang terbuka.
“Itu untuk kamu dan anakmu. 5 juta rupiah!” kata Bu Yena.
“Untuk saya?” tanyaku heran.
“Ya, untuk kamu,” tegas Bu Yena.
“Wah, untuk apa ini, ya, bu?” tanyaku tak mengerti. Aku melihatnya dari kaca spion. Bisa kulihat Bu Yena tersenyum dari kaca itu.
“Ini uang tutup mulut. Aku tahu kamu mengintip aku sedang bermesraan dengan Alex tadi. Tidak boleh ada yang tahu ini. Kalau Pak Tan tahu, itu berarti dari kamu. Dan kau pasti akan kehilangan pekerjaan. Kunci mulutmu dengan uang 5 juta itu, dan kau tetap bisa bekerja. Faham?” ujar Bu Yena tegas.

Aku terdiam sejenak. Kuberanikan bicara, “Ibu tidak perlu memberi saya uang itu. Saya akan tutup mulut. Ibu bisa pegang kata-kata saya” “Tidak! Ambil saja! Dan jangan bicara lagi!” itulah kalimat terakhir bu Yena. Selebihnya, ia tidak bicara lagi. Besoknya aku menyetorkan uang ke tabunganku tanpabilang-bilang istriku. Dan selanjutnya, aku menutup mulut rapat-rapat. Hari-hari berjalan seperti biasa, tak banyak yang berubah. Yang sedikit berubah adalah suasana di dalam mobil. Belakangan ini Bu Yena kerap kali bergeser tempat duduk. Kalau biasanya ia duduk tepat di belakangku, kali ini ia lebih sering bergeser ke kiri. Ia acap kali mencuri pandang ke arahku dari duduknya di mobil. Entah kenapa ia begitu. Yang jelas aku tak pernah berani menatapnya dari balik spion.

Pagi ini aku mengantar Bu Yena ke bandara Juanda. Ia akan bertugas memeriksa cabang Bali selama seminggu. Jadi, selama seminggu ini aku akan stand-by di kantor Pak Tan sebagai sopir cadangan. Tapi selepas siang sebuah sms masuk ke HP-ku. Itu dari Bu Yena. Bunyinya, : Sopir cabang Bali sakit. Kamu ke Bali siang ini. Sudah saya kirim uang buat beli tiket pesawat. Kamu langsung ke kantor Cabang Denpasar”.

Segera aku mendapatkan uang tiket dan alamat kantor Cabang Denpasar dari kantor Surabaya. Senang juga rasanya naik pesawat untuk pertama kalinya. 4 jam kemudian aku sudah berada di Kantor Cabang Denpasar.
“Saya lebih nyaman kalau kamu yang nyupir,” kata Bu Yena begitu duduk di kursi belakang di mobil Cabang Denpasar. “Kamu banyak tahu jalan-jalan di Denpasar, kan?” tanya Bu Yena.
“Ya, Bu. Saya menempuh SMA saya di sini,” kataku.
“Baiklah, langsung ke Hotel Santika Kuta Beach,” perintah Bu Yena.

Setelah check-in di hotel, aku sempat membawakan barang ke kamar Bu Yena, sebuah kamar cottage tepat di pinggir pantai Kuta.
“Ini uang buat cari hotel kecil di sekitar sini. Mobil kamu bawa. HP-kamu mesti stand-by. Kalau saya perlu keluar, saya akan telepon,” kata bu Yena.
“Baik, bu!”

Aku mendapatkan hotel kecil tak jauh dari Santika Kuta Beach. Jam tujuh malam kurang sedikit, sehabis mandi, dan mengenakan t-shirt, teleponku bergetar. Bu Yena kirim SMS. “Charger saya ketinggalan di mobil. Bisa kau antar ke hotel?” demikian bunyi SMS itu. Aku segera beranjak. Ketika sampai di hotel, SMS Bu Yena datang lagi, “Kamu sudah sampai hotel? Bisa langsung antar charger ke kamar saya?”

Dengan charger di tangan, aku bergerak ke bagian belakang hotel dan mencari cottage bu Yena. Di malam hari suasana cottage itu syahdu benar, dengan tanaman rindang, lampu redup di seputaran cottage dan deburan ombak laut tak jauh dari cottage. Aku mengetuk pintu cottage.
“Masuk saja, tidak dikunci!” terdengar suara Bu Yena. Aku tak berani langsung masuk. Ragu aku berdiri di depan pintu.
“Masuk, Andi!” suara Bu Yena agak meninggi, setengah memerintah.

Aku mendorong pintu. Bu Yena berdiri di dekat jendela yang menghadap ke pantai dengan segelas soft-drink dengan rambut terurai dan senyum manis. Berdebar aku melihatnya. Tank-top merah ketat yang dikenakan membiarkan lekuk-lekuk dadanya terlihat jelas. Belahan dada yang indah itupun tidak tersembunyikan. Aku menatap kakinya yang jenjang. Shorts putih yang teramat pendek itu menyajikan sepasang paha mulus yang kencang.
“Ini chargernya, Bu Yena. Saya taruh sini, ya!” kataku gugup. Bu Yena berjalan menghampiriku. Ya ampun! Cara berjalan itu, demikian menggetarkan dada. Seksi nian orang satu ini.
“Kamu kelihatan gugup,” ujar Bu Yena tenang, menatapku dengan pandangan penuh. Tak pernah ia memandangku sedemikian rupa sebelumnya.
“Lihat sekeliling. Sebuah kamar yang nyaman dengan lampu redup, dan suara debur ombak. Sempurna sekali, bukan?” kata Bu Yena dalam kerlingnya. Aroma farfum mahal itu menyergap hidungku. Aku tak tahu Bu Yena bicara apa, tapi aku menjawabnya.
“Ya, benar. Sempurna,” kataku. Aku mundur beberapa langkah. Bu Yena makin dekat ke arahku.
“Apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Bu Yena. Wajahnya tak jauh dari wajahku,
“Saya….eh…saya, harus segera balik. Saya tidak ingin mengganggu kesempurnaan suasana ini,” kataku.
“Begitu?” kata Bu Yena pelan, meletakkan gelas di meja di sebelahnya. “Kalau begitu, balikkan badan dan tutup pintu itu,” katanya kemudian. Aku menuruti perintahnya. Aku membalikkan badan, dan menutup pintu.
“Tidak, begitu, Andi. Tutup dari dalam, bukan dari luar!” ujar Bu Yena.
Aku terkejut. “Dari dalam? Maksud Ibu?””
“Ya, dari dalam. Dan kau tetap di sini. Kita cuma berdua di kamar yang romantis ini. Tidak bisakah kau lihat ranjang itu? Tidak kah kau tahu kenapa aku memanggilmu ke sini? Tidak bisakah kau lihat betapa aku menginginkanmu?”

Aku diam terpaku. Tapi ada benda yang mulai terasa mekar di selangkanganku. Bu Yena mendekatiku dan mengalungkan kedua tangannya ke leherku. “Pangil aku Yena saja. Bawa aku ke ranjang itu. Aku ingin kamu cumbui aku. Bercintalah denganku. Aku pingin sekali!” Belum sempat aku mengucapkan sepatah kata. Bibir Yena telah mendarat di bibirku. Dilumatnya aku dengan rakus dan beringas. Entah kenapa aku tak lagi ragu. Kubalas lumatan bibir itu dengan tak kalah beringas. Sungguh manis dan segar bibir itu. Yena segera melepas kaosku dan melepas tank-topnya sendiri, membiarkan dada indahnya telanjang. Aku segera menyergap dada indah itu. Kukulum dan kuhisap habis-habisan puting susu Yena. Aku yakin itu yang ia suka dan ia mau sekarang. Dan aku benar. Ia mengerang dan mendesah dan membiarku aku mengeksplorasi dada dan lehernya dengan bibir dan lidahku. Kukulum lembut puting merah jambu itu dan kurema-remas dengan ritme yang embut pula. Tubuh Yena bergetar hebat. Dengan ciuman bertubi-tubi dan dorongan dadanya pula, ia menggerakkan aku ke arah ranjang dan menindihku dengan gencar, masih dengan ciumannya yang makin beringas.

“Susuku. Aku mau kau hisap putingku lagi. Telusuri sekujur dadaku. Buat aku nikmat. Buat aku melayang, Andi!”
“Kau akan dapatkan yang kau mau, Yena” kataku tersengal.

Kuberi Yena jilatan-jilatan rakus di puting dan seputaran susunya. Ia membalasanya dengan gerakan yang sangat terlatih dan terampil. Dibalasnya aku dengan menghisap dan menggigit kecil putingku. Dan debur ombak pantai Kuta seperti mendadak membimbing Yena untuk memintaku melepaskan celana pendek yang dikenakan itu, dan ia tak sabar membantu aku melepaskan celana jeansku.

“Lepas celanaku, Andi. Lepas dan beri aku kejantananmu,” Yena mendesah ketika mulai kuraih celana itu untuk kulorotkan. Tempik indah dan manis perempuan Cina itu menyembul dengan kerumunan rambut halus yang menyemut di sekitarnya.
“Kamu mau aku menggerayangi ini dengan lidahku?” tanyaku.
“Itu yang aku mau. Do it!” kata Yena.

Ia membantu dirinya sendiri terlentang dan meraih kepalaku. Kubenamkan wajahku di tempik Yena dan kumainkan lidahku, merangsek sedalam mungkin ke seantero vagina yang basah dan lapar itu. Yeni merintih, mengerang, mendesah dan mengaduh nikmat. “Ohhhh! ooouhhhh! Ouuuhhhh, Andiiiii! That’s good. Terussss. Terusss. Ouuuh!” Yena terus mengerang di antara debur ombak pantai. Sejenak kemudian, ia mengangkat kepala dan meraih penisku. “Sekarang kau harus merasakan balasanku,” seloroh Yena. Ia menelan bulat-bulan penisku dan mengulumnya penuh nikmat. Iapun menarik penisku maju mundur mulai dari kecepatan rendah, sedang dan kecepatan tinggi dengan jepitan mulutnya. Aku terengah-engah dibuatnya. Sungguh ahli perempuan ini memberikan kenikmatan pada penisku. Benar-benar mabuk aku dibuatnya. Tak sabar lagi aku. Libidoku sudah naik ke ubun-ubun. Aku menindihnya, menyerang susunya sekali lagi dan membuat Yena menggelinjang liar di tempat tidur itu. Yena lebih tak sabar lagi. Ia membetot penisku dan membantuku mencari tempik basahnya.

“Senangkan aku, bahagiakan aku, Andi. Aku mau kamu sejak pertama aku melihat kamu!
“Kamu terlalu banyak meminta, Yena,” kataku.

Kubenamkan penisku ke dalam vaginanya yang basah menantang. Kupompa dengan penuh kelembutan dengan gerakan yang kusesuaikan dengan debar nafas Yena. Kubiarkan penisku mencari titik-titik nikmat di vagina Cina seksi ini. Kuberi ia bonus gigitan-gigitan kecil di puting dan sekujur susunya. Ini membuat Yena senang bukan main. Tak bisa kujelaskan rintihan, desahan dan erangan Yena.

Aku dan Yena bercinta semalam suntuk. Yena hanya memberiku istirahat sejenak sebelum ia mulai menyerang aku lagi. Ia punya banyak teknik permainan yang membuatku terperangah. Dan ia selalu meminta, meminta dan meminta. Ini membuat aku harus mengimbanginya terus, berapa kalipun ia memintanya.

Kami berada di Bali seminggu penuh. Yena pintar bikin alasan untuk tidak perlu datang ke kantor cabang. Ia hanya mau aku mencumbunya terus dan terus tiada habis. Pada malam terakhir sebelum balik ke Surabaya, aku dan Yena bercinta di dalam sleeping-bag selepas tengah malam di pantai yang sunyi.

Begitu balik ke Surabaya, Yena terus minta aku memuaskannya : di kamar rumahnya ketika Pak Tan dan seisi rumah sedang keluar, dan di mana saja. Kami pergi ke hotel di Malang, Jogja, Madiun, Jakarta bahkan Singapura. Sering pula Yena minta aku mencumbunya di dalam mobil dan dimana saja ia menjadi horny. Aku tak tahu kapan ini akan berhenti. Sepertinya Yena tak akan pernah ingin untuk mengakhiri ini semua.




Dewa Poker Pokercino.com